Jakarta – ekpos.com – Mewujudkan kerjasama yang sudah disepakati beberapa waktu lalu, PWI Jaya dan Universitas Mercu Buana menggelar kegiatan bersama berupa Seminar Kuliah Tamu bertajuk “Robot Journalist Sebagai Tantangan Broadcaster Muda”.
Seminar Kuliah Tamu ini dilaksanakan hibrid dihadiri sekitar 30 mahasiswa semester 4 dan 6 jurusan Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana yang hadir langsung secara tatap muka, serta sebanyak 118 mahasiswa lainnya mengikuti event ini secara online.
Acara dilaksanakan di Gedung Multi Media Kampus Universitas Mercu Buana Jalan Meruya Selatan Jakarta Barat, Rabu (15/6/2022).
Tampil sebagai pembicara sekaligus mewakili PWI Jaya, Wakil Ketua PWI Jaya Bidang Antar Lembaga, Amy Atmanto yang juga dikenal selaku Jurnalis Senior, Desainer dan Pemerhati Jurnalisme Digital.
Turut hadir Ketua PWI Jaya, Sayid Iskandarsyah, Wakil Ketua PWI Jaya Bidang Pendidikan, Budi Nugraha.
Sedangkan dari Universitas Mercu Buana hadir Ketua Program Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, Dr. Suraya Muflihun, M.Si, Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Riki Arsendi, Wakil Kepala Biro Humas, Dudi Hartono.
Seminar sendiri dipandu oleh Ridho Azlam Ambo Asse yang juga Sekretaris Bidang Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi.
Dalam sambutannya Ketua PWI Jaya, Sayid Iskandarsyah mengharapkan, kegiatan ini bermanfaat bagi para mahasiswa sekaligus menjadi motivasi para mahasisiswa jurusan Broadcast dalam menyelesaikan studinya.
“Supaya para mahasiswa broadcast ini dapat mendapat ilmu langsung dari praktisi media sehingga ilmu yang diperoleh para mahasiswa menjadi lengkap,” harapnya.
Sementara itu Ketua Jurusan Program Studi Broadcasting, Dr. Suraya Muflihun, M.Si mengatakan, program ini sangat bermanfaat karena dirasakan langsung manfaatnya oleh para mahasiswa.
“Dengan mendapat ilmu dari praktisi langsung apalagi praktisi tingkat nasional, tentunya pengetahuan mahasiswa kian bertambah Tentu hal ini sangat positif,” kata Dr. Suraya Muflihun, M.Si.
Dalam pemaparannya, Amy Atmanto mengungkapkan, Robot Jurnalism yang merupakan wujud Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan, menurut Stanford Computer Science, didefinisikan sebagai ilmu dan rekayasa pembuatan mesin cerdas, yang melibatkan mekanisme untuk menjalankan suatu tugas menggunakan komputer.
AI merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan komputer, perangkat lunak, dan robot, untuk ‘berpikir’ cerdas layaknya manusia.
AI dipakai untuk bekerja taktis dengan zero mistake. Saat ini, AI melalui ragam jenis robot dan mesin sudah hadir di dunia industri (manufacturing) lalu mendepak ribuan pekerja manusia dari pabrik
“AI kemudian tidak hanya hadir di manufaktur tapi juga masuk ke jurnalisme, ranah yang selama ini identik dengan kemampuan berpikir kritis, logika, dan kepiawaian menulis,” kata Amy.
Lantas, apakah robot akan mengambil alih jurnalisme?. “Tidak akan pernah,” tegas Charlie Beckett, Direktur media think tank Polis di London School of Economics, yang baru-baru ini memimpin penelitian terhadap 71 organisasi berita di 32 negara,kutip Amy Atmanto.
Lebih lanjut Amy memaparkan, laporan penelitian tim Beckett menunjukkan bahwa ruang redaksi umumnya menggunakan AI dalam tiga bidang yaitu pengumpulan berita, produksi, dan distribusi.
Beckett melihat potensi kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan pemrosesan data dapat dimanfaatkan jurnalis sebagai kekuatan baru. Namun demikian, “kekuatan baru” tersebut membuahkan tanggung jawab baru bagi jurnalis untuk memastikan kebenaran data tersebut.
*Jurnalis Masa Depan*
Gary Cameron dari Reuters menyatakan jurnalis manusia tetap dibutuhkan untuk membuat template naskah. Jurnalis manusia juga dibutuhkan karena memiliki “rasa” untuk memilih diksi yang tepat dan sesuai konteks. Hal yang tak bisa dilakukan robot atau komputer.
Ada beberapa aktivitas jurnalisme yang tetap membutuhkan eksistensi jurnalis manusia. Hubungan dengan Narasumber di mana Jurnalis manusia terampil dalam mengembangkan hubungan dengan narasumber untuk menggali lebih banyak informasi semua hal yang tidak bisa dilakukan AI.
Arti lain, adalah adaptasi dengan Media Sosial yang berarti Platform media sosial juga membentuk tren dalam jurnalisme, karena semakin banyak ruang redaksi yang menggunakan Facebook dan Twitter untuk menyampaikan berita secara real time.
Masih kata Amy, Jurnalisme Merek merupakan paduan komunikasi korporat, hubungan masyarakat, dan pemasaran konten.
Bentuknya berupa blog, artikel online, dan unggahan media sosial berisi hal positif seputar perusahaan/ produk demi membangkitkan kesukaan terhadap merek tersebut.
Terakhir, Berita Terbaru (Breaking News)
Liputan berita terkini (breaking news) akan sangat sulit dibuat oleh AI.
Dibutuhkan jurnalis manusia untuk melaporkan langsung dari lokasi, mengabarkan setiap perkembangan secara intens, sekaligus bergerak mencari sidebar informasi untuk mempertajam analisis.
Selama lebih kurang satu jam, Amy Atmanto memaparkan robot jurnalis ini yang mendapat respon positif dari peserta. Sehingga diskusi berlangsung interaktif karena sejumlah mahasiswa secara bergantian mengajukan berbagai pertanyaan.
Di akhir acara diberikan penghargaan berupa souvenir kepada penanya terbaik baik yang bertanya langsung di ruang acara maupun yang lewat zoom.
Usai acara, Amy Amanto beserta pengurus PWI Jaya dan jajaran Jurusan Broadcasting Universitas Mercu Buana melakukan foto bersama. (Red).