Oleh: Ahmad Rusdiana
Perubahan, gejolak, dan arcaman selalu melanda dalam kehidupan manusla. Namun,manusia dengan segala kelebihannya dapat mengantispasi dan tidak akan tergilas oleh roda perubahan ltu sendiri. Oleh karena itu, memasuki masa purna bakti, memang dibutuhkan stres, agar orang merasa lebih siap menghadapi masa-masa itu. Asalkan stress tidak berubah menjadi disrtess yang akan menggilas manusia menjadi tidak berdaya. Apa yang dinikmati dan di rasakan selama ini adalah titipan anak cucu dan sewajamya diberikan kembali kepada nya.
Hari-hari yang akan datang adalah masa yang indah yang lebih dapat dan sesuai dengan kehendak hati apakah purna bakti sebagai masa transisi, sebagai karir lanjutan, atau sebagai masa permulaan kehidupan yang baru, itulah pesan dikatakan. (Baca http://beritadisdik.com/news/kaji/ragam-persepsi-dan-perilaku-individu-dalam-menghadapi-purna-bakti)
Ada beberapa bukti penelitian yang mengkaitkan masa puma bakti dengan berbagai krisis emosional. Neugarten (dalam Sudaryono,1987), menyatakan bahwa puma bakti sebagai bentuk perubahan akan menyebabkan kegoncangan emosional apabila ,tidak dipersiapkan (perubahan yang bersitat off-time); disisi lain perubahan yang on-time akan mengurangi kegoncangan. Dengan kata lain, yang dipersiapkan sejak awal kemungkinan untuk mengalami kegoncangan relatif kecil. itulah kemudian keterampilan mengelola stres diperlukan dan dapat dipersiapkan sedini mungkin sebelum memasuki masa purna bakti. (Baca:https://bedanews.com/reaksi-ketika-purna-bakti-4-persepsi-berbeda-saat-memasuki-masa-pensiun).
Terlepas dari itu semua, yang jadi persoalannya bagaimana ketrampilan dalam mengelola Stres? Fadilla (2000), dalam akhir penelitiannya, menegaskan bahwa; Pengelolaan stress bukan bersifat kemampuan tetapi lebih merupakan ketrampilan, hal ini berarti membutuhkan waktu untuk mencoba dan mempraktekkanya. Adapun langkah·langkahnya sebagai berikut:
Pertama. meningkatkan kepekaan terhadap reaksi-reaksi stres. Bagaimana saya tahu bahwa saya stres? Langkah pertama ini penting sekali, karena seringkali orang tidak mau dikatakan stres karena persepsi yang salah di masyarakat menyatakan bahwa stres selalu berkaitan dengan hal-hal negatif. Dalam masa menjelang atau mendekati MPP biasanya intensitas dan frekuensi reaksi-reaksi stres itu akan muncul. Dalam hal ini kepekaan pasangannya terhadap reaksi menjadi semakin signifikan.
Kedua, peredaan emosi; Biasanya orang yang mengalami tekanan atau mungkin distress sangat sensitif emosinya. Oleh karenanya. peredaan emosi ini menjadi penting. Ada saluran-saluran energi sehingga energi dapat dikeIola dengan baik. Adapun teknik penya luran energi dapat dilakukan dengan cara olah raga, menyalurkan hobi, ataupun cara cara religius. Peredaan emosi ini belum masalah yang menekan belum tuntas tetapi setelah emosi mereda, orang dalam kondisi seimbang, maka proses pemecahan masa lah baru depat dilakukan. Namun demikfan banyak juga orang yang bermaksud mere: dakan emosi tetapi menimbulkan masalah yang baru. Misalnya, orang yang terbiasa merokok, la merasa lebih mampu berkonstrasi jika merokok. Dalam kondlsi stress, frekuensi merokok semakin besar.
Ketiga. mengidentifikasi sumber stres. Dalam kondisi stress, seringkali orang tidak tahu sumber stress yang sesungguhnya. Yang dirasakan misalnya adalah keinginan untuk marah, tidak enak dalam tubuh, dan mulai menghindar dari pergaulan sosial. Oleh karena nya, dalam masa-masa pra purna bakti dapat diantispasi sumber-sumber yang menjadi penyebab stres. Dengan ditemukannya sumber stres pada dasarnya proses pengelolaan stres itu sendiri sesudah dilakukan.
Keempat, solusi. Kadang-kadang dengan meredakan emosi, masalahnya sudah dapat terpecahkan, jika belum maka berdasarkan sumber stres yang diidentifikasi maka dicari alternatif jatan keluarnya. Persoalan purna bakti bukan semata-mata persoalan pribadi, biasanya terkait dengan istri atau anak. Upaya pemecahan masalah dapat melibatkan fihak-fihak dalam keluarga dekat dengan mengembangkan pola-pola komunikasi yang terbuka.
(Wallahu A’lam Bishowab).
Penulis: Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/ search?q =buku+a.rusdiana +shopee&source (3) https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M/rie