Oleh: Ahmad Rusdiana
Di setiap kemenangan dalam sebuah pertempuran pasti ada syarat-syarat menang yang terpenuhi. Begitu juga ketika mengalami kekalahan, pasti ada sebab. Sebabnya tidak memenuhi syarat-syarat untuk menang. siklus hidup yang berlaku bagi individu maupun komunitas. HMI saat lahirnya sudah mendeklarasikan diri sebagai sebuah lembaga nirlaba, semua kadernya diberi beban yang sama. Melakukan proses perkaderan demi keberlangsungan lembaga ini di masa-masa yang akan datang. Banyak sekali organisasi yang bubar, kini hanya menyisakan puing-puing sejarah akibat dari proses perkaderan yang tidak berjalan maksimal. Ini alasan yang kuat kenapa HMI masih ada, meskipun di setiap pergantian kepengurusan di tingkatan komisariat sampai Pengurus Besar selalu ada gejolak. Dengan berhasilnya HMI melewati setiap etape gejolak itulah kader-kadernya semakin teruji mentalnya di semua tingkatan pengabdian. Di setiap peringatan Dies Natalis HMI, semua kader dianjurkan untuk mengulas perjalanannya sejauh ini. Beban apa saja yang sudah dimenangkan, menilai sebab-sebab kekalahan. Memproyeksikan ulang agar kader HMI terus menang di masa yang akan datang.
Jelang 76 tahun HMI, sebuah usia yang matang akibat menempuh perjalanan yang tidak singkat. Jika dibandingkan dengan usia republik ini dan kontribusi HMI untuk mempertahankan kemerdekaan, kita belum terlalu jauh dalam mengayunkan langkah. HMI harusnya sudah melakukan imajinasi baru. Memulai sebuah mimpi yang diproyeksikan dengan sungguh-sungguh dan menjawabnya. Tantangan ke depan semakin besar, syarat-syarat untuk menang juga semakin berat.
Itulah alasannya, satuan waktu yang kita gunakan untuk memproyeksikan kejayaan HMI di masa yang akan datang lama. Jika kita menginginkan bangsa ini terus ada 1000 tahun lagi, HMI harus sudah berimajinasi melampaui usia bangsanya. Merancang agenda-agenda besar jangka panjang.
Apabila menilik sejarah bangsa-bangsa maju (“dalam”);Tahun 1978 Deng Xiao Ping meletakkan tahapan penting dari keberhasilan ekonomi China sekarang. Dia berani melakukan transformasi besar-besaran di China, berpindah dari sistem komunisme-sosialisme ke sistem yang lebih terbuka, dengan menerima masuknya kapitalisme. Merubah negara besar yang penduduknya sangat banyak tapi sangat miskin ini menjadi kaya raya. Xiao Ping membuat rencana yang lumayan panjang. Tujuh puluh tahun dengan mengevaluasinya setiap 10 tahun sekali. Sebelum China mengubah dasar negaranya, terlebih dahulu mereka mengukur jarak mereka dengan negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa dalam bidang ekonomi, teknologi, dan militer. Jarak itulah yang dijadikan titik tolak dan pemicu bagi setiap pergantian rezim di China untuk mengejar ketertinggalan. Tahun 2019 kemarin, China melakukan evaluasi atas rencana mereka dalam mengejar ketertinggalan yang sudah berjalan hampir setengah abad. Dan hasilnya, China yang dulunya negara miskin itu kini bermetamorfosis menjadi sebuah kekuatan baru yang cukup disegani dunia.
Pelajaran yang bisa diambil oleh HMI dari sebuah langkah besar yang dilakukan Xiao Ping di China adalah penggunaan satuan waktu yang panjang dalam merancang agenda besar HMI ke depan. Terutama dalam konteks mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. untuk diupayakan melalui:
Pertama: Rancangan agenda jangka panjang itu bertujuan agar HMI tidak berjalan di tempat. Pergantian kepengurusan, perekrutan dan pengkaderan tidak hanya siklus tahunan yang tidak menghasilkan apa-apa. Tapi momentum yang cukup strategis untuk memulai. Malik Ben Nabi seorang filsuf Aljazair mengatakan “keberhasilan besar dalam sejarah selalu berkaitan dengan besarnya gagasan sebagai pemicu keberhasilan tersebut”. Xiao Ping tidak hanya menggunakan satuan waktu yang besar, tetapi juga dia dengan cerdas meletakkan gagasan besarnya dalam membidik masa depan China yang kita lihat sekarang.
Kedua; Sebagai kader, kita semua harus bertanggung jawab dalam merawat harapan yang digagas pendiri-pendiri HMI. Warisan terbaik dari Lafran Pane adalah harapan. Dari harapan itulah yang mendorongnya mendeklarasikan sebuah organisasi yang merepresentasikan mahasiswa-mahasiswi Islam meskipun mendapat perlawanan dimana-mana.
Ketiga; Deklarasikan bahwa HMI akan terus ada demi mewujudkan lima kualitas insan citanya. Kita harus berfikir dalam satuan waktu yang panjang juga. Lima kualitas insan cita yang harus dimiliki setiap kader HMI adalah pertama Kualitas Insan Akademis, kedua Kualitas Insan pencipta, ketiga Kualitas Insan Pengabdi, keempat Kualitas Insan yang bernafaskan Islam, dan kelima Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil sejahtera yang diridhoi Allah SWT.
Momentum Milad HMI ke 76 tahun 2023; adalah waktu yang tepat untuk merancang agenda besar dalam satuan waktu yang panjang. Dinamika internal harus mendewasakan setiap kader. Riak-riak internal harus dimaknai sebagai bumbu penyedap dari suatu masakan yang hendak matang. Kita harus sudah selesai secara internal. Agar agenda besar jangka panjang bisa direncanakan bersama-sama. Bukan? Syarat untuk menang dan tetap bertahan relatif masih kita pertahankan, yaitu dengan terus adanya perkaderan di tingkatan yang paling bawah. Tapi, kita tidak bisa berjalan di tempat tanpa memikirkan jalan alternatif yang lebih cepat untuk menang. Membuat bayangan jangka panjang agar kita tidak tampak berjalan di tempat. “Seorang jenderal yang kuat dengan pasukan yang lemah atau seorang jenderal yang lemah dengan pasukan yang kuat adalah pertanda kekalahan.
Antara anggota di lapisan paling bawah dan kader-kader yang diberi amanah berada di posisi-posisi struktural di tingkatan paling atas sampai bawah harus saling bersimbiosis. Kita harus kuat semunya, menghadapi tantangan ke depan bagi HMI semakin besar dan menantang. Kesemuanya itu bertumpu pada Kader yang Unggul dan Kopetitif.
Wallahu A’lam Bishowab
*)Penulis adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN SGD Bandung dan Pakar Pendidikan.