Oleh: Ahmad Rusdiana
Puasa yang disyari’atkan adalah puasanya anggota badan dari dosa-dosa, dan puasanya perut dari makan dan minimum. Sebagaimana makan dan minum dan merusak puasa, demikian pula halnya dengan dosa-dosa, maka pahalanya dan merusak buahnya, sehingga pada kedudukan orang yang tidak memposisikannya puasa. Karena itu, orang yang benar-benar menikmati adalah orang yang puasa bersama anggota dari melakukan dosa-dosa; lisannya lisan dari dusta, kekejian dan mengada-ada; perutnya dari makan dan minum; hasrat dari bersenggama. Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan sesuatu yang menodai puasanya, bila melakukan suatu pekerjaan ia tidak melakukan sesuatu yang merusak puasanya. Ucapan yang keluar darinya selalu bermanfaat dan baik, demikian pula dengan amal perbuatannya. Ia laksana wangi minyak kesturi, yang tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa minyak tersebut. Itulah metafor (perumpamaan) bergaul dengan orang-orang yang bergaul, ia akan mengambil manfaat dari bergaul dengannya, aman dari kepalsuan, dusta, kejahatan dan kezhaliman.
Saking mulia umat Nabi Muhammad SAW, Allah SWT mengistimewakan umatnya dengan nikmat yang agung. Dalam sebuah hadits Al-Baihaqi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdabda: “Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan, lima pemberian yang belum pernah diberikan kepada nabi sebelumku yaitu:
Pertama , pada awal bulan Ramadhan, Allah subhanahu wata’ala melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. Kedua , bau mulut orang yang minum, di sisi Allah lebih baik dari bau minyak misik (kasturi). Ketiga , para Malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. Keempat, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan (penjaga) surga-Nya, Allah berkata kepadanya ‘Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju tempat-Ku dan kemuliaan-Ku’. Kelima , pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka semuanya.” Seorang sahabat bertanya: “Apakah itu lailatul qadr wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, jika mereka selesai dari pekerjaan, akan dibayar upahnya.”
Syekh Abil Fadl al-Ghumari memberikan penjelasan lebih lanjut dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadan terkait hadits di atas. Beliau menjelaskan, yang dimaksud pada pemberian: Pertama adalah, Allah melihat umat Nabi Muhammad dengan pendangan penuh perhatian dan, “sehingga orang yang dilihat oleh Allah dengan pandangan tersebut tidak akan disiksa selamanya disebabkan oleh rahmat Allah kepadanya.” Kedua;“yang dimaksud dengan “mulut orang berdoa lebih baik dari bau minyak misik” adalah, dengan puasa oleh Allah, sehingga dengan pahala tersebut bau pahala orang akan melebihi harumnya minyak misik. Atau bisa mendapatkan pahala juga diartikan bahwa orang akan mendapatkan pahala melebihi orang yang menggunakan minyak misik.” Dengan dua penjelasan di atas, Imam asy-Syafi’i menghukumi makruh melakukan siwak setelahnya (dhuhur), karena si matahariwak bisa menghilangkan bau mulut orang puasa, sementara bau orang puasa lebih baik dari minyak misik.
Ketiga: yang dimaksud “para malaikat memohon ampunan” adalah sebagai pengganti atas malaikat. Kekeliruan itu disebabkan sanggahan para malaikat kepada Allah ketika hendak menciptakan manusia. Dalam QS al-Baqarah: 30, Allah berfirman: “Mereka (malaikat) berkata, apakah Anda hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?.” Dengan kejadian tersebut, Allah memerintah para malaikat untuk memohon ampunan atas kejadian tersebut. Namun, yang terpenting adalah bahwa para malaikat memohon ampunan untuk Nabi Muhammad adalah sebuah kenikmatan luar yang tidak Allah berikan pada selain umat Nabi Muhammad.
Keempat: yang diberikan Allah adalah, surga mempersiapkan dirinya dengan kenikmatan dan kenikmatan selama bulan puasa untuk orang-orang yang merayakannya.
Kelima; yang dimaksud “Allah mengampuni umat Islam pada malam akhir Ramadhan” yaitu Allah akan mengampuni dosa umat Nabi Muhammad ketika selesai melakukannya pada akhir bulan Ramadhan, dan kepada sama-sama melakukan takbir Allah atas nikmat yang Allah berikan nerupa nikmat yang bisa melakukan puasa dan ibadah lainnya .
Pada akhir penjelasan dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadhan , menurut Syekh Abil Fadl al-Ghumari mempersembahkan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad secara khusus tidak hanya 5 pemberian di atas, karena masih banyak pemberian Allah selain yang telah disebutkan, juga hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket ABC. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Kabupaten Panawangan. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui:(1)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)https://www.google.com/ search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source(3) https://play.google.com/store/books/author?id .*** rie