BANDUNG, Ekpos.Com >> Beberapa tokoh politik yang menakan diri Aliansi Nano Jabar, menolak politisasi berkedok pembangunan monumen perjuangan Covid-19 di seberang Lapangan Gasibu, Bandung, yang dilakukan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Menurut Herry Mei Oloan, Ketua Presidium Nano Jabar, Gubernur Jabar Ridwan Kamil lebih mementingkan pencitraan, ketimbang memperhatikan keluarga tenaga kesehatan (nakes) yang betul-betul membutuhkan uluran tangan pemerintah.
Kalaupun mau membangun monumen ungkap Herry, seharusnya dilakukan dengan mekanisme yang benar tidak dengan serta merta berdasarkan imaginasinya (Ridwan Kamil).
“Terlalu prematur kalau sekarang membangun monumen perjuangan Covid-19 sekarang ini. Selain pemerintah pusat belum mencabut status darurat Covid, juga kita (Indonesia) masih terancam datangnya gelombang ketiga pandemi Covid-19,”ujat Herry, yang juga Ketua Pemuda Demokrat Indonesia kepada wartawan di Grand Kosamabi, Bandung, Jum’at (22/10/2021).
Herry meyakini, keluarga nakes tidak akan memerlukan bentuk penghargaan berupa monumen. Tapi lebih membutuhkan bantuan baik kebutuhan untuk sehari-hari maupun biaya meneruskan pendidikan bagi anaknya.
“Pembangunan monumen dananya mencapai puluhan miliar yang diperoleh dari APBD maupun sokongan CSR CSR (Corporate Social Responsibility) Bank BJB maupun dari para pengusaha lainya. Kan akan lebih bijak dana sebesar itu disalurkan bagi keluarga korban,”tegasnya.
Untuk itu, ungkapnya, pihaknya meminta agar KPK menyelidiki penggunaan anggaran yang digunakan untuk pembangunan monumen tersebut.
“Anggarannya cukup besar, berdasarkan penelusuran yang kita lakukan mencapai Rp 90 miliar yang diperoleh dari APBD maupun bantuan dana CSR peruhahaan swasta. Ini kan bisa saja terjadi duplikasi anggaran. Untuk itu kami minta KPK menyelidiki penggunaan anggaran yang digunakan untuk pembangunan mobnumen tersebut,” ungkap Herry.
Herry mengingatkan, jika Ridwan Kamil tidak memperhatikan aspirasi yang dilontarkan aliansi yang dipimpinnya, akan ada gelombang besar yang akan menghantam tampuk pimpinan Gubernur Jabar.
“Kalau memang tidak ada perhatian dari gubernur, kita lihat saja apa yang akan kami lakukan. Sesuai dengan nama Nano yang kita usung menjadi sebuah kekuatan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, “ tegasnya.
Apalagi ungkap Herry, Gubernur menginginkan agar peresmian monumen perjuangan covid-19 ini dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo. Padahal lokasi gasibu tidak memiliki hubungan khusus (historis maupun psikologis) dengan peristiwa musibah wabah Covid-19.
Lapangan Gasibu lebih memiliki hubungan dengan peristiwa refocusing anggaran Penanganan Covid-19 yang hingga saat ini masih menyisakan pertanyaan beşar mengenai pertanggungjawabannya oleh Gubemur Jawa Barat.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka Peresmian Monumen Covid-19 beralasan untuk ditolak dan meminta Presiden RI Joko Widodo untuk mengabaikan permintaan Gubernur Jabar untuk meresmikan Monumen Covid-19. **