Refleksi 35 Tahun, SPI UIN SGD Gelar Doa Bersama

BANDUNG – Ekpos.Com >> Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung kini tengah genap berusia 35 tahun. Dalam rangka peringatan eksistensinya kali ini bertema “Refleksi 35 Tahun Jurusan SPI dan Doa Bersama Para Perintis.”

Acara yang dilaksanakan secara virtual tersebut dihadiri oleh berbagai pihak yang menjadi bagian dari keluarga besar Jurusan SPI, mulai dari Ketua dan Sekretaris Jurusan, Dekan dan para Wakil Dekan berikut para Tendik Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung. Tidak ketinggalan, hadir pula beberapa sesepuh dan perintis jurusan. Menurut Dr.Samsudin, M.Ag. selaku Ketua jurusan, lebih dari 200 orang hadir sebagai partisipan distreaming flatform Youtube.

Ketua Jurusan SPI, mengemukan bahwa ada berbagai hal yang patut disyukuri terkait eksistensi Jurusan SPI.

Di antaranya, begitu banyak prestasi yang telah ditorehkan, hingga saat ini. Seperti predikat A akreditasi BAN-PT sejak 2015 Jurusan SPI sudah dapatkan.

Prestasi lain, adalah di bidang akademik, yang mana para dosen Jurusan SPI cukup produktif dalam menghasilkan karya ilmiah dan jurnal.

” kami sangat bangga dengan para alumi yang sudah menemukan jati dirinya di lingkungan pemerintah ataupun masyarakat sesuai linieritas pendidikannya”, tutur Ketua jurusan di sela acara.

Menurutnya, dalam peringatan milad ke- 35 tahun ini, bukan hanya bersyukur atas prestasi secara akademik namun bersuka cita terhadap karya para alumni sebagai manivestasi lulusan SPI UIN SGD Bandung.

“Indikatornya, perolehan poin publikasi karya ilmiah yang terindeks SINTA, Jurusan SPI UIN Bandung masih di atas Jurusan SPI UIN lain di Indonesia”, kata kajur SPI UIN SGD Bandung.

Dekan Fakultas Dr. H. Setia Gumilar, M.Si. turut mengapresiasi terselenggaranya peringatan 35 tahun Jurusan SPI, yang menurutnya secara dinilai meriah, meski hanya lewat media virtual.

Setia Gumilar juga menekankan bahwa Jurusan SPI harus semakin piawai dalam merespon tantangan dunia pendidikan, terutama terkait program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM).

“Terkait MBKM, Jurusan SPI harus mampu berkolaborasi secara baik dengan kampus lain dalam pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat”, ujar Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

Dirinya yang juga mejadi salah satu lumni Jurusan SPI angkatan kelima, tahun 1990, berharap agar segenap elemen jurusan, dapat bersinergi dengan para alumni yang sudah berkecimpung dalam dunia teknologi, komunikasi, dan informatika, agar bisa menjawab tantangan Revolusi 4.0, saat ini.

Sesuai dengan tema, acara tersebut juga menghadirkan para sesepuh serta para perintis jurusan, yang dalam kesempatan itu memberikan tausyiah serta pemaparan terkait dinamika dan proses pendirian jurusan SPI di tahun 1980-an. Yang pertama berbicara adalah Dr. Djodjo Soekardjo Soekadana yang menyampaikan informasi bahwa pada pertama kali dibentuk, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), diketuai oleh Prof. Dr. Ahmad Hidayat, MA., (Alm). Menurut Djodjo, setelah serangkaian proses pengajuan persyaratan administratif ke Departemen Agama bisa dilengkapi, ia yang sebelumnya sudah mengajar di Fakultas Tarbiyah, mulai ditugaskan mengajar di Jurusan SKI yang baru dibentuk itu.

“Kemudian, dalam rangka pemenuhan slot pengajar, saya mengajak beberapa dosen yang ahli dalam ilmu sejarah dari IKIP Bandung, lalu kemudian masuklah generasinya pak Aam Abdillah sebagai dosen tetap angkatan pertama”, kenang sesepuh yang kini berusia 77 tahun tersebut. “Peminatnya luar biasa banyak, angkatan pertama mahasiswanya bisa sampai dua kelas penuh, masing-masing 45 orang”, sambungnya.

Berikutnya, giliran Prof. Ahmad Mansur Suryanagara, sesepuh yang memberikan tausiyah. Terlebih dahulu, pak Mansur berkisah bahwa pertama kali menjadi bagian dari Jurusan SKI, itu diajak oleh pak Aam Abdillah. Saat itu ia tengah menjadi pengajar di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNPAD. “Lalu, saya mengajak asisten saya, yaitu Mumuh Muhsin Zakaria dan Reiza Dienaputra, yang kini menjadi doktor dan guru besar ilmu sejarah di UNPAD”, tutur pak Mansur mengisahkan.

“Mumuh Muhsin membantu saya dalam bidang fislafat sejarah, sementara Reiza Dienaputra dalam kajian ilmu politik, dan untuk mata kuliah Sejarah Pergerakan, saya mengajak Elidawati, yang kini menjadi pemilik perusahaan kerudung Elzatta”, Sambung penulis buku API Sejarah ini.

Adapun dalam tausiyahnya, sesepuh yang usianya kini sudah mencapai 86 tahun itu, di antaranya mengamanatkan agar Jurusan SPI harus tetap menjadi pemelihara memori sejarah umat Islam dalam mendirikan dan memperjuangkan NKRI. “Hadirnya Jurusan SPI, harus menjadi andil dalam menjaga nilai-nilai sejarah, dan mencegah generasi bangsa dari kelupaan akan masa lalu”, begitu pesannya.

Selepas tausiyah dari para sesepuh, tidak ketinggalan pesan dan kesan disampaikan oleh perwakilan alumni. Muhammad Rijlan, alumni asal Malaysia, mengajak hadirin untuk bersama-sama membaca surah Al-Fatihah, mendoakan para pendiri dan perintis yang sudah wafat. Ia juga menyampaikan harapan agar Jurusan SPI bisa semakin berkualitas sebagai wadah pembelajaran anak bangsa, untuk masa depan yang lebih baik, tanpa melupakan masa lalu.
Selain itu, acara dimeriahkan oleh pemutaran kaleidoskop dan album kenangan Jurusan SPI dari masa ke masa. Beragam prestasi yang telah didapatkan, juga disajikan menjadi sebuah tayangan.

Tidak ketinggalan, pemutaran video ucapan selamat dari para dosen dan mahasiswa. Salah seorang dosen senior, Drs. Fajriudin, membacakan syair, yang penggalannya berbunyi “35 tahun sudah, setumpuk harap sebongkah doa demi aktualisasi diri dampingi generasi untuk karya insani dan panji ilahi.” Pungkasnya. Naurid Ilyasa, MIF

Total
0
Shares
Previous Article

Prinsip Kemitraan bank bjb, Tumbuh Berkembang Bersama

Next Article

Pola Kemitraan bank bjb Memberikan Manfaat Keberlangsungan UMKM

Related Posts