Oleh: Ahmad Rusdiana
Peringatan Hari Santri Nasional diperingati Sabtu 22 Oktober 2022; mengusung tema “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”. Tema ini mencerminkan peran santri dalam sejarah bangsa karena selalu ada di setiap fase perjalanan bangsa Indonesia”. Meningatkan kita bahwa Santri hari ini, atau istilah kerennya adalah santri zaman now, adalah bagian dari generasi millenial yang tentunya tidak terlepas dari karakteristik generasi millenial itu sendiri. Hassanuddin Ali, dalam bukunya yang berjudul Milenial Nusantara, yang dimaksud generasi millenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1981-2000. Momentum Peringatan hari Santri Nasionala tahun ini, nampaknya ada beberapa hal yang menarik untuk diperbincangkan juga kemudian perlu dipersiapkan. Pertama, pada tahun 2018 menyongsong 20 tahun pasca reformasi Indonesia. Kedua, pada dua tahun berikutnya yaitu tepatnya tahun 2020, akan memulai fase dimana Indonesia akan mengalami bonus demografi. Kemudian yang ketiga, pada tahun 2030 diprediksi akan menjadi awal masa keemasan Indonesia.
Lalu timbul pertanyaan, di manakah posisi santri saat itu? Akankah santri menjadi pelopor kemajuan di Indonesia ataukah hanya menjadi pengekor saja? Akankah santri menjadi pelaku sejarah atau hanya menjadi penikmat sejarah? Harapan besarnya adalah santri dapat menjadi pelopor peradaban kemajuan Indonesia. Selanjutnya, apa yang harus dilakukan santri dalam mempersiapkan dirinya agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia? Setidaknya ada liama hal yang harus santri lakukan dalam mempersiapkan dirinya agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia berdasarkan realitas yang ada, diantaranya:santri milenial sejatinya memiliki keteguhan atau keistiqamahan sehingga tahan akan godaan mengenai budaya barat dikalangan pemuda Indonesia. Hal itu akan lahir dari kalangan pemuda di Negara ini dan didalamnya tentu saja terdapat kaum santri, bahkan tidak dapat menutup kemungkinan bahwa santri yang akan menjadi pelopor negara dengan kemajuannya dibidang masing-masing.
Kedua; keilmuan santri milenial mampu menyesuaikan dengan keadaan zaman, sehingga tidak lagi dikotomi antara keilmuan dunia dan keilmuan akhirat. Santri harus bisa menguasai keilmuan-keilmuan yang mampu mengantarkan kemenangan di dunia dan akhirat. Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, mengutip sebuah hadits bahwa: “Sesungguhnya kalian berada pada zaman di mana fuqaha’ (ahli ilmu) banyak sedangkan sedikit qurra’ (ahli baca al-Qur’an) dan khutoba’ (ahli pidato), maka amal pada zaman ini lebih baik daripada ilmu.” Dan akan datang kepada manusia zaman di mana sedikit fuqaha’ sedangkan banyak qurra’, dan khutoba’, maka ilmu pada zaman ini lebih baik daripada amal”. Boleh jadi di era sekarang ini, memang menjadi suatu keniscayaan bahwa ilmu pengetahuan memiliki peran yang sangat penting, dan tentunya harus diimbangi juga dengan amal perbuatan.
Ketiga, santri milenial memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan daya nalar kritis dalam menyikapi setiap persoalan yang ada. Hal ini menunjukkan seorang santri harus terus berpikiran maju dan terbuka, terus mengikuti perkembangan zaman, mampu berintegritas antara manusia dengan teknologi, serta tidak lupa menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI. Karena santri merupakan individu pilihan masyarakat yang diharapkan mampu berbuat sesuatu demi terjaganya keutuhan NKRI dan tetap utuhnya kesejahteraan umat beragama.
Keempat; santri milenial sejatinya memiliki tiga karakteristik, yaitu confidence (percaya diri) creative (karya akan ide dan gagasan), dan connected (pandai bersosialisasi dalam berbagai komunitas). Karakteristik ini yang tentu juga dimiliki oleh santri zaman now sebagai bagian dari santri milenial.
Keempat, santri milenial memiliki skill entrepreneur yang mumpuni dan terampil dalam melihat peluang bisnis. Potensi pasar Indonesia yang sangat besar diiringi laju pertumbuhan ekonomi yang pesat serta menjamurnya start-up bisnis dari kalangan pemuda harusnya direspon juga dengan sigap oleh kalangan santri. Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan, akan tetapi harus sukses juga dalam entrepreneur. Rasulullah SAW telah memberikan contoh langsung untuk kita teladani di mana beliau merupakan sosok pebisnis yang sukses. Kesungguhannya dalam berdagang mengantarkan Rasulullah mencapai kondisi yang mandiri secara finansial di usia muda. Mandiri secara finansial harus dirintis dan diperjuangkan dari sejak muda.Kemepat, santri milenial memiliki skill entrepreneur yang mumpuni dan terampil dalam melihat peluang bisnis. Potensi pasar Indonesia yang sangat besar diiringi laju pertumbuhan ekonomi yang pesat serta menjamurnya start-up bisnis dari kalangan pemuda harusnya direspon juga dengan sigap oleh kalangan santri. Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan, akan tetapi harus sukses juga dalam entrepreneur. Rasulullah SAW telah memberikan contoh langsung untuk kita teladani di mana beliau merupakan sosok pebisnis yang sukses. Kesungguhannya dalam berdagang mengantarkan Rasulullah mencapai kondisi yang mandiri secara finansial di usia muda. Mandiri secara finansial harus dirintis dan diperjuangkan dari sejak muda.
Kelima; Santri di era milenial juga sudah melek teknologi, serta dapat membendung atau membatas sebuah paham yang akan merusak citra Agama dan tentunya dapat merusak Negara. Santri di era milenial juga tidak jarang memposting sesuatu yang berkaitan dengan negara dan agama, seperti berdakwah dalam media sosial dan juga selalu menshare dan membatasi konten yang bisa merusak citra Agama dan Negara. Hal ini menunjukkan seorang santri harus terus berpikiran maju dan terbuka, terus mengikuti perkembangan zaman, mampu berintegritas antara manusia dengan teknologi, serta tidak lupa menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI. Karena santri merupakan individu pilihan masyarakat yang diharapkan mampu berbuat sesuatu demi terjaganya keutuhan NKRI dan tetap utuhnya kesejahteraan umat beragama.
Kebangkitan pemuda adalah suatu keniscayaan yang akan membangun Indonesia di masa mendatang, yaitu dengan adanya fenomena bonus demografi yang kemudian berimplikasi setidaknya ke dalam tiga sektor yaitu organisasi, politik, dan ekonomi. Ketiga sektor ini menjadi wacana youth civil society, youth government, dan youth entrepreneurship akan lahir dari kalangan pemuda generasi milenial yang termasuk di dalamnya adalah kaum santri. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa santri akan menjadi pelopor kemajuan pemuda di bidangnya masing-masing, mengingat potensi besar yang dimiliki oleh santri. Sehingga santri millenial dengan kecerdasan intelektual yang tinggi, skill entrepreneur yang mumpuni, berintegritas, serta berakhlak mulia, bukan tidak mungkin akan menjadi pelopor kemajuan peradaban di Indonesia. Dengan itu semua “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan” semoga dapat terwujud. Selamat Hari Santri Nasional Tahun 2022.
(Wallahu A’Alam Bishowab )
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti PerguruanTinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. https://play. google. com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M***red