Oleh: A.Rusdiana
Eksistensi human capital adalah sebagai khalifah fill ard untuk memakmurkan kehidupan bumi. Bila suatu organisasi diibaratkan sebagai sebuah pohon, maka manusia adalah getah yang membuat pohon tumbuh dan berkembang. Bila suatu organisasi diibaratkan sebagai tubuh kita, maka ia adalah darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh, sehingga tubuh mampu mempertahankan kehidupan, melaksanakan misi, meraih visi dan cita-cita.
Tentu bukan sekedar getah, juga bukan sekedar darah, tetapi getah dan darah yang mengandung sari makanan dan zat-zat yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, merupakan energi potensial yang melekat pada diri manusia dan itulah saya sebut human capital.
Fenomena Indeks human capital Indonesia yang masih rendah diidentifikasi mempunyai kaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi bangsa. Memang harus diakui bahwa daya saing rendah. Penelitian Global Competitiveness Report (GCR) tahun 2019, menunjukkan bahwa “peringkat daya saing Indonesia berada pada tingkat 50 dari 141 negara”. Hal ini masih sedikit dibawah Malaysia dan Thailand.
Human capital, dalam skala mikro (lembaga pendidikan), adalah kekayaan pendidikan yang tersimpan pada diri setiap personil dalam segala aspek dan wujudnya. Dalam skala makro atau negara, human capital adalah keterampilan dan kapasitas yang berada di masyarakat dan digunakan untuk kegiatan produktif sehingga menjadi faktor penting keberhasilan pembangunan jangka panjang.
Yang jadi pertanyaannya bagaimana membagun Humal Capital Pendidikan? izinkan saya mengutif pandangan Wallace&Szilgy: (1) mengidentifikasi kebutuan untuk melakukan perubahan pengembangan; (2) pengenalan bidang permasalahan; (3) mengidentifihasi hambatan; (4) pemilihan strategi pengembangan; (5) pelaksanaan program, dan (6) evaluasi perubahan dan pengembangan.
Bagi organisasi maupun negara, kompetensi tanpa komitmen adalah musuh, komitmen tanpa kompetensi adalah lumpuh. Banyak orang berpengetahuan tinggi dan sangat cerdas di negeri ini, tetapi karena tidak mempunyai komitmen yang cukup, mereka justru mengeruk sumberdaya dan kekayaan negara dan membawanya pergi untuk kepentingan pribadi. Demikian juga sebaliknya, banyak orang yang berkomitmen serta mempunyai nasionalisme tinggi tetapi karena tidak mempunyai kemampuan, keahlian, keterampilan maupun kebiasaan dan perilaku yang baik, mereka justru menjadi beban bagi bangsa dan negara.
Profile
Prof. Dr. H. A. Rusdiana, M.M., Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti PerguruanTinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. https://play. google. com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M***red