MOJOKERTO – Kawasan eks lokalisasi Balong Cangkring, Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto terlihat sepi.
Sejak lokalisasi resmi ditutup pada 29 Mei 2016, kawasan ini tidak lagi ramai dikunjungi lelaki yang mencari kesenangan. Bahkan penghuni wisma yang ada di kawasan ini sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing.
Hanya menyisakan warga lokal.
Kondisi ini membuat penduduk asli kawasan tersebut kehilangan mata pencarian. Banyak diantara mereka mengais rejeki dengan mengemis, atau menarik becak.
Kawasan Balong Cangkring menjadi tempat Yayasan Mojopahit membina berbagai warga tuna sosial dan merupakan eks lokalisasi. Mirisnya, banyak anak-anak yang tinggal di eks Balong Cangkring ini putus sekolah bahkan memilih hidup di jalan.
Kondisi ini tentunya membuat prihatin sejumlah pihak, tak terkecuali Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
Beberapa hari setelah dilantik, Risma langsung tancap gas menyambangi beberapa wilayah di Jawa Timur untuk menyalurkan bantuan bagi warga rentan di eks lokalisasi Balong Cangkring dan warga eks Kusta di Sumber Glagah Kabupaten Mojokerto, Sabtu (2/1).
Saat mengunjungi eks lokalisasi Balong Cangkring, Risma mengaku trenyuh dengan nasib anak-anak yang mayoritas tak sekolah. Ia bahkan memberikan nasehat khas seorang ibu kepada anak-anaknya.
“Permasalahan memang selalu ada, tapi mari kita hadapi bersama, nak. Ibu akan bantu, tidak mudah memang tapi juga tak ada yang sulit bila sungguh-sungguh kita lakukan. Mari buktikan bahwa kalian semuanya adalah anak-anak yang bisa dibanggakan orang tua dan lingkungan. Tak usah malu anak siapa. Karena Tuhan tak pernah lihat siapa kalian, yang dilihat perjuangan kalian. Jangan lari,” pesan Risma di hadapan anak-anak binaan Yayasan Majapahit ini.
Salah satu anak jalanan yang sukses bernama Bledhek. Tiga tahun lalu, Bledhek yang seluruh badannya dipenuhi tato ini memenuhi ajakan Risma untuk bertaubat dan melanjutkan sekolah.
“Bledhek ini bersungguh-sungguh untuk merubah hidupnya, ia melanjutkan sekolah bahkan meraih prestasi di bidang beladiri. Sekarang Bledhek kuliah semester 4 di Unisa. Padahal dulu, bisa dibilang Bledhek nakal banget, semua kenakalan sudah ia perbuat seperti nyopet dan lainnya,” tutur Risma dalam kunjungan kerja yang didampingi Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat.
Melalui sambungan telepon Bledhek juga mengaku kini hidupnya lebih terarah. Ia kini menekuni olahraga beladiri mulai dari wushu sampai silat.
Bledhek juga terpilih menjadi salah satu anggota Paskibra dan mengibarkan bendera saat Upacara Hari Kemerdekaan di Pemkot Surabaya.
“Tuhan maha mendengar, kalau sungguh-sungguh ingin berubah pasti ada jalannya. Memang berat tapi bukan tak bisa. Ibu pesan jangan coba-coba lari ke narkoba ya, nanti kalian akan menyesal,” pesan Risma.
Di lokasi tersebut, Risma blusukan mendatangi tempat tinggal para lansia, tukang becak, pengemis dan anak jalanan. Mayoritas mereka tidak mempunyai tempat tinggal sehingga kini mereka menghuni rumah dari Yayasan Majapahit.
“Saya mencoba memetakan yang bisa saya lakukan untuk masyarakat, apa saja yang mereka butuhkan untuk kesejahteraannya. Setelah itu akan dicarikan solusinya,” ujarnya.
Menurut Risma, setiap daerah memiliki permasalahan yang berbeda-beda dan tentunya penanganan yang berbeda pula.
Dari hasil blusukannya ini, akan dijadikan acuan untuk penyaluran bantuan dari anggaran Kemensos.
“Kita berharap mereka bisa kita dampingi secara sistematis sehingga masalah seperti ini bisa diselesaikan, termasuk akan kita berikan pendampingan,” terangnya.
Risma menanggapi terkait kondisi bangunan Yayasan Majapahit yang memprihatinkan banyak yang rusak dan tidak layak huni. Risma akan melakukan komunikasi bersama pihak terkait untuk mencari solusi lantaran bangunan-bangunan itu bukan milik perorangan namun dari Yayasan Mojopahit.
“Kami akan komunikasi dengan pihak yayasan karena lahan bukan milik perorangan, tetapi milik yayasan,” tuturnya.
Eks Penderita Kusta juga Ingin Berdaya
Risma kemudian melanjutkan kunjungannya ke Dusun Sumber Glagah desa Tanjung Kenongo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
Dusun ini ditempati oleh eks penderita kusta dari berbagai daerah setelah berobat di Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah.
Mantan Walikota Surabaya ini menyambangi Dusun Sumber Glagah lantaran semakin banyaknya eks penderita yang menetap di daerah tersebut. Bahkan hingga mereka beranak pinak tinggal di Dusun Sumber Glagah.
“Kalau bapak dan ibu sudah sembuh, lebih baik mandiri dan keluar dari sini sehingga tidak terbebani. Kawasan Dusun Sumber Glagah ini kan untuk yang sakit, sebagai shelter setelah berobat di rumah sakit. Kalau yang sakit tinggal di luar kan khawatirnya masyarakat tak menerima, disini kan komunitas jadi bisa saling memahami,” beber Risma saat berinteraksi dengan penghuni Dusun Sumberglagah.
Dari berbagai sumber diketahui, semenjak tahun 1982, wilayah ini dihuni oleh eks kusta yang merupakan program dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
Sebanyak 50 Kepala Keluarga (KK) eks Kusta dipindahkan dari Surabaya. Kemudian tahun 1987 bertambah lagi 25 KK rujukan dari Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto.
Saat ini menjadi 199 KK dan sebanyak kurang lebih 25% dari jumlah tersebut yang masih menderita kusta. Warga dengan Eks Kusta ini menghuni areal lahan seluas kurang lebih 8 hektar.
Di tempat tersebut dibangun Rumah Sakit Kusta yang kini telah berubah menjadi Rumah Sakit Umum tipe C.
Semua warga telah didata dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial( DTKS) milik Kemensos agar mendapat bantuan dari berbagai program di Kemensos.
Namun belum semua warga menerima Kartu Indonesia Sehat (KIS), sehingga pelayanan kesehatan yang harusnya dilakukan secara rutin terkendala atau harus dibayarkan secara mandiri.
Kemensos juga mendata kebutuhan alat bantu seperti kaki palsu dan kursi roda yang dibutuhkan bagi penderita kusta. Hal ini langsung ditangani saat ada warga yang mengeluhkan ukuran kaki palsunya sudah tak cukup lagi.
Setiap KK, 1 tahun sekali mendapat bantuan Sembako berupa Beras 25 kg, Gula 2 kg, Minyak Goreng 2 liter, teh, sarden dan sebagainya dari Dinas Sosial.
Namun begitu, mereka masih belum terbebas dari stigma. Hal ini menyebabkan mereka sulit berinteraksi dengan masyarakat luas.
Mereka juga mengharapkan adanya program pemberdayaan berupa pelatihan keterampilan yang tidak bersentuhan dengan permakanan, misalnya perbengkelan, pertukangan dan sebagainya.
Risma juga berencana membukakan usaha bagi warga eks penderita kusta. Usaha tersebut diantaranya ternak ayam dan ikan lele.
Di dua lokasi yang disambangi, Risma memberikan bantuan Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berupa Alat Pelindung Diri terdiri dari suplemen, madu, hand sanitizer, masker hingga sabun cair.
Kemudian bantuan sembako yaitu beras, mie instan dan sarden, alat peraga edukasi, penambah nutrisi anak seperti susu, sereal, vitamin, madu dan biskuit, bantuan usaha kemandirian hingga pembentukan shelter workshop peduli.
Bantuan ini merupakan kolaborasi dari Direktorat Teknis dan UPT dibawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, yaitu Direktorat Rehsos Korban Penyalahgunaan Napza, Direktorat Rehsos Lanjut Usia, Balai Karya “Pangudi Luhur” Bekasi, Balai Karya “Mulya Jaya” Jakarta, Balai Disabilitas “Margo Laras” Pati, Balai Besar Disabilitas “Kartini” Temanggung, Balai Residen “Satria” Baturraden dan Balai Anak “Antasena” Magelang. [mae]