Bulan Sya’ban Momen “Ngaji Diri” dan Beramal Solih

Oleh : A.Rusdiana

Di sisa bulan Sya’ban ini, marilah kita persiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan, bulan paling mulia dari segala bulan. Bentuk persiapan itu tentunya boleh berbeda-beda. Bagi pedagang pakaian segeralah mengumpulkan modal dagangnya, untuk menyambut bulan Ramdhan dan hari yang fitri. Bagi pengusaha hendaklah segera mempersiapkan diri mengatur jadwal kerja yang tidak merusak hidmat bulan Ramadhan tetapi juga tidak mengurangi kwalitas produksi. Bagi para pengajar, guru dan dosen juga para ustadz, bersiaplah dengan materi seputar tema ramadhan, mulai dari sisi fiqih, hikmah dan rahasia Ramadhan.

Namun bagi siapapun saja, hendaknya menyiapkan diri memasuki Ramadhan dengan bermuhasabah mengintropeksi diri. Menghitung dan mengkalkulasi amal yang telah kita lakukan selama hidup hingga kini. Jikalau kita merasa amal baik lebih mendominasi dalam kehidupan kita, maka janganlah besar hati, karena itu menunjukkan buruknya amal hati kita. Dan biasanya perasaan tersebut (merasa diri baik) akan menyeret manusia dalam kehinaan dan ketakabburan.

Ingatlah sebuah maqalah (pesan) yang menyatakan bahwa “orang baik adalah merasa dirinya buruk, dan orang buruk adalah mereka yang mengaku dirinya baik” Namun jika hasil kalkulasi itu menjadikan diri kita semakin merasa kurang baik, maka segeralah menambahkan berbagai amal kebaikan, selagi umur masih di kandung badan, semoga Allah Yang Maha Kuasa memanjangkan

Para orang tua kita menyebutkan bulan Sya’ban dengan nama bulan ruwah, yang sangat identik dengan kata arwah. Orang sunda bilang  bulan ”ngarewahkeun

Sebenarnya kata ruwah atau arwah hanyalah sebagai penanda bahwa bulan sya’ban adalah bulan paling tepat untuk mengingatkan manusia akan wacana akhirat mulai dari sakaratul maut, kematian, alam kubur dan alam akhirat. Esensi sesungguhnya mengenang kematian dengan datang ke kuburan atau mengirim doa arwahan adalah banyak faedahnya bagi kita yang masih ada umur di dunia. Karena hal itu bisa menyemangati diri meningkatkan dan melipatgandakan amal di bulan Ramadhan nanti, dan akan menambah rasa takut dalam diri hingga senantiasa menghindari segala dosa amin.

Mengenai keadaan alam kubur, ada sebuah hikayat yang patut untuk disimak. Hikayat yang diceritakan melalui Abu Bakar al-Ismaili bahwasannya Sayyidina Utsman bin Affan tidak meneteskan air mata ketika digambarkan kepedihan neraka dengan segala siksanya. Beliau juga tidak menangis ketika dijabarkan mengenai kedahsyatan hari kiamat. Dan beliau juga tetap kuat mendengarkan gambaran tentang kehidupan di akhirat. Akan tetapi beliau menangis ketika diterangkan tentang kehidupan di alam kubur. Kenapa bisa demikian?

Sayyidina Utsman menjawab “jika saya berada di dalam neraka, saya masih bersama-sama manusia. Jika saya di hari kiamat nanti, saya juga masih bersama-sama dengan manusia lainnya. Tapi jika saya di dalam kuburan, maka saya sendirian tidak ada teman yang menemani. Sedangkan kunci kuburan itu ada pada malaikat Israfil yang hanya akan membukanya ketika kiamat tiba”

Demikianlah sayyidina Utsman gentar dengan kehidupan di dalam kubur. Karena sesungguhnya kuburan itu adalah salah satu lubang dari lubang neraka (tempat yang menyengsarakan bagi mereka yang hidupnya penuh dengan dosa). Dan menjadi bagian dari taman surga (bagi mereka yang beramal saleh). Demikianlah hadits Rasulullah saw.

Maka kuburan adalah serambi akhirat atau miniature akhirat yang penuh dengan pembalasan amal. Jika amal kita di dunia baik, maka kuburan akan menjadi surga yang bersahabat. Tetapi jika amal kita di dunia penuh maksiat, maka kuburan menjadi neraka dan musuh yang sangat jahat. Demikianlah keterangan hadits Rasulullah saw.

Bersumber dari Abi Said Al-Khudry ra. bahwa Rasulullah saw., pernah masuk ke Mushallanya. Di situ beliau bertemu dengan orang-orang yang sedang tertawa-tawa. Kemudian Rasulullah saw berkata kepada mereka “andaikan kalian mau mengingat kematian, tentu saja akan menyibukkanmu tentang kedahsyatan apa yang pernah aku lihat, maka perbanyaklah mengingat kematian karena setiap hari kuburan berkata “aku adalah rumah pengasingan, aku adalah rumah kesendirian, aku adalah rumah tanah, aku adalah rumah cacing. Maka jikalau yang dikebumikan adalah orang mukmin kuburan akan menyambutnya “Marhaban ahlan wa sahlan, engkau adalah salah satu orang yang kucinta dari sekian orang yang berjalan di atas punggungku. Sekarang engkau telah berada di dalam kekuasaanku, maka engkau akan tahu bagaimana caraku memperlakukanmu”. Kemudan kuburan akan memperluas rongganya untuk mayit seolah-olah panjang dan luas sepanjang penglihatannya, dan juga di buka pintu surga banginya, Dan apabila yang dikebumikan adalah orang kafir, atau orang yang durhaka, maka kuburan itu menyambutnya “la marhaban wala ahlan wala sahlan, engkau adalah salah satu orang yang kubenci dari sekian orang yang berjalan di atas punggungku. Sekarang kau berada di bawah kekuasaanku. Sekarang kau akan tahu sendiri apa yang akan aku lakukan kepadamu” Maka kuburanpun menghimpitnya, sehingga tulang-tulang rusuknya akan patah berlawanan”.

Kemudian periwayat mengatakan “lalu Rasulullah saw berisyarat dengan memasukkan jari-jari tangan ke dalam jari-jari tangan yang lain” (dan kemudian Rasulullah saw melanjutkan perkataannya). Kemudian Allah swt mengirimkan kedalam kubur itu tujuh puluh naga yang andaikan salah satu naga itu mengembus bumi, niscaya bumi tidak akan menumbuhkan tumbuha selamanya. Tujuh puluh naga tersebut lalu menguis-nguis dan mencakar-cakarnya sehingga kuburan menjadi kosong sampai besok hari hisab.

Demikianlah perlakuan kuburan bagi mayit yang diceritakan Rasulullah saw kepada kita sebagai pelajaran agar kita selalu ingat akan mati. Karena dengan demikian akan menjadiakan kita bersemangat menjalankan ibadah dan amal saleh.

Lalu bagaimanakah jika ternyata memang amal-amal buruk kita terlalu banyak? Maka bertaubatlah, fiman Allah dalam surah Al-Barah: 222;

Artinya ”sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat” (QS. Al-Baqarah [2]:222).

Banyak amalan bertaubat kepada allah swt., yang dapat dilakukan dapat dilakukan pada bulan syaban diantaranya:

Pertama; melakukan Sholat Sunnah Tasbih; Para ulama menyebutkan bahwa yang lebih utama pada malam Nishfu Syaban adalah melaksanakan sholat tasbih. Hal ini diajarkan Rasulullah SAW kepada paman Beliau yakni Sayyidina Abbas ra.

Kedua; Membaca Surat Yasin 3 Kali Bacalah surat Yasin 3 kali setelah sholat maghrib dan berdoa setelahnya. Bacaan pertama diniatkan suapa Allah memberikan panjang umur. Bacaan kedua diniatkan supaya dijauhkan dari dari segala bala dan diberi rizki halal yang banyak. Bacaan ketiga diniatkan tidak tergantung hidupnya kepada orang lain dan diberikan husnul khatimah.

Ketiga Berpuasa; Rasulullah bersabda, “Bulan Syaban adalah bulan yang biasa dilupakan orang karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Syaban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa,” (HR Abu Dawud).

Keempat Membaca Kalimat Tahlil; Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadzdzoolimiin Artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau, MahaSuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Kelima; Memperbanyak Sholawat Memperbanyak sholawat di bulan Syaban merupakan amalan yang punya banyak keutamaan.

Demikianlah khutbah jumah kali ini, semoga sisa bulan Sya’ban ini dapat kita manfaatkan sebagai media muhasabah yang nantinya kita gunakan sebagai bahan pertimbangan menindak lanjuti kehidupan kita di bulan Ramadhan “Allahumma bariklana fi Rajaba wa Sya’bana wa ballighna Ramadhan”.( Naskah dibacakan di khutbah Jumat,18 Maret 2022/ Penulis adalah Guru Besar UIN SGD Bandung)

 

 

 

 

 

 

Total
0
Shares
Previous Article

 KH.Miftah Faridl : Moderasi Beragama Bukan Berarti Membenarkan Agama Lain

Next Article

Kunjungi Polres Tuban, Dit Samapta Polda Jatim Saksikan Peragaan Dalmas Rayon

Related Posts