Gus Yaqut Sebut PPG Harus Cetak Guru Berkarakter, Mesjid  Harus Penguat  Nilai Spiritualitas

BANDUNG-Ekpos.com

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan idealnya pembangunan fisik harus diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia yang tidak saja sehat jasmani, tetapi juga sehat rohani.

“Gedung Pendidikan Profesi Guru diharapkan dapat mencetak sumber daya guru yang berkarakter, unggul dan terampil. Sementara masjid menjadi wasilah penguatan nilai-nilai spiritualitas,” kata Menag ketika  meresmikan Gedung Pendidikan Profesi Guru, Rumah Tahsin dan Tahfidz dalam acara Pembinaan Pegawai UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berlangsung di gedung Anwar Musaddad, Selasa (11/01/2022).

Menag  memberikan apresiasi yang tinggi kepada keluarga besar UIN Gunung Djati Bandung, yang menggelar kegiatan Pembinaan ASN yang dirangkai dengan

Peresmian Gedung Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan Rumah Tahsin dan Tahfidz. “Sebuah ikhtiar yang penting dan strategis di tengah mulai memudarnya nilai-nilai kebangsaan di sebagian kalangan kampus,” ujar Menag dihadapan 200 ASN UIN Bandung

Menurutnya, kehadiran Gedung PPG, Rumah Tahsin dan Tahfidz bagi civitas akademika UIN Bandung “menjadi sarana terbaik mendesiminasikan paham agama yang rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.

Untuk membendung tumbuh suburnya sikap-sikap ekstrim diperlukan penguatan nilai-nilai multikulturalisme melalui PTKIN. Salah satunya dengan melakukan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila dan ke-Indonesia-an melalui kampanye nasional dan penguatan kurikulum pendidikan Islam. “Di sinilah peran dari PPG sebagai kawah candradimuka para guru hasil didikan PTKI,” paparnya.

Yaqut  meyakini gagasan merevitalisasi pendidikan Islam multikultural, harus dimulai dari PPG. “Karenanya, PTKIN harus menggawangi Moderasi Beragama dalam rancang bangun kurikulum Pendidikan Islam. Ini sangat penting dan mendesak,” tuturnya.

PTKI memegang peranan penting, mendesiminasikan nilai-nilai agama yang damai, moderat dan toleran di kalangan masyarakat. Pendidikan Islam di madrasah, pembelajaran PAI di sekolah, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (UIN, IAIN, STAIN dan PTKIS) serta pondok pesantren berperan penting untuk melakukan Pendidikan Agama Islam yang multikultural.

Menag mengajak agar seluruh ASN Kementerian Agama pada “UIN Bandung untuk menjadi role model (uswatun hasanah). Mengembangkan akhlakul karimah, pribadi yang unggul, berprestasi dan mengedepankan aspek manfaat yang sebsar-besarnya (khairun naas anfauhum li naas),” harapnya.

Ikut andil menciptakan suasana kehidupan kampus “yang menumbuhkan budaya damai, toleran dan menjunjung tinggi keterbukaan, menjadi langkah yang tak kalah pentingnya. Masjid menjadi pintu masuk terbaik,” jelasnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Muhammad Ramdhani, S.TP, mengajak pegawai ASN untuk mengemban misi besar kampus Islam, sehingga keberadaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi duta untuk menghargai keragaman dan perbedaan.

Dalam konteks keislaman dan keindonesiaan, keluarga besar Kementerian Agama RI telah menetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Agama sebagai bagian dari implementasi RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Tahun 2020-2024, bahwa Moderasi Beragama merupakan komitmen untuk terus kita kawal bersama.

Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama, yang senantiasa melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.

“Saya yakin dengan adanya Pendidikan Profesi Guru, Rumah Tahsin dan Tahfidz dapat mengembangkan moderasi beragama di UIN Sunan Gunung Djati Bandung setelah selesai aspek domestik. Selama ini, yang kita kembangkan  tidak ada sekat-sekat antara senior-junior.  Semuanya bisa duduk dan belajar bersama tentang publikasi ilmiah, peningkatan jurnal melalui kelas menulis Fakultas Ushuluddin, bahkan untuk percepatan guru besar kita banyak belajar dari dosen muda, termasuk ketika kampus lain seperti UIN Mataram, Palembang ingin belajar sama-sama belajar meningkatkan publikasi kita kirimkan dosen muda yang produktif menulis untuk berbagai pengalaman dalam bidang menulis, publikasi pada jurnal,” tegasnya.

Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Mahmud, M.Si., CSEE melaporkan kegiatan pembinaan ini diikuti sekitar 200 peserta yang terdiri dari dosen dan tenaga kependidikan dengan standar protokol kesehatan,” paparnya.

Saat ini keberadaan Rumah Moderasi Beragama di Kampus 3 UIN Sunan Gunung Djati Bandung telah berkembang menjadi garda terdepan dalam mengawal dan mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama di Jawa Barat.

“Rumah moderasi beragama ini dapat menjadi tempat candradimuka para mubalig, penyuluh dan guru-guru yang moderat dalam mengajarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Termasuk para pejabat yang ingin naik golongan harus mengukuti pelatihan dan memiliki sertifikat Rumah Moderasi Beragama. Kita ingin meng-clear-kan Jabar soal radikal, soal keberagaman, kebangsaan dan potensi  masing-masing yang dimiliki dosen, tenaga kependidikan. Untuk itu, keberadaan Rumah Moderasi Beragama menjadi bagian yang terus dikembangkan dalam rangka mengkampanyekan Islam wasathiyah, sehingga dosen dan tenaga kependidikan menjadi agen penyebar gerakan Islam moderat, rahmatan lil alamin di Jawa Barat,” ujarnya.

Berkat kerja sama dan sama-sama bekerja, UIN Sunan Gunung Djati Bandung mencapai prestasi yang membanggakan. “Alhamdulillah untuk awal tahun ini kita meraih prestasi 1 di lingkungan PTKIN versi Webometrics. Mudah-mudahan untuk versi Scimago kita dapat mempertahankan peningkatan, syukur-syukur bisa di peringkat 1 lagi.  Capaian ini semua bisa diraih dengan melakukan kerja sama dan sama-sama bekerja dalam rangka meningkatkan kampus yang unggul dan kompetitif,” ujar Rektor.*** Khadafi

Total
0
Shares
Previous Article

Menag Yaqut:  Kampus Harus Jadi Basis Pencerahan Masyarakat

Next Article

DWP Harus Kembangkan Sikap Toleransi dan Spirit Kebersamaan

Related Posts