BANDUNG-Ekpos.com
Kelompok keagamaan berkontribusi besar dalam mendongkrak suara dalam Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur (pilgub) Jawa Barat. Keberpihakan mereka dilatarbelakangi kasadaran akan pentingnya mengantisipasi ancaman stabilitas sosial, menegakkan toleransi, membantu pemerintah memerangi terorisme, narkoba, dan pemeliharaan norm-norma.
Demikian gagasan penting Dr Dadan Firdaus saat mempresentasikan Disertasinya di hadapan para penguji, dalam sidang terbuka Doktoral yang digelar Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rabu (09/02/2022). Dadan dipromotori oleh Prof Dr H Dadang Kahmad, M.Si; Prof Dr Asep Muhyiddin, M.Ag; dan Dr Mahi M Hikmat, M.Si, dengan peraihan yudicium sangat memuaskan.
Penelitian Dadan dilatarbelakangi oleh beberapa fenomena bahwa perhelatan demokrasi diisi oleh individu-individu yang yang diikat oleh kesamaan nilai dan membentuk solidaritas, kemudian mewujud ke dalam pilihan politik tertentu. Dalam konteks keindonesian, khususnya di Jawa Barat, salah satu ikatan atas kesamaan nilai dalam bentuk kesamaan agama.
“Pada Pilgub Jabar periode 2013-2018 terdapat beberapa bentuk kelompok keagamaan, yang setidaknya muncul dalam dua bentuk yakni Organisasi Masyarakat (Ormas) Keagamaan dan Partai-Partai Islam,” jelasnya.
Dadan mencontohkan pengaruh gerakan kelompok Islam, saat menuntut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar dipenjarakan karena dianggap menista Quran. “Ini menjadi inspirasi bagi kelompok agama dalam membentuk kekuatan bagi pencapaian tujuan politik tertentu,” katanya.
Termasuk pada saat Ahmad Heryawan saat memenangkan pilgub Jabar periode kedua. Dukungan partai politik Islam dan kefigurannya sebagai santri, mampu menggerakkan hampir semua kelompok keagamaan di Jawa Barat. Gerak partai dan beberapa kalangan agama sampai tingkat kultural, menandai adanya bentuk solidaritas kelompok keagamaan. “Kelompok keagamaan menjadi kendaraan ampuh untuk menjaring suara pemilih (voters),” ujarnya.
Landasan Teori
Penelitian Dr Dadan mengambilteori Durkheim tentang solidaritas mekanik dan organik. Solidaritas mekanik ditandai unsur nilai (common values), keseragaman cara berfikir, terbatasnya pembagian kerja (division of labor) dan otororitas tunggal yang membentuk kepatuhan homogen. Solidaritas organik ditandai kepentingan, fungsi dan peran sosial yang heterogen. Kesamaan nilai (vested interest) dibentuk oleh diferensiasi dan fragmentasi.
Tak luputkonsep Ashabiyah menurut Ibnu Khaldun, yang menjadi faktor penting dalam meraih kekuasaan politik. Konsep yang digunakan adalah tipologi pemikiran oleh Syafii Anwar, yang membantu melihat pola pemikiran tokoh yang menghegemoni anggotanya dan membentuk solidaritas. Teori Mac Iver dibatasi pada kriteria kelompok agama untuk mengungkap beberapa kriteria kelompok nyata di Jawa Barat.
Ditemukan fakta di lapangan bahwa kelompok agama pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat tahun 2013, terdiri dari kelompok lintas ormas (FSOI), kelompok agama mainstream, kelompok/organisasi otonom (ortom), dan kelompok underbow partai politik.
Proses pembentukan solidaritas kelompok agama ditandai dengan bentuk komunikasi antara FSOI dan anggota-anggotanya yang bersifat deklaratif dan terbuka. Ormas mainstream bersifat non-formal dan interpersonal cenderung tertutup; bentuk komunikasi kelompok otonom terbagi dua tipe: tipe pertama, ortom pemuda bersifat netral (tertutup, interpersonal, dan non-formal), tipe kedua, ortom wanita bersifat terbuka dan deklaratif.
“Sedangkan organisasi underbow partai politik bersifat terbuka dan deklaratif. Pembentukan solidaritas juga ditandai dengan adanya pengalaman praktis dan pengalaman intelektual,” jelas Dr Dadan, dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung.sal/ns