Bandung-ekpos.com
Untuk memperkuat kajian Filologi dan Manuskrip, Program Studi Ilmu Hadits (ILHA), Fakultas Ushuluddin, UIN SGD Bandung menggelar Kuliah Umum Tamu secara Hybrid (offline-online), membahas tentang “Urgensi Studi Manuskrip dan Jelajah Literasi Naskah Sunda dalam Penelitian Hadis”. di Auditorium Gedung Pasca Sarjana, Kampus 2 UIN SGD Bandung, Rabu (22/10/2022).
Acara yang dibuka ketua Prodi ILHA Dr.Agus Suyadi Raharusun, Lc.,M.Ag ini, menghadirkan narasumber Dr. Ahmad Ginanjar Syaban Lc, M. Hum (UNPAD-UNUSIA) serta moderator Acep Illan Nawawi, Lc.,M.Hum
Hadir dalam kesempatan tersebut ketua Prodi Ilmu Hadits Program Pascasarjana UIN Bandung Dr.Engkos Kosasih Lc., M.Ag, dan perwakilan dosen program S1 maupun program pascasarjana seperti Dr. Aceng Abdul Qodir M. A., Hum dan dosen lainnya.Begitu juga para mahasiswa SI dan S2 mengikuti penuh hikmat.
Dalam sambutannya, Agus Suyadi mengatakan bahwa tujuan kuliah umum ini adalah pertama, untuk mengetahui urgensi daripada studi manuskrip dan literasi naskah hadis Sunda, sebagai penduduk lokal tanah Sunda. Kedua, untuk menyambungkan mata rantai warisan intelektual ulama Sunda, sebagai penduduk wilayah Sunda karena jika bukan kita yang memulai siapa lagi? ketiga, diskusi bersama terkait bahan riset daripada hadis beserta ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadis tersebut yang ditulis atau berkaitan oleh para ulama sunda secara khusus.
“ Ilmu-ilmu ini menjadi satu bahan penelitian yang dikaitkan dengan ilmu hadis dan menggunakan filologi sebagai metode penelitian dari skripsi/thesis tersebut. Selain itu, kuliah umum ini juga untuk meningkatkan daya tarik serta semangat para mahasiswa agar ikut andil dalam penelitian teks literasi hadis di wilayah sunda baik berupa manuskrip, turots dan sebagainya yang ditulis oleh ulama Sunda.” jelas Agus.
Narasumber Ahmad Ginanjar Syaban adalah seorang ahli filologi, pernah menjadi ketua tim digitalisasi manuskrip di Banyuwangi dan sekarang menjadi dosen filologi di Universitas Padjadjaran Bandung dan UNUSIA.
Sedangkan Acep Illan Nawawi adalah seorang pegiat literasi manuskrip. Judul dari kuliah umum yang disampaikan oleh Ahmad Ginanjar adalah “Filologi, Manuskrip dan Turats Hadits Ulama Sunda ”.
Kuliah Umum dimulai dengan membahas indahnya perjalanan yang ditempuh para pegiat filologi dalam mencari bahan riset yang ditulis oleh ulama sunda dari tempat ke tempat di nusantara ini. Filologi sendiri dalam KBBI memiliki pengertian ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Dimana objek kajian dari filologi sendiri berupa tulisan-tulisan terdahulu yang kemudian di tahqiq menjadi sebuah penelitian yang baru.
Kuliah umum menitik beratkan sebuah bahan riset yang dapat digunakan para peneliti hadis yang ditulis oleh ulama sunda terdahulu yang kemudian dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan filologi sebagai metode penelitian daripada penelitian ilmu hadis tersebut.
Menurut Ahmad Ginanjar tema kajian literasi naskah hadits yang ditulis oleh ulama sunda merupakan hal yang menggembirakan dimana menandakan bahwa generasi sekarang mulai tumbuh kesadaran dan ketertarikan warisan intelektual para cendekiawan ulama.
Dipapaprkan,dalam studi Islam kawasan di beberapa negara salah satunya Andalus, banyak yang meneliti keislaman disana baik dalam kajian ulama-ulama disana, tradisi kajian hadis, tradisi tafsir, maupun tradisi nahwunya. Selain Andalus ada tradisi keilmuan di turki usmani yang banyak dikaji oleh para ilmuwan hadis baik karya-karya hadis atau tradisi keilmuan lainnya.
Kemudian tradisi tertulis oleh ulama persia baik berbentuk turots atau yang lain. Di India ada salah satu cendekiawan muslim, lulusan al azhar yakni Abdul Nasir yang menulis karyanya yang berjudul sejarah dan ulama fiqih mazhab syafi’i yang ada di India.
“Sementara di Nusantara belum banyak yang menaruh perhatian terhadap bidang ini”, Seperti apa saja karya kitab hadits yang ditulis ulama nusantara 400-500 tahun, dimana dan siapa saja yang menulis kitab tersebut, belum ada. ” terang Ahmad Ginanjar
Namun, belakangan ini khususnya di sunda para mahasiswa ilmu hadis UIN SGD Bandung akan menaruh perhatian besar dalam khazanah karya hadis ulama sunda. Karena tradisi hadis yang ada di Sunda ini bukannya tidak ada melainkan ada dan berlimpah, yang tulisan ini ada sudah beberapa ratus tahun yang lalu. Namun karena terjadi putusnya mata rantai sejarah intelektual oleh generasi sekarang mengakibatkan tradisi ini tidak terwariskan. Sehingga kita sebagai orang sunda tidak tau ulama siapa saja sebangsa kita yang menjadi ahli dalam bidang ilmu hadis. Siapa saja yang menjadi perawi hadis dari ulama sunda? Atau bagaimana perkembangan ilmu hadis dan ahli hadis di tanah sunda? Bagaimana kontribusi ulama sunda dalam periwayatan kitab shahihain? Menerima dari siapa, mengajarkan dimana, kemudian jalur periwayatannya siapa saja? Itu adalah suatu bentangan ladang penelitian yang luar biasa kaya.
Diantara banyaknya bahan kajian tulisan hadis yang ditulis ulama di tanah Sunda kebanyakan masih berupa turots atau naskah kuno klasik.
“Kuliah umum ini membahas bersama-sama berupa rihlah tarikhiyah wa ilmiyah wa tsaqofiyah, melakukan pengembaraan budaya, sejarah, intelektual untuk menikmati seberapa kaya tradisi hadis yang tersebar di bangsa dan bahasa yakni Sunda.” ujarnya.***Harry Gibrant