Majalengka – ekpos.com – Komisi IV DPR RI mengadakan Kunjungan Kerja (Kunker) Spesifik ke Pabrik Gula (PG) Jatitujuh milik PT PG Rajawali II (RNI Group) yang berlokasi di Majalengka, Jawa Barat. Kunker dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi, Selasa (30/11/21).
Ketua Tim Kunjungan Dedi Mulyadi menjelaskan, Komisi IV akan memberikan dukungan penuh melalui regulasi yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani.
Komisi IV hadir untuk memfasilitasi masyarakat, BUMN, dan Kementerian terkait, dalam rangka mewujudkan kemajuan industri gula nasional.
Mengenai adanya isu lahan tebu, Ia pun menegaskan, merujuk kepada putusan Mahkamah Agung (MA), PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) merupakan
perusahaan induk dari PG Jatitujuh yang memiliki hak pengelolaan atas tanah.
Karena itu, PG Jatitujuh memiliki kewenangan untuk mengolah lahan secara terbuka.
“Ruang untuk melakukan pengelolaan itu harus didorong secara terbuka. Saya
meminta negara memiliki peran,” kata Dedi saat memimpin kunker Komisi IV DPR RI.
Peran negara tersebut, ujar Dedi, bisa diartikan kepala daerah yang memiliki andil dalam hal kesejahteraan masyarakat sebagai imbas dari pengolahan tanah itu.
“Jika HGU nya untuk tebu, maka mutlak harus digunakan untuk menanam
Tebu.Tetapi juga kan orang tidak bisa mengubah sekaligus. Bisa dilakukan
pendekatan secara persuasif, humanistik, dan berikan tawaran. Petani itu kan kalau
diberikan tawaran bahwa ini lebih menguntungkan, pasti ikut kok,” Tambah Dedi.
Direktur Utama PT RNI (Persero) Arief Prasetyo Adi berterima kasih dan
mengapresiasi kesediaan Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan ke PG Jatitujuh,
Majalengka. Ia menjelaskan, sebagai BUMN, RNI mendapat penugasan dari
pemerintah untuk mengkampanyekan dan menggalakan budidaya tebu guna
mewujudkan peningkatan produktivitas gula serta memastikan keberpihakan
perusahaan kepada petani tebu rakyat dengan melibatkan dalam program-program kemitraan.
Arief menambahkan, selain untuk budidaya tebu sendiri, lahan HGU PG Jatitujuh sejak tahun 2018 telah dioptimalisasi untuk pelaksanaan program kemitraan budidaya tebu dengan masyarakat desa penyangga di sekitar perkebunan.
Saat ini sekitar 2000 petani yang tergabung ke dalam 14 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Majalengka dan Indramayu telah menjadi bagian dari program Kemitraan Budidaya Tebu PG Jatitujuh.
Dengan adanya kemitraan ini, keberadaan HGU PG Jatitujuh memiliki peran yang semakin semakin strategis. Pasalnya, selain untuk mengamankan rantai pasok bahan baku giling juga dapat meningkatkan perekonomian lokal melalui peningkatan kesejahteraan para petani.
Arief mengatakan, jumlah lahan HGU yang digarap mitra petani terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2019 luas lahan kemitraan tercatat sekitar 1.700 Ha, tahun 2020 naik menjadi sekitar 3.200 Ha, tahun 2021 bertambah menjadi sekitar 3.690 Ha. Di tahun 2022 perusahaan menargetkan penambahan lahan kemitraan menjadi 5.190 Ha.
“Penambahan luasan lahan kemitraan ini menandakan bahwa manfaat ekonomi dari program ini dirasakan secara nyata, sehingga minat masyarakat untuk bergabung semakin besar setiap tahunnya,” ujar Arief.
Direktur PT PG Rajawali II, Ardian Wijanarko menambahkan dan berharap berbagai gangguan terhadap keberadaan HGU, aktivitas kemitraan, serta kegiatan operasional produksi gula PG Jatitujuh tidak terjadi lagi dikemudian hari.
Ia berharap, masyarakat desa penyangga di sekitar HGU PG Jatitujuh dapat bersama-sama mendukung aktivitas kemitraan budidaya tebu yang tengah berjalan. Pihaknya dengan tangan
terbuka mengajak masyarakat untuk bergabung dalam program ini.
“Dengan tangan terbuka kami menerima masyarakat untuk bergabung menjadi mitra petani tebu RNI. Kami menargetkan pada masa tanam tebu tahun 2021/2022, jumlah mitra petani PG Jatitujuh bertambah hingga sebanyak 2.800 Petani,” ucap Ardian.
Sementara itu, Nono Madani, salah satu Mitra Petani Tebu PG Jatitujuh,
mengatakan, betul-betul merasakan manfaat dari program kemitraan ini.
“Tahun lalu SHU saya 15 juta per Ha. Makanya saya menghimbau untuk bergabung dengan kemitraan tebu. Luas kelompok tani saya sekarang mencapai 500 Ha,” ujarnya.
Nono mengakui, bahwa sebelumnya ia merupakan pihak yang bersebrangan dengan PG Jatitujuh bahkan ia adalah salah seorang tokoh penggerak F-Kamis.
“Saya Korlap F-Kamis wilayah Loyang sampai dengan Sukamulya. Saya juga yang turut menggugat lahan HGU Jatitujuh. Namun, saya sekarang sudah keluar dari F-Kamis dan memilih bergabung dengan program kemitraan, atas mediasi dari Forkopimda Indramayu dan Komisaris RNI,” pungkasnya. (Red)