KEMUNGKINAN KOALISI PM dan ARB?

 

Oleh: Djafar Badjeber

Jakarta – ekpos.com – Tulisan ini ditulis sehubungan berita di youtube CNN Indonesia, Rabu (23/3/2022) dan di media sosial lainnya. Dimana diwacakan kemungkinan peluang Puan Maharani (PM) dan Anies R. Baswedan (ARB) perpasangan di pilpres tahun 2024.

Puan Maharani mengatakan, namanya peluang senantiasa terbuka. Lebih lanjut Puan juga mengatakan, dia dan Anies tidak memiliki masalah, apalagi bermusuhan. Dalam politik yang tidak mungkin bisa jadi mungkin. Semua dinamika bisa terjadi.

Berita ini cukup menarik untuk ditela’ah lebih jauh. Dan cukup positif untuk mencairkan suasana pasca pemilu 2019 yang terus- terusan dikompori oleh pihak tertentu, yaitu soal stigma Kampret dan Cebong pada saat pencapresan lalu.

Sudah banyak pihak menghimbau agar masalah itu diakhiri saja, apalagi para kandidat capres saat itu sudah berkoalisi.

Belum tuntas soal itu muncul lagi istilah kadrun (Kadal Gurun) bagi orang berjubah. Stigma ini masih eksis dibandingkan stigma kampret dan cebong yang sudah mulai memudar.
Dari hasil observasi penulis di WAG tertentu istilah Kadrun masih terus dihidupkan.

Salah satu alasan PM dan ARB kemungkinan berkoalisi adalah untuk mengakhiri kubu-kubuan Kampret dan Cebong. Tentu hal itu bisa melemahkan sesama anak bangsa. Melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Pengkotak kotakan seperti itu tidak baik, bisa menjadi embrio perpecahan.

Semangat dan niat baik PM patut diacungkan jempol. Beliau tidak menghendaki terjadi permusuhan sesama anak bangsa. Maka, kemungkinan Koalisi pihak Kebangsaan dan pihak Keummatan sebuah problem solver cerdas dan cantik.

Indonesia banyak membutuhkan Negarawan, yang lebih mementingkan dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Cara pandang PM patut diapresiasi. Sebab, masyarakat kita menganut fathernalisme. Pemimpin harus memberi contoh dan menjadi panutan. Jangan biarkan rakyat kita begaduh dan cakar-cakaran.

Apakah mungkin terjadi Koalisi Kebangsaan dan Keummatan atau sebaliknya?

Tentu bagi penulis mungkin saja. Apalagi PM sudah memberi signal dalam politik segala kemungkinan bisa saja terjadi.

Selain itu, berdasarkan data empirik kakeknya PM yaitu, presiden Soekarno pernah belajar kepada pahlawan nasional dan tokoh Islam yaitu HOS Tjokroaminoto.

Juga saat terjadi pemilihan wakil presiden di MPR RI, ibu Megawati yang menggantikan KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur malah mendukung Hamzah Haz sebagai wakil Presiden-nya. Saat itu ada tiga orang calon wakil presiden yang di voting di sidang MPR RI, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, Akbar Tanjung dan Hamzah Haz. Seandainya ibu Megawati dan PDI Perjuangan tidak memberi suara kepada Hamzah Haz, niscaya Hamzah Haz tidak terpilih.

Dari pengalaman empirik tersebut, Ibu Megawati dan PDI Perjuangan senantiasa mendahulukan kepentingan dan keselamatan bangsa serta negara.

Dari cerita singkat itu, terlihat dengan jelas bahwa ibu Megawati dan garis perjuangan PDIP ‘on the track’, selalu mendahulu konstitusi, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara.

Olehnya peluang Koalisi PM (koalisi kebangsaan) dan ARB (Koalisi Keummatan) atau sebaliknya sangat terbuka.

Ingat dalam politik tidak ada teman abadi dan musuh abadi!!

Penulis adalah:

– Anggota MPR RI 1987 – 1992,
– Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 1999 – 2004

Total
0
Shares
Previous Article

TNI Berangkatkan Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-S/MONUSCO ke Kongo

Next Article

Perenang Keturunan Indonesia-Amerika, Bangga Bisa Bela Indonesia di SEA Games 2022 Vietnam

Related Posts