BANDUNG,- Setelah satu tahun lebih terpuruk karena pandemi covid-19, industri film nasional kembali menggeliat. Seiring dengan mulai dibukanya kembali bioskop, pegiat seni mulai menelurkan kembali karya-karyanya ke publik.
Salah satunya adalah film berjudul “Kuntilanak Merah” yang tayang perdana hari ini di Kota Bandung.
Sutradara film Kuntilanak merah Wijaya Sanuadji menjelaskan, film ini mengangkat pesan moral kepada masyarakat untuk tidak mempercayai hal yang musrik dan tetap berpegang teguh pada agama.
“Selain pesan itu, juga tersampaikan bahwa kita dididik dan tawakal untuk menghadapi hal yang goib, karena pesan itu terdapat dalam kitab suci, bahwa kita boleh percaya hal goib tetapi tidak menjadikan syirik,” ungkap Wijaya usai pemutaran film Kuntilanak merah di Bandung, Kamis (8/4).
Ia menargetkan agar para pemain baru dalam film tersebut, diberi kesempatan dan diapresiasi oleh artis senior serta diapresiasi masyarakat luas, dengan talenta yang dimiliki.
“Kami memilih genre horor karena banyak diminati penikmat film di Indonesia. Jujur saya sebagai sutradara masih banyak kekurangan dan perlu belajar lagi, namun saya yakin film horor Indonesia dapat bersaing dengan negara lain,” imbuhnya.
Sementara itu Gusman Padmawinata selaku produser berharap dengan diputarnya film garapan sineas Bandung ini, dapat membuka kesuksesan film nasional yang terpuruk akibat pandemi.
“Kami akui semua pekerja seni tidak dapat berkarya, namun setelah ini kita lalui diharapkan kembali bekerja untuk menghasilkan karya perfilman,” tuturnya.
Ia menambahkan, terkait regulasi produksi film dengan adanya pandemi, tentunya banyak berdampak, seperti pembatasan lokasi syuting dan pembatasan lainnya.
“Semoga ini segera berubah seiring pemulihan industri film yang sedang digiatkan kembali,” kata Gusman.
Yuniayu salova pemeran tokoh kuntilanak mengatakan, peran horor menjadi hal yang baru untuk mengasah kemampuan aktingnya, peran tersebut dinilai gampang susah, sehingga harus menguras seluruh kemampuan aktingnya.
“Tokoh horor hal baru bagi saya dan ada tantangan tersendiri. Saya mempunyai artis panutan horor yaitu Suzana, jadi saya berusaha menjiwai tokoh kuntilanak berdasarkan fim yang saya lihat di film Suzana,” jelas Yuniayu.
Persatuan Artis Film indonesia (Parfi) Jabar mengapresiasi film perdana bergenre horor yang diproduksi oleh sineas kota Bandung.
Perwakilan Parfi Jabar Dewi Parta menuturkan, film ini menampilkan seni budaya dan spot syuting yang menjadi daya tarik kearifan lokal.
“Saya ucap Alhamdulillah bioskop kembali dibuka, dan bangga dengan diputarnya film perdana bergenre horor, ini bentuk apresiasi memberikan semangat kepada insan perfilaman yang ada di Jabar. Kami mengajak insan film untuk tangguh dan terus berkarya walaupun di kondisi pandemi,” pungkasnya. [mae]