Disiplin Prokes dan Vaksinasi, Antisipasi Lonjakan Kasus

Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) gelar Dialog Produktif

JAKARTA – Dibeberapa negara Pandemi Covid-19 kembali mengalami lonjakan kasus. Satu di antaranya Singapura yang penduduknya sangat disiplin protokol kesehatan. Meski secara umum cakupan vaksinasi di negara ini mencapai 84%, namun pada kategori lanjut usia, capaiannya rendah atau bahkan belum tervaksinasi. Akibatnya, tingkat kematian pada kategori ini meningkat.

‘Angka kasus di Singapura mencapai hampir 2.000 kasus, ini sangat tinggi mengingat jumlah penduduk Singapura tidak besar, sehingga jumlah 1.000 kasus saja sudah dikategorikan kritis,’ ungkap Suryo Pratomo, Dubes Indonesia untuk Singapura dalam Dialog Produktif Semangat Selasa Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) -KPCPEN Selasa 28 September 2021.

Pemerintah Singapura sendiri memprediksi penambahan 100 hingga 200 kasus per hari. Namun pada kenyataannya jauh lebih tinggi. Menurut Suryo, penambahan kasus disebabkan oleh masuknya varian baru diiringi tingkat penularan lokal yang signifikan. Dengan wilayah kecil padat penduduk, rumah warga Singapura cenderung sempit dan dihuni banyak orang, sehingga transmisi sangat mudah terjadi.

Padahal, ujarnya, tingkat kedisiplinan Prokes masyarakat sangat baik. Pemerintah juga menetapkan denda atau hukuman penjara bagi pelanggaran. Penduduk yang keluar rumah harus memiliki surat telah lengkap vaksin. Pemerintah Singapura  juga mengawal dan mengawasi penduduk dengan memanfaatkan teknologi dalam upaya pengendalian penularan.

‘Di Singapura, para lansia merasa aman karena tidak ke mana-mana, jadi mereka belum mau divaksin.

Kematian Covid-19 di Singapura biasanya terjadi pada lansia dan yang belum divaksin,” kata Suryo.

Suryo mengemukakan, belajar dari lonjakan kasus di Singapura, diketahui bahwa masuknya varian baru akan sangat menyulitkan penanganan Covid-19. Karena itu, antisipasi dengan cara pengetatan pintu masuk merupakan langkah tepat untuk mencegah peningkatan kasus.

 

Pembatasan Pintu Masuk Sangat Perlu

Disaat yang sama, Sonny Harry B Harmadi selaku Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengatakan jika upaya pembatasan pintu masuk sangat perlu dilakukan, disertai pengawasan jalur-jalur masuk ilegal ke Indonesia dan penguatan pengamanan perbatasan.

‘Meski kinerja Covid-19 di Indonesia membaik, kita dikelilingi oleh negara-negara dengan lonjakan kasus. Karena itu perlu terus waspada dengan cara : meneruskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), meningkatkan testing, memperbaiki tracing, terus menerapkan protokol kesehatan, pembukaan kegiatan dilakukan hati-hati dengan menggunakan PeduliLindungi, serta percepatan vaksinasi,’ ujarnya.

Saat terjadi peningkatan mobilitas dan pembukaan kegiatan di ruang publik, kata Sonny, upaya mengenakan masker menjadi sangat penting, karena orang akan berdekatan satu sama lain.

“Cegah virus masuk ke tubuh dengan menerapkan protokol kesehatan. Kalau virus terlanjur masuk, benteng kita adalah vaksinasi. Tingkatkan solidaritas dengan cara saling menjaga. Ingat, kita masih punya target menurunkan indikator-indikator COVID-19,” kata Sonny.

‘Dengan upaya pengendalian tepat sasaran dan sistematis, berupa intervensi pada kasus dan kontak erat, sehingga tidak akan berpengaruh pada ekonomi, pendidikan maupun kehidupan sosial masyarakat,’ ujar Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI).

Untuk itu, masyarakat diharapkan terus disiplin 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), mendukung pemerintah agar memperkuat 3T (testing, tracing, treatment), serta percepatan vaksinasi.

Menurutnya, jumlah kematian di Indonesia memang turun, tapi case fatality rate (angka kematian) masih cukup tinggi yakni 3,4% sedangkan secara global adalah 2% dan Asia 1,5%. Karena itu, ia mengimbau masyarakat segera melakukan vaksinasi agar lebih terlindungi dari risiko sakit berat dan kematian saat terpapar virus Covid-19.

‘Negara dengan cakupan vaksinasi tinggi, biasanya angka kematian rendah,’ tegas Masdalina.

Mengenai gelombang ketiga yang muncul di beberapa negara, Masdalina mengatakan, ‘Di kebanyakan negara saat ini kasus biasanya turun setelah 8-14 minggu. Kemungkinan disebabkan oleh virus yang beradaptasi, virus melemah, atau kontribusi dari upaya intervensi yang dilakukan.’

Saat yang sama, Dokter sekaligus Influencer Nadia Alaydrus menyatakan, munculnya gelombang ketiga di berbagai negara tersebut seharusnya menjadi perhatian dan menjadikan kita lebih waspada.

Yang sangat mungkin dilakukan oleh masyarakat, menurutnya, adalah memutus tali penularan dengan cara patuh protokol kesehatan, mengurangi mobilitas dan mendukung program-program pemerintah.

‘Kita harus menyikapi pelonggaran dengan tetap dalam batasan. Sangat disayangkan kalau sampai lepas dan euforia. Ayo patuhi prokes, segera vaksinasi, dan jaga daya tahan tubuh,’ ajak Nadia. ***/Cil

Total
0
Shares
Previous Article

Kota Bandung Miliki Resiko Tinggi Terjadinya Bencana

Next Article

Dispora Gandeng P{WI Kota Bandung Gelar Pelatihan bagi Pemuda

Related Posts