Tuban – ekpos.com – Kejadian tenggelamnya perahu penyeberangan sungai bengawan Solo antara kabupaten Tuban dengan kabupaten Bojonegoro pada rabu (03/11) yang membawa 17 penumpang ikut menjadi perhatian Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Irjen Pol. Dr. Nico Afinta, S.I.K., S.H., M.H.,. didampingi beberapa pejabat utama Polda dan Kapolres Tuban, AKBP Darman, S.I.K, serta Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky hari ini orang nomor satu di Polda Jawa Timur tersebut mendatangi lokasi kejadian untuk melihat langsung proses pencarian korban, Kamis (04/11).
Sampai siang ini dari data 17 korban perahu tenggelam, 10 orang diantaranya berhasil ditemukan selamat, 1 korban ditemukan meninggal dunia dan 6 korban lainnya masih dalam proses pencarian.
Hal itu disampaikan oleh Kapolda Irjen pol Nico saat berada di lokasi kejadian.
“Informasi yang kami dapatkan ada 17 korban, sementara sudah ditemukan 10 orang selamat dan 7 korban lainnya dalam pencarian dan tadi ada 1 barusan diketemukan, masih ada 6 korban lagi dalam pencarian,” ucap Kapolda Jatim.
Nico Afinta menambahkan, dalam proses pencarian korban sudah dibentuk 6 satgas yang akan melakukan penyusuran baik di sungai maupun di daratan. “Ada 6 satgas, 5 satgas akan melakukan penyusuran di perairan dan 1 satgas melakukan pencarian di daratan, kami juga akan mengedepankan masyarakat yang ada di sepanjang aliran sungai sampai ke bendungan kurang lebih 43 KM untuk membantu dalam melakukan penyisiran dan mohon doanya mudah-mudahan 6 orang korban segera bisa ditemukan,” imbuhnya.
Saat ditanya penyebab utama, Nico menjelaskan bahwa, akibat derasnya arus sehingga perahu tidak mampu melintasi sungai dan akhirnya mengalami musibah terbalik dan tenggelam.
“Dari hasil olah TKP dan saksi yang melihat, penyebabnya adalah arus air yang sangat deras, kemudian perahu melintasi arus tersebut menyebabkan perahu terbalik dan mungkin diantaranya juga korban tidak bisa berenang,” jelas Irjen Pol Nico Afinta.
Kedepan bersama pihak-pihak terkait akan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) kepada masyarakat yang akan melakukan Penyeberangan.
“Tidak hanya manifes tapi kelengkapan seperti pelampung juga harus dilengkapi sehingga penyeberangan itu bisa memenuhi standar yang telah ditentukan untuk orang bergerak diatas air, keselamatan diutamakan, kegiatan sosial masyarakat juga bisa berjalan,” pungkas Nico.
Diberitakan sebelumnya, perahu penyeberangan sungai bengawan solo yang dinahkodai oleh Kasiyan (65), warga desa semambung kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro yang membawa 17 penumpang berangkat dari tambangan dusun Gemblo desa Ngadirejo Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban untuk menyebrang menuju tambangan desa Semambung kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro sekitar pukul 09.30 wib, namun nahas ditengah perjalanan perahu tersebut terbalik dan tenggelam akibat tidak mampu menahan arus sungai yang deras. (Red).