Jakarta – ekpos.com – Ketua Dewan Pembina Laskar Ganjar – Puan (LGP), H. Mochtar Mohamad menyebutkan, belakangan ini tiada hari tanpa pemberitaan Pilpres 2024, jarang berita tentang pemilihan Legislatif DPRRI, DPD, DPRD, padahal pelaksanaan bersamaan tanggal 14 Februari 2024.
Tahapan Pemilu sudah dimulai 14 Juni 2022. Untuk pendaftaran DPD RI dimulai 6 Desember 2022, sedangkan Pendaftaran DPRRI, DPRD dimulai 24 April 2023.
“Pendaftaran Pilpres 2024 dimulai tanggal 19 Oktober 2023, sampai saat ini sudah ada 3 tiket Pilpres dari 3 poros. Kita mencoba melihat kecenderungan
3 tiket Pilpres ini dipakai siapa saja menurut presepsi publik baik dari media maupun survei,” kata Mochtar melalui keterangannya di Jakarta, Selasa (1 November 2022).
Dijelaskan, Poros pertama: PDI Perjuangan, Capres/Cawapres: Ganjar Pranowo dan Puan Maharani
Poros Kedua: Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya,
Gerindra dan PKB
Capres/Cawapres: Prabowo Subianto, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Erick Thohir, Khofifah
Poros Ketiga: Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) Golkar, PAN dan PPP
Capres/Cawapres: Airlangga Hartarto, Ridwan Kamil
“Dari 3 poros di atas, masih ada 3 partai tersisa belum terbentuk porosnya yakni: Nasdem dengan 59 kursi calonnya Anies Baswedan dan Andhika Perkasa, Partai Demokrat dengan 54 kursi calonnya Agus Harimukti Yudoyono (AHY) dan PKS dengan 50 kursi calonnya Ahmad Heriyawan (Aher). Nampaknya poros ini agak alot. Nasdem memaksakan Anies-Andhika untuk capres-cawapres, Partai Demokrat Anies-AHY dan PKS Anies-Aher. Semuanya wajar-wajar saja karena semua ingin kadernya manggung agar mendapat dampak ekor jas Pilpres,” kata Mochtar.
Menurutnya, bisa jadi kalau kadernya tidak jadi manggung maka partainya bisa berpotensi tidak lolos parliamentary threshold 4%.
Dalam survei SMRC Oktober 2022 yang baru dirilis kemarin, kecenderungan ini terdeteksi bila dibandingkan dengan hasil pemilu 20 April 2019 lalu.
Contoh:
Nasdem, April 2019 (9,1%),
Oktober2022 (5,4%)
PKS, April 2019 (8,2%), Oktober 2022 (6,9%)
Demokrat, April 2019 (7,8%)
Oktober 2022 (5,5%)
Menurut Mochtar, saat ini ada 3 kecenderungan yang muncul:
Pertama: Poros Perubahan
Terdiri: Nasdem, Demokrat dan PKS Capres/Cawapres: Anies Baswedan, Andika Perkasa, AHY, Aher
Kedua: Poros Baru terdiri: Demokrat 54 kursi, PKS 50 kursi dan PPP 19 kursi: Capres/Cawapres: AHY dan Aher
“Poros baru ini memungkinkan karena Demokrat pengalaman menang Pilpres/Pileg dan PKS dengan Aher pengalaman menang 2 kali Pilgub Jabar yang mempunyai populasi 17,4% nasional,” katanya.
Ketiga: bisa saja kompromi Nasdem, Demokrat dan PKS gagal sehingga magnet 3 poros yang sudah ada di atas menarik partai-partai ini bergabung. “Gambaran arah politik poros bisa juga dibaca dari reshuffle yang akan dilakukan Presiden Jokowi dalam waktu dekat ini,” pungkasnya. (Red).