Jakarta – ekpos.com, 5 Oktober 2022 Tim Ekspedisi Maritim 2022 berhasil menemukan bukti kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim saat mengeksplor Candi Borobudur yang terdapat 9 relief kapal dalam dinding sekitar candi tersebut.
Dari penemuan itu, pada tahun 2003 dibangunlah Kapal Samuderaraksa yang dibuat berdasarkan relief Candi Borobudur itu adalah replika kapal tradisional asli bangsa Indonesia abad ke-8 dengan kecanggihan teknologi pada masanya yang belum dikenal oleh bangsa-bangsa Eropa dan telah menempuh rute yang diduga kuat dulu pernah dilewati nenek moyang bangsa Indonesia untuk berdagang kayu manis hingga ke Afrika, yang dikenal sebagai Rute Kayumanis, The Cinnamon Route.
Perjalanan Kapal Samuderaraksa yang dikomandani saat itu oleh Kapten Laut (P) I Gusti Putu Ngurah Sedana (kini Kolonel) menjadi pelayaran “Napak Tilas” jalur rempah yang memulai pelayaran bersejarah menyeberangi Samudra Hindia menuju Accra, ibu kota Ghana, di pesisir barat Benua Afrika.
Kolonel Laut (P) I Gusti Putu Ngurah Sedana yang dulu seorang perwira Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) TNI Angkatan Laut menjadi orang yang dipercaya menahkodai Samudraraksa, nama resmi Kapal Borobudur yang diberikan Presiden RI Megawati Soekarnoputri dalam mengemban misi kebudayaan, pariwisata dan perdamaian.
Adapun Crew Kapal Anak Buah Kapal (ABK) total yang mengikuti pelayaran kapal Samudraraksa berjumlah 27 orang terdiri dari, Pimpinan Expedisi Phillip Bill (Mantan Marinir Inggris), Nahkoda Kapal Kapten Laut (P) IGPN Sedana, 3 orang Pelaut Tradisional (Suku Bajo), 6 Pelaut Milenial yang merupakan anak-anak muda, 16 Pelaut Asing (Inggris, Afrika Selatan, Kanada, Swedia, Selandia Baru, USA,
Australia),
Dijelaskan Kolonel IGP. Sedana bahwa Kapal Samudraraksa yang sebelumnya berangkat 15 Agustus 2003 tiba di Ghana pada tanggal 23 Februari 2004, dengan menempuh waktu pelayaran kurang lebih 7 bulan dan jarak tempuh 11.000 NM sama dengan 20.372 KM.
“Selama berlayar berbagai kegiatan yaitu menentukan posisi dengan Ilmu Astronomi Navigasi Bintang untuk menentukan posisi yang di laporkan setiap hari ke Puskodal TNI AL dan Kementrian Pariwisata. Perawatan bangunan kapal, perawatan layar, perawatan mesin yang selalu terendam air laut saat ombak besar. Saling belajar dengan para pelaut menggunakan bahasa tradisional bahasa Jawa ataupun Indonesia dan pelaut asing mengajarkan bahasa Inggris, serta melakukan ibadah sesuai dengan agamanya masing – masing, dan menyiapkan atraksi saat mendarat,” ungkap Kolonel IGP Sedana.
Selain Candi Borobudur, tim Ekspedisi Maritim juga mengeksplor Museum Kapal Samuderaraksa, mengunjungi destinasi wisata maritim Pantai Parangtritis dan Gumuk Pasir Parangkusumo, yang juga dihadiri Sekdispenal Kolonel Laut (P) Antonious Widyoutomo, Ahli Sejarah Prof. Sri Margana, Gian Ardy Foernama dari Tempo dan didampingi oleh staf Lanal Yogyakarta.
(Red)