Oleh: Ahmad Rusdiana, (Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Menginjak hari ke sepuluh Ramadan tahun ini, umat Islam yang telah menyelesaikan ibadah puasa dan ibadah lainnya, karena Allah semata bukan yang lainnya. Untuk melestarikan amal saleh tersebut dan harus bisa ditambah, jangan sampai berkurang apalagi hilang setelah Ramadan berahir. Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan (memberikan kemapanan) agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.” (QS. An-Nuur; 55).
Secara alamiah kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, atau mata pencaharian”. Dalam perspektif social,bekerja merupakan kegiatan di dalam kehidupannya, manusia selalu melakukan aktivitas, salah satu wujud dari aktivitas itu adalah kinerja. Manusia bekerja mangandung unsur kegiatan sosial, menghasilkan barang dan atau jasa yang pada akhirnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kepuasan. Bekerja berarti melakukan suatu pekerjaan, diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.
Dalam perspektif rohani atau religius, kerja adalah suatu upaya untuk mengatur dunia sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Dalam hal ini, bekerja merupakan suatu komitmen hidup yang harus dipertangung jawabkan kepada Tuhan.
Sungguh-sungguh bekerja dalam makna lain disebut “etos” sebagai motivasi untuk bekerja. Dalam Islam, bekerja dimaknai sebagai usaha yang dilakukan manusia secara halal, baik materi atau non-materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan dan keakhiratan.
Pertanyaannya mengapa Ramadhan dapat meningkatkan etos kerja dan profesionalisme? Untuk hal itu ada beberapa alasan diantaranya:
Pertama; Ramadan dimaknai seperti pendidikan pesantren atau madrasah. Hanya yang menjadi pembeda pada bulan puasa adalah yang jadi instruktur-udztas-atau pengawasnya langsung dari Allah Swt. Diibaratkan seseorang atau sekelompok orang mengikuti pelatihan yang berlangsung selama satu bulan. maka diharapkan para peserta didik dapat mengaplikasi hasil pelatihan pesantren tersebut yang telah diikutinya selama sebulan penuh. Didasarkan bahwa bulan ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Quran untuk menjadi petunjuk bagi manusia, dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan furqan (pembeda antara haq dan bathil). (QS.Al-Baqarah [2]:185).
Kedua: Ketika masa pelatihan atau puasa Ramadan berahir, sudah sepantasnya membuktikan peningkatan iman dan islam. Sebagai peserta didik dari Allah Swt. lebih menjaga kesucian Iman dan takwa yang telah diraih pada bulan suci Ramadan dengan penuh sabar dan ihlas. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani).
Ketiga: diyakini dalam ibadah puasa, ada tiga substansi pokok puasa yang harus dipahami: (1) adanya sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar; (2) adanya keterkaitan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial (kelompok), dan; (3) lahirnya jiwa keagamaan (spiritual) yang inovatif, kreatif, efesiensi, dan kinerja yangtinggi. Sebagaimana Allah SWT berfirman;“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”(QS.Al-Bayyinah[98]:7). Termasuk mencari keridhaan Allah Swt. Dalam melakukan kewajiban duniawi, agar selalu mengambil hikmah dan pembelajaran dari puasa Ramadan, supaya merasa selalu diawasi oleh Allah Swt. Sehingga dapat memunculkan keimanan, ketaqwaan kejujuran, etos kerja/kinerja dalam mencari nafkah di dunia. Jujur dan menghindari kebohongan salah satu yang ditekankan dalam ibadah puasa.
Dengan itu semua, diharapkan agar nilai-nilai positif yang dilakukan dalam bulan Ramadhan dapat dipelihara dengan baik dan istiqamah hingga bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya.Dan jangan sampai menyusut atau hilang. Segala amal perbuatan yang tidak ada gunanya atau bahkan melalaikan agar bisa dibuang jauh-jauh, terlebih yang haram, terbersit dalam hati saja tidak dipikirkan apalagi dilirik dan diperbuat. Sudah barang tentu karakter-karakter positif tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kerja untuk membentuk soft skills karyawan disamping hard skills nya. Sehingga masa berpuasa selama kurun waktu satu bulan, efektif untuk membentuk etos kerja seperti disiplin, bekerja keras, bertanggung-jawab, jujur, mandiri serta peduli kepada sesama yang melahirkan kerjasama tim.(Wallahu A’lam Bishowab)
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators.(2)https://www.google.com/ search?q =buku+a.rusdiana+shopee&source(3) https://play.google.com/store/books/author?id.*** rie