Bandung – ekpos.com – Ketua Pengurus Harian PHDI Provinsi Jawa Barat, Brigjen TNI (Purn) I Made Riawan menegaskan bahwa, gerakan pelayanan dalam berbagai bentuk, dimana salah satunya seperti Dharma Tula dan Upacara Metatah Bersama ini, hendaknya senantiasa dikembangkan.
Selain dalam rangka melaksanakan yadnya, kegiatan ini juga dapat menjadi ruang-ruang perjumpaan bagi umat, sehingga umat di Jabar solid, guyub, dan senantiasa dalam bingkai persatuan.
“Saya mengapresiasi kerja keras dan kerja cepat Panitia Metatah Bersama, yang hanya dalam waktu kurang dari 1 (satu) bulan, telah berhasil mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan ini dengan baik. Untuk itu, saya memberikan dukungan sepenuhnya dan memberikan pengayoman dalam penyelenggaraan Metatah Bersama Se-Bandung Raya ini,” ungkap Ketua PH PHDI Jabar saat memberikan sambutan dalam kegiatan Dharma Tula dan Upacara Metatah Bersama Se-Bandung Raya yang diselenggarakan oleh DPC Prajaniti Kota Bandung, pada hari Sabtu (30 April 2022), bertempat di Balai Sosial Pura Agung Wira Loka Natha, Cimahi.
Ke depan, saya juga mengharapkan lembaga-lembaga pelayanan umat di Kota dan Kabupaten semakin semarak melaksanakan kegiatan-kegiatan sejenis, seperti pawintenan atau pengabenan masal dalam rangka hadir dalam bentuk karya-karya nyata di tengah-tengah umat.
Dengan hadir di masyarakat dalam wujud karya nyata yang dirasakan manfaatnya oleh umat, maka inilah sesungguhnya tujuan yang hendak kita capai. “Pada kesempatan yang baik ini, saya mengharap kepada semua lembaga dan umat, agar dalam penyelenggaraan kegiataan keagamaan senantiasa penuh tulus iklas, tidak berlebih-lebihan dan tidak memberatkan umat. Saya memberikan apresiasi kepada Prajaniti Kota Bandung yang telah melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui acara metatah massal karena sebagai salah satu upaya menjaga peradaban agama hindu. Sebagai umat hindu berkewajiban menjaga peradaban agar tidak hilang karena kita hidup dan ada dalam peradaban itu.
Agama Hindu dalam beragama tidak hanya sekedar berbicara tetapi juga langsung mempraktekan agama itu sehingga benar-benar efektif untuk memberikan nilai-nilai ajaran agama seperti halnya dengan acara metatah massal ini. Dengan mempraktekkan agama maka agama itu akan bermanfaat dan umat menjadi baik dan mendorong mencapai pembebasan,” ujarnya.
Saat ini adalah jaman kali yuga, pada zaman ini agama dijungkir balik, jarang dipraktekkan tetapi lebih banyak dijadikan alat pencitraan atau alat politik sehingga tidak bermanfaat. Umat Hindu yang berada di Jawa Barat agar senantiasa mempraktekan agama dan harus terus dipertahankan dan dipraktekkan untuk mendapatkan manfaat bagi umat manusia. Saat ini pura juga harus dipertahankan sebagai pusat peradaban. Tidak hanya peradaban untuk agama, untuk sembahyang tapi juga peradaban lain seperti: peradaban pembangunan sosial, pembangunan pendidikan dan pembangunan ekonomi umat.
Dalam situasi pandemi yang masih belum pulih sepenuhnya, PHDI Jabar senantiasa berusaha untuk terus menggulirkan program-program nyata di umat yang terutamanya tersebar di sekitar 14 Kota/Kabupaten di Jawa Barat. Program-program nyata berupa pendampingan-pendampingan kepada KoKab, mendorong penguatan karya-karya sosial-ekonomi-pendidikan oleh berbagai Lembaga di Jabar, dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia Kegiatan, Ibu Kariati mengungkapkan bahwa, peserta yang mengikuti kegiatan metatah bersama ini mencapai 79 orang, yang berasal dari banjar-banjar se-Bandung Raya, antara lain Banjar Bandung Timur dan Utara yang berada di wilayah Kota Bandung, Banjar Bandung Barat yang berada di wilayah Kota Cimahi, Banjar Bandung Selatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung, Cianjur, dan Majalaya.
Ketua Panitia juga menjelaskan bahwa, rangkaian kegiatan dilaksanakan dalam 2 (dua) hari, dimana di hari pertama dilaksanakan upacara Nge-Raja Swala dan Dharma Tula.
Sementara di hari kedua dilaksanakan upacara metatah. Kegiatan Dharma Tula diselenggarakan dalam rangka untuk dapat meningkatkan pemahaman secara holistik upacara metatah dan seluruh rangkaian prosesnya dan mampu melembagakannya di dalam diri kita.
Upacara metatah/potong gigi/mepandes/mesangih adalah ritual Agama Hindu dan merupakan bagian dari Manusa Yadnya. Upacara ini dilakukan pada anak yang mulai menginjak usia remaja/dewasa. Potong gigi ini bermakna melepaskan diri dari unsur Sad Ripu, yaitu enam musuh dalam diri manusia yang timbul akibat perbuatan yang tidak baik.
“Jadi, upacara potong gigi juga bermakna menemukan hakikat manusia sehingga mampu membangun sifat-sifat kedewataanya.
Melalui pemaknaan Upacara Metatah, kita diharapkan mampu mewujudkan spirit dan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita mampu menjadi pribadi yang humanis, berkarakter, rukun, mandiri, unggul, dan berintegritas. Pribadi-pribadi yang mampu menciptakan nilai baru, dalam rangka mengangkat derajat kemanusiannya, bahkan derajat kedewataannya,” imbuhnya.
Dharma Tula dalam rangka Metatah Bersama Se-Bandung Raya yang dilaksanakan secara antara lain bertujuan untuk menggali lebih dalam nilai dan makna Upacara Metatah dan relevansinya dalam praktek hidup kekinian dalam rangka memperkuat pelembagaan spririt dan nilai-nilai Weda, dan menggali khasanah Hindu dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 dan memberi resolusi dalam menciptakan tatanan kehidupan baru.
Narasumber dan moderator kegiatan Dharma Tula ini adalah Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda dan Prof. Dr. Apt. I Ketut Adnyana, Guru Besar dan Dekan Sekolah Farmasi ITB, sekaligus Ketua DPD Prajaniti Jawa Barat.
“Sekali lagi saya mengapresiasi kegiatan ini, semoga panitia penyelenggara memperoleh pahala yang berlipat ganda atas ketulusan dan keikhlasan sehingga kegiatan ini dapat berjalan sesuai rencana. Semoga kegiatan hari ini menjadi tempat untuk mengumpulkan pahala dalam mengedepankan bhakti, srada, cinta dan kasih sebagai dasar hidup bersama dalam rasa saling asah, asih dan asuh serta tolong menolong dan bahu membahu,” pungkasnya. (Red).