Mengungkap 3 Rahasia Kesuksesan  Nabi Ibrahim AS.

Oleh: H.Ahmad Rusdiana

-Alhamdulillah, siang hari ini kita semua menikmati, karena dapat melaksanakan shalat Jumat bersama usai merayakan ‘Îdul Adhâ dengan selamat dan sejahtera. Karena itu, mari kita bersama membaca makna dan hakikat yang terdalam dari Idul Adha. Minggu kemarin kita sudah melaksanakan Idul Adha.

Secara bahasa, ‘îd memiliki makna hari raya, adhâ artinya hewan sembelihan, artinya pada hari itu kita diperintahkan Allah untuk berkurban dengan menyembelih binatang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hari istimewa juga dapat dipertemukan dengan hari raya haji, karena sehari sebelumnya umat Muslim yang berhaji melaksanakan wukuf di Arafah. Hari raya Idul Adha juga diperingati dengan hari raya besar, karena mengingat peristiwa penting Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. telah berlalu, mari kita bersama belajar dari kesuksesan Nabi Ibrahim AS.

Imam Nawawi bin Umar al-Bantani al-Jawi dalam kitab Nashaihul Ibad, halaman 10 menceritakan tentang Nabi Ibrahim ketika ditanya, apa alasan utama Allah SWT mengangkat Nabi Ibrahim menjadi khalilullah? Nabi Ibrahim menjawab dengan tiga alasan. (1) Nabi Ibrahim selalu mendahulukan perintah Allah. (2) Nabi Ibrahim selalu tawakal kepada Allah. (3) Nabi Ibrahim adalah pribadi yang peduli terhadap orang lain.

Rahasia pertama Nabi Ibrahim menjadi khalilullah atau kekasih Allah adalah mendahulukan perintah-Nya. Hal tersebut ketika mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim AS diperintahkan Allah untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Sebagaimana Firman Allah dalam surat as-Shaffat 102-111.

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’. (QS. as-Shaffat 102-111).

Dari perjalanannya yang panjang, dengan rentetan perjuangan dan ujian demi ujian, pada akhirnya Nabi Ibrahim mendapatkan kemenangan, kelulusan, dan kesuksesan yang gemilang. Lulus dari ujian yang berat dari Allah SWT. Hingga kini peristiwa tersebut dikenang oleh Muslim sedunia agar ajaran Nabi Ibrahim menjadi teladan dan diamalkan oleh generasi masa depan.

Rahasia kedua kesuksesan Nabi Ibrahim adalah selalu bertawakkal kepada Allah SWT. Maksudnya, ia adalah nabi yang selalu berusaha keras, cerdas, ikhlas, dan selalu mengerjakan perintah Allah dengan tuntas. Nabi Ibrahim selalu berikhtiar dan berusaha dalam melaksanakan perintah, berdoa kepada Allah, dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Allah berfirman dalam surat Ar Ra’d, ayat 11:

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu keadaan sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk selalu berusaha, berdoa, dan tawakkal kepada Allah SWT. Dalam konteks hari Idul Adha kemarin, Nabi Ibrahim selalu bekerja keras untuk melaksanakan perintah. Ia bekerja cerdas dengan mengklarifikasi mimpi hingga tiga kali, juga mendiskusikannya dengan Nabi Ismali AS.

Dengan demikian, Nabi Ibrahim menerima perintah Allah tersebut dan mengerjakannya hanya dengan ikhlas, tujuan kepada Allah SWT dan akhirnya perintah dilaksanakan dengan sukses dan tuntas. Nabi Ibrahim adalah pribadi yang arif bijaksana, nabi yang cerdas dan pintar. Ketika berdakwah pada masyarakat, dia menguasai berbagai bahasa, paham ajaran, memahami sosiologi, dialektika dan adat istiadat mereka. Sehingga masyarakat yang didakwahi Nabi Ibrahim tidak dapat membantah hujjah dan dalil Nabi Ibrahim. Barang siapa yang tekun, ia akan dapat, barang siapa yang sabar, ia akan dapat, siapa menanam, pasti menuai, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Pemuda harus bangkit dan bergerak demi meneladani perjuangan Nabi Ibrahim AS.

Rahasia  ketiga adalah sosok yang dermawan dan peduli sosial. Nabi Ibrahim tidak pernah makan pagi dan makan sakit, kecuali disertai oleh kawan, walaupun harus berjalan jauh untuk mencari kawan yang mau makan bersama.

Dalam konteks refleksi hari raya Idul Adha, kita diperintahkan untuk meneladani Nabi Ibrahim AS. Bahwa jangankan harta, tenaga, maupun pikiran, bahkan putra yang shalih pun akan dikorbankan demi menjalankan perintah Allah SWT. Kita tidak memerintahkan untuk menyembelih putra kita, namun hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, kita juga diperintahkan untuk menjadi seorang yang peduli sosial, membantu sesama yang membutuhkan.

Keteladanan Nabi Ibrahim di atas penting untuk diamalkan generasi bangsa dengan selalu rajin dan giat belajar dalam menguasai ilmu pengetahuan. Setiap Muslim wajib untuk mempelajari berbagai ilmu yang menjadi kebutuhan hidupnya, seperti ilmu agama, ilmu kedirgantaraan, militer, sosial, kedokteran, maupun ilmu yang menjadi kebutuhan masyarakat, agar tercipta masyarakat yang sejahtera, maju, dan bermartabat.

Terutama bagi saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Mari, dalam semangat hari raya Idul Adha ini, kita sebagian harta untuk membantu saudara yang sedang membutuhkan. Semoga mereka diberi ketabahan, kesabaran, dan kesulitan dalam menghadapi penderitaan. Aamiin. Ya Allah ya rahman, ampunilah umat Nabi-Mu, Nabi Muhammad SAW, panggangilah mereka, bimbinglah mereka, sayangilah mereka, sebagaimana Nabi Muhammad menyayangi mereka. Amin ya rabbal alamin.

(Wallohu A’lam Bishowab)

(Tulisan adaalah Esensi Naskah Khutbah Jumat 15 Juli 2022)

Prof. Dr. HA Rusdiana, Drs., MM. : Lahir di Puhun Ciamis, tanggal 21 April 1961, merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Sukarta (Alm), dengan Ibu Junirah. Sejak kecil mengikuti orang tua di Dusun Puhun Desa Cinyasag Kec. Panawangan Kab. Ciamis. Tamat Sekolah Dasar di SD Cinyasag I, tahun 1975. Madrasah Tsanawiyah di Panawangan Ciamis lulus tahun 1979, Madrasah Aliyah Bandung lulus 1982, S-1, Jurusan Dakwah Fakutas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 1987, S-2 Magister Manajemen Institut Manajemen Indonesia Jakarta lulus tahun 2002. dan menyelesaikan Program S-3 Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung, lulus tahun 2012, dengan Disertasi “Implentasi Kebijakan WASDALBIN Menuju Akuntabilitas Perguruan Tinggi. Sesuai dengan moto hidupnya “belajar dan mengabdi”, Ia mengabdikan diri sebagai Dosen Manajemen Pendidikan pada Fak. Tarbiyah dan Keguruan dan Pascasarjana UIN Bandung. Pangkat Lektor Kepala Golongan IV/c. TMT April 2019. Jabatan Guru Besar Ilmu Manajemen Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Sejak 27 September 2021. Baca Juga: https://www.yudidarma.id/2021/09/sosok-prof-dr-ha-rusdiana-mm-guru-besar.html***

 

 

Total
0
Shares
Previous Article

UMKM Kini Bisa Pasarkan Produk ke Toko Swalayan

Next Article

Tekan Penyebaran TBC, Rutan Cirebon Masifkan Langkah Intensif Kesehatan Warga Binaan

Related Posts