JAKARTA, BEDAnews.com – Masifnya kelompok radikalisme dalam menyebarkan ajaran dan gagasannya di media sosial, menjadi pekerjaan bersama bagi pemerintah dan segenap komponen bangsa untuk mencegahnya.
Pemerintah terus berusaha mengungkap jaringan terorisme di Indonesia baik melalui penangkapan dan penggalangan dananya seperti yang akhir-akhir ini disinyalir melalui kotak amal.
Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapat literasi terkait hal ini, salah satunya melalui dialog interaktif yang disiarkan secara streaming yang dilakukan oleh akun You Tube, Manusia Plural di Jakarta, Rabu (27/1/2021).
Kegiatan tersebut, menghadirkan beberapa narasumber antara lain Rofiq Muchsin (Pegiat Media Sosial/CEO Channel Youtube Manusia Plural), Surya Fermana M.Hum (Pengamat Intelijen dan Terorisme) dan Rayla Prajnariswari B.Kusrorong M.Hub.Int (Dosen Universitas Bung Karno).
Pada kesempatan tersebut, Rofiq Muchsin mengatakan, radikalisme tumbuh subur karena emosi, maka yang keluar dari sikapnya itu hanya emosi.
“Ada juga tokoh agama yang memanfaatkan ketokohannya untuk memanipulasi ummat. Di tambah, ketidaktahuan publik yang semakin mewarnai dominasi kelompok radikal di masyarakat,” ujarnya.
Pernyataan tersebut didukung oleh Rayla Prajnariswari, bahwa menurut teorinya, kelompok radikalisme berpotensi melakukan aksi terorisme pada tahun 2021 karena ada kekuatan, kemampuan, niat, dan kedekatan atau afilasi dengan kelompok lain.
“Selain itu, situasi pandemi Covid-19 tergolong memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi karena secara teoritis gerakan radikalisme muncul ketika kemampuan ekonomi sangat rendah. Untuk itu, Pemerintah berupaya memberantas radikalisme terorisme dengan melakukan pendekatan hard power dan soft power,” tuturnya.
Senada dengan hal tersebut, Surya Permana, selaku pengamat terorisme mengatakan,Radikalisme menutup kebenaran yang ada dan tidak menerima paham orang lain yang berbeda.
Upaya Pemerintah sudah berjalan dengan tepat, yakni melakukan penangkapan terhadap terduga teroris di beberapa wilayah termasuk mengungkap jaringanya.
“Radikalisme tidak menolerir paham lain yang diwujudkan dengan intoleran dan memaksakan kehendak. Satu permasalahan lagi yang harus di antisipasi oleh pemerintah dan segenap komponen bangsa adalah jika gerakan ini menjadi politik secara bersama-sama dan terkomando untuk melawan negara dan pemahaman agama yang sesuai,” pungkasnya. (R)