Semua orang mungkin pernah dengar tentang slogan ini “Mens sana in corpore sano”, sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya adalah “dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Sementara di dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 9 : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Begitu pentingnya menjaga kondisi tubuh yang sehat. Karena dari tubuh yang sehat dan tercukupi gizi akan lahir jiwa yang sehat pula. Namun Islam memandang sebaliknya. Qalbu dan jiwa yang sehat akan membuat kondisi fisik menjadi sehat dan waras. Intinya semua berkolaborasi, Jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. Baik secara fisik maupun psikis.
Sungguh ironi Indonesia saat ini ranking ke-4 dunia dan ke-2 di Asia Tenggara dalam hal balita stunting (gizi buruk). Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani Aher dalam keterangan pers, mempertanyakan bagaimana kita bisa mencetak sumber daya manusia yang unggul jika stunting masih menjadi momok yang menghantui negeri ini. Negara juga harus menjamin agar semua keluarga mampu tumbuh kembang secara optimal, tambahnya. Termasuk dalam penanganan gizi dan pelayanan kesehatan (merdeka.com.21/12/2020).
Semua orang tentu tidak ingin keluarganya mengalami stunting. Namun keadaan ekonomi yang membuat semuanya terjadi. Himpitan ekonomi jadi hal yang biasa dihadapi sehari-hari ditengah masyarakat. Tak heran kalau sampai mendorong sebuah keluarga melakukan tindakan kriminal seperti mencuri bahkan oleh anak-anak usia dini. Namun, bagi mereka yang kuat iman. Mereka rela berlapar lapar ria menahan sakit perut. Karena saking tidak adanya makanan yang harus dimakan. Ini semua dampak dari sistem demokrasi.
Di sistem demokrasi semua elit pejabat memperoleh jabatannya dengan bermodalkan besar. Sehingga ketika amanah itu sampai kepada mereka. Merekapun berlomba lomba meraup uang agar balik modal. Aspirasi dan harapan rakyat mereka lupakan. Niatan untuk mengurusi rakyat terlebih rakyat kecil kandas ditengah jalan. Terjadilah kesenjangan, yang kaya semakin kaya. Yang miskin semakin miskin dengan kesulitan ekonomi. Alhasil terjadilah stunting pada anak-anaknya.
Sistem demokrasi yang lahir dari sistem kapitalisme yang diusung dunia saat ini, diikuti secara berjamaah oleh semua negara. Semua orang mengorientasikan hidupnya bergantung pada materi dan uang. Sehingga dalam memperolehnya tak jarang sikut kanan kiri. Tanpa memperhatikan halal haram layaknya sistem sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan. Sungguh kontras sekali memang, untuk Indonesia yang kaya sumber daya alam harusnya dapat dikelola dengan baik oleh negara melalui para petinggi negari pelayan rakyat dan hasilnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Tapi sayang semua kondisi ideal itu hanya mimpi di tengah sistem Kapitalis saat ini.
Menurut Misbah Munthe S. Pd. Usaha getir negara dalam menuntaskan permasalahan stunting telah lama dicanangkan. Beberapa upaya di setiap daerah dijalankan namun semua hasilnya nol besar. Berulang penguasa berganti tak menjanjikan negeri ini pulih. Rakyat kecil terus menelan pahitnya kesulitan ekonomi. Bayi dan balita tak berkembang bahkan meninggal sia-sia. Peringatan Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tahunnya juga tidak berbuah arti apa-apa hanya kegiatan ritual belaka. Hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi bahwa asas yang rusak akan melahirkan kerusakan turunan dan kezaliman yang tak terbendung. (www.pojokopini.Com.26/12/2020)
Pemenuhan gizi yang baik dengan memperhatikan halal dan haram adalah hal yang penting. Oleh karenanya stunting merupakan masalah yang serius yang perlu segera diatasi. Karena makanan yang baik menghantarkan pada ketakwaan.
“Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Al-Maidah :88)
Makanan baik juga mencegah dari perbuatan buruk karena mengikuti hawa nafsu syaiton
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 168, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
Dalam mengatasi stunting ini perlu gebrakan yang mengakar dan menyeluruh. Peran negara sangat diperlukan. Semua itu bisa dilakukan, jika negara mau menstandarkan solusinya dengan mencontoh apa yang disyariatkan Alloh Swt dan RasulNya yaitu melalui penerapan syariat secara kaffah (menyeluruh).
Hal tersebut terbukti membawa pada kejayaan Islam yang gemerlang. Negara pada masa Islam mengamalkan fungsinya sebagai penanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan rakyat. Baik kebutuhan primer, sekunder ataupun tersier sesuai kesanggupannya. Selain itu, pemerataan kekayaan harus terbentuk di tengah masyarakat. Sebagaimana yang telah tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr: 7
“…Supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kalian.”
Kekayaan negara yang menguasai hajat hidup orang banyak atau kepemilikan umum diberdayakan oleh negara untuk kemakmuran rakyat. Standar kemiskinan/kemakmuran diukur dari pemenuhan kebutuhan setiap individu masyarakat. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, keamanan dan sebagainya. Bukan sebatas angka pertumbuhan ekonomi yang penentuannya dilihat secara universal.
Islam juga merupakan ideologi yang melahirkan pemimpin-pemimpin bertanggung jawab, amanah dan bertakwa kepada Alloh Swt. Sehingga semua urusan rakyat dan kesejahteraan mereka betul dijamin. Contohnya adalah masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Beliau adalah pemimpin (khalifah) pertama yang memberikan tunjangan kepada setiap bayi yang baru lahir. Sehingga setiap orang tua akan mampu memenuhi setiap kebutuhan gizi dan nutrisi bayinya. Selain itu, setelah cukup usia sekolah, mereka memperoleh pendidikan formal berkualitas secara gratis. Yang mencetak generasi muslim yang beriman, bertakwa serta dewasa secara intelektual.
Begitupun pada masa Khalifah Umar bin Abdul aziz. Walaupun masa jabatannya singkat. Beliau betul-betul membuat rakyatnya makmur senantiasa sentosa dan sejahtera. Sampai-sampai sulit menemui orang yang berhak menerima zakat. Karena semua rakyat sejahtera jauh dari kemiskinan.
Itulah bukti. Bahwa dengan diterapkannya Islam masalah stunting akan teratasi. Hanya Syariat Islam yang mampu melahirkan pemimpin yang menjadi khadimul ummah sehingga mampu wujudkan pembangunan berorientasi keluarga dan pembangunan Sumber Daya Manusia yang unggul. Diterapkannya hukum – hukum Alloh Swt di muka bumi juga menimbulkan kebarokahan tersendiri karena bersumber dari aturan Sang kholik yang Maha Pencipta, Maha Besar, Maha berkuasa dan Maha segalanya. Alloh Swt yang menciptakan manusia, tentu Alloh Swt juga yang mengetahui solusinya. MashaAlloh. Wallohua’lam bisshowab.