Lampung – ekpos.com – Paham radikalisme masih terus menggeliat di tengah masyarakat, bahkan dunia pendidikan kembali tercoreng dengan diamankannya seorang mahasiswa di Malang pada bulan Mei oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 karena terpapar oleh radikalisme.
Bupati Kabupaten Pesawaran, H. Dendi Romadhona, berpesan kepada para orang tua murid maupun tenaga pendidik untuk lebih peduli dan lebih berhati-hati dalam memperhatikan perkembangan siswa-siswinya, namun bukan hanya dalam dunia pendidikan saja, melainkan juga aktivitas siswa-siswi di masyarakat.
“Solusi terbaik adalah dengan selalu mengingatkan pada generasi muda terutama dalam pendidikan dengan lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Karena rata-rata paham radikal atau isu-isu negatif masuk bukan secara langsung tatap muka / dialog, namun melalui konten-konten yang ada di media sosial, maka harapannya dapat diberikan pemahaman untuk bijak dalam menggunakan media sosial.” tegas Dendi melalui keterangannya, Sabtu (25/6).
Sementara Pimpinan Redaksi Radar Lampung, Taufik Wijaya, SE mengatakan bahwa, dunia pendidikan saat ini sangat rawan disusupi oleh paham radikal dan terorisme, salah satu penyebabnya adalah minimnya pelajaran terkait Penanggulangan/ penanganan radikalisme dan terorisme terutama di level menengah ke bawah. Bahkan level mahasiswa yang notabene adalah ujung tombak dari generasi muda bangsa, pendidikan mengenai bahaya radikalisme sangat minim diberikan.
Taufik Wijaya, juga mengatakan, beberapa fakultas hanya memberikan 1 pelajaran Pancasila dengan bobot hanya 2 atau 3 Satuan Kredit Semester (SKS) selama mereka menempuh pendidikan. Sementara pelaku radikalisme dan terorisme sangat masif mempromosikan pemahaman radikal.
Oleh karena itu, butuh perhatian dari stakeholder terkait, khususnya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sampai dengan level sekolah.
“Harus ada semacam terobosan yang bisa membuat para siswa memiliki semacam tameng untuk mengantisipasi masuknya paham radikalisme,” ujarnya.
“Media juga mengambil peran dalam pencegahan radikalisme dengan melakukan pemberitaan terkait bahaya radikalisme dan terorisme, sehingga diharapkan dapat dijadikan acuan bagi masyarakat, khususnya generasi muda,” imbuhnya
Sebagai contoh, Radar Lampung juga menggelar semacam pagelaran musik yang diisi pula dengan materi bahaya paham radikalisme dan terorisme. Harapannya stakeholder terkait juga membuat terobosan yang salah satunya adalah penerapan pendidikan moral pancasila yang rencananya akan dikembalikan ke dalam kurikulum pendidikan. Hal tersebut sangat baik untuk membumikan Pancasila saat ini dikalangan anak muda, pungkas Taufik. (Red).