Toko Oleh-oleh Serta Penyelenggara Umroh dan Haji Mulai Menggeliat

BANDUNG, Ekpos.Com >> Toko oleh oleh haji dan umroh di Pasar Baru Kota Bandung kini mulai menggeliat, setelah sebelumnya sempat anjlok akibat pandemi covid-19 yang melanda negeri ini.

Tak hanya itu, pemberangkatan jemaah haji Indonesia yang ditutup hingga dua tahun, dan kini kembali dibuka, berdampak positif bagi para pedagang oleh oleh.

Salah satu toko Hasanah milik Risma Febrian Safitri, merasakan, pandemi selama dua tahun lalu, membuat usahanya ketar ketir. Terlebih, oleh-oleh makanan seperti kurma, kacang-kacangan, dan cokelat.

‘Makanan yang paling berdampak karena sepinya pembeli. Sampai banyak yang expired (kedaluarsa), akhirnya kita buang. Kurma juga kita jual murah jadinya, meski expirednya masih lama,’ papar Risma Rabu (25/5/2022).

Akibatnya, omzet yang ia peroleh terjun bebas hingga 60 persen dari biasanya.

‘Namun sekarang alhamdulillah naik 80 persen. Mulai bulan puasa lalu. Banyak yang cari kurma, sarung, dan sajadah,’ tuturnya.

Sedangkan untuk para jemaah haji dan umrah, biasanya lebih mencari peralatan dan oleh-oleh dari tanah suci.

Oleh-oleh ini sudah dalam bentuk paketan kecil. Harganya mulai dari Rp12.000. Pernah ada yang pesan sampai 1.000 paket untuk oleh-oleh dan pengajian sebelum berangkat haji.

‘Isinya kacang, kurma, kismis, dan air zamzam. Biasanya mereka ingin ada tambahannya juga seperti tasbih atau pacar Arab. Itu biaya tambahannya paling Rp1.000. Isinya juga bisa by request,’ pengusaha yang buka sejak 2014 lalu.

Barang-barang ini Risma peroleh impor dari Arab Saudi, Pakistan, dan Jakarta.

Senada, Pawindra Saputra, pemilik toko PD. Nizam Makmur juga mengalami hal yang sama. Selama lima tahun berjualan, kerugian akibat pandemi Covid-19 cukup besar.

‘Saat awal pandemi, omzet turun sampai 70 persen. Mulai musim haji ini kita naik 60 persen,’ kata Pawindra.

Meski sudah mulai memasuki musim haji, tapi peserta haji masih belum yakin jika mereka akan berangkat. Hal ini pun berpengaruh dengan penjualan dagangannya.

‘Pas pandemi dua tahun ini, kita fokus ke jualan sajadah. Sajadah masih laris karena ada yang meninggal. Tahlilan biasanya pada kasih sajadah,’ akunya.

Saat penjualan sepi di masa pandemi Covid-19, makanan-makanan yang masih layak, biasanya bagikan ke masjid.

‘Kalau yang sudah jelek kita kasih ke peternak kambing untuk pakan,’ tambahnya.

Sementara itu, Muhammad Toha, pemilik Toko Ramadhani di lantai 4 Pasar Baru mengalami kerugian lebih besar. Meski sudah berdagang selama 15 tahun, pandemi Covid-19 tetap menggoncangkan usahanya. Saat pandemi, ia hanya memperoleh omzet 10 persen dari biasanya.

‘Tapi sekarang pelan-pelan peningkatannya sudah sampai 80 persen,’ cerita pria yang disapa Ahmad ini.

Toko milik Ahmad termasuk salah satu toko yang menjual oleh-oleh lebih bervariatif. Ada jam, satu set alat minum air zamzam, peralatan ibadah, dan aksesoris lainnya.

‘Yang paling banyak dicari sama orang buat oleh-oleh itu kurma, sajadah, kacang-kacangan, dan aksesoris juga. Kita bisa juga sediakan dengan paket kotak kecil mulai dari Rp15.000, tergantung pemesanan,’ pungkasnya. ***

Total
0
Shares
Previous Article

Terkait Layanan Publik, Pemkot Padang Gali Ilmu di Kota Bandung

Next Article

Konser Musik di Kota Bandung Diperbolehkan

Related Posts