Oleh: Ahmad Rusdiana
Diketahui hari Jum’at ini tanggal 10 Dzulqa’dah 1443 H, bertepatan pula dengan dengan tanggal 10 Juni 2022. Hari tanggal yang unik bukan? Kata Dzulqa’dah dipandang dari gramatikal bahasa Arab adalah “Penguasa Gencatan senjata” karena pada saat itu bangsa Arab meniadakan peperangan. Sebab itulah, bulan tersebut dianggap sebagai bulan yang sakral yang dalam bahasa Al Quran dinamakan Al Asyhur Al Hurum (beberapa bulan yang mulia) atau dalam versi Imam Ghozali menyebutnya dengan redaksi al ayyam al fadhilah (Ihya’u Ulumiddin juz 1: 366-367). Keberadaan kemuliaan bulan dzul qa’dah ini diperkuat kembali oleh narasi Syekh Al Imam An Nawawy Al Bantany dalam kitabnya Madarij As Su’ud hal: 34: menyatakan bahwa: “(ketahuilah) bahwa paling utamanya bulan adalah bulan ramadhan kemudian muharam kemudian rajab kemudian dzul hijjah kemudian dzul qo’dah kemudian syaban,maka selainya adalah sama (dilihat dari grade/tingkatannya).”
Ada pula yang berpendapat bahwa Dzulqa’dah berasal dari dua kata yaitu “Dzul” artinya pemilik dan “Qa’dah” artinya duduk. Dinamakan Dzulqa’dah karena pada bulan itu kaum laki-laki Arab dahulu beristirahat dari perang dan menikmati hari-harinya dengan duduk-duduk di rumah.
Penentuan awal bulan Dzulqa’dah menjadi penting karena selanjutnya pada tanggal 29 Dzulqa’dah menjadi tanggal pelaksanaan ru’yatul hilal untuk menentukan pelaksanaan ibadah haji di bulan Dzulhijjah. Dengan menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah maka dapat diketahui waktu-waktu pelaksanaan ritual haji dan Hari Raya Idul Adha.
Syaikh Ali bin Ibrahim berkata: “Sungguh pada bulan-bulan yang dimuliakan kebaikan dan keburukan di lipatgandakan”. Sedangkan keutamaan bulan dzulqa’dah diceritakan langsung oleh Al Quran dan Hadist sebagai berikut:
Pertama: Bulan Dzulqa’dah termasuk bulan yang mulia (al asyhur al hurum); seperti keterangan yang telah disebutkan diatas bahwa bulan dzulqa’dah merupakan bulan yang mulia, lebih tepatnya 3 bulan disebutkan dalam hitungan runtut yaitu dzulqa’dah, dzulhijjah dan muharam dan satunya lagi yaitu bulan rajab. Keterangan ini sangat masyhur dan dapat kita lihat pada Q.S.At Taubah ayat 36: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Kedua: Bulan Dzulqa’dah, merupakan Salah Satu Bulan Haji (Untuk memulai ikhram); Hal ini dapat kita lihat bersama dalam Q.S.Al Baqarah ayat 197, Tafsir Ibnu Katsir juz 1 halaman 290: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.
Ketiga Bulan dimana Allah SWT berbicara kepada Nabi Musa AS yaitu selama 30 hari ditambah 10 hari dari bulan Dzulhijjah (Q.S.Al Araf 142, dalam Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal. 290): “Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, perbaikilah, dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.”
Keempat, Rasulullah SAW. tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu meriwayatkan: Maknanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji” (HR al-Bukhari).
(Wallahu A’lam Bishowab)
(Tulisan ini merupakan refleksi teks Jumat 10 DzulQai’dah 1443/10 Juni 2022)
Penulis: Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/ search?q =buku+a.rusdiana +shopee&source (3) https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M