Cirebon – ekpos.com – Ikhlas itu ibaratkan jantung dan matahari, karena mereka selalu memberikan manfaat tanpa menampakkan diri dan tidak mengharap kembali. Keikhlasan seseorang tidak dapat diketahui orang lain, sekalipun ada di antara mereka yang telah banyak beramal dan mengatakan melalui lisannya bahwa dirinya betul-betul ikhlas.
Demikian disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), Arif Nurudin MT kepada 81 peserta Baitul Arqom Dosen dan Struktural UMC, Kampus 2 Gedung Djuanda UMC, Jum’at (10/3/2023).
Lebih lanjut, Arif menerangkan bahwa ikhlas merupakan perbuatan hati, sedangkan hati yang paling tahu adalah Allah SWT. Dengan demikian, seseorang yang ingin menjadi mukhlis harus mengawali niatnya untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Dalam konteks ikhlas Muhammadiyah di kampus, meminjam ucapan Ketum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, dosen dan tendik di Perguruan Tinggi Muhammadiyah itu para mujahid pergerakan yang berjuang jauh dari motif ambisi meraih sesuatu yang sifatnya temporal.
Mereka sepenuh hati menjalankan misi menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
” Kami menyiapkan generasi emas yang tidak hanya di 2045. Tapi lebih dari itu, kami meyakini dosen dan struktural UMC adalah Mujahid pergerakan itu tidak pernah mengeluh ketika menghadapi masalah, kesulitan, dan rintangan. Mereka menjalaninya dengan penuh rasa syukur, istiqamah, sabar, dan tuma’ninah,” kata Arif yang juga dihadiri oleh Nana Trisovelna M.T (Wakil Rektor 1 UMC) Dr. Badawi (Wakil Rektor II) Dr. Wiwi Hartati, S.Kom,. M.Si (Wakil Rektor III), Dekan FKIP, Dekan FE , Dekan FH Dekan FISIP, Dekan FAI, Dekan FIKES dan Dekan FT
Selain itu, Baitul Arqom ini juga dihadiri oleh Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti, M.Pd., M.Ed., Ph.D dan Unsur PWM Jabar dan PDM Kabupaten Cirebon.
Arif menjelaskan, dengan terselenggaranya Baitul Arqom di awal tahun 2023 ini, menjadi bukti komitmen UMC untuk memastikan budaya unggul dan berprestasi ini tetap terjaga.
Kendati demikian, Arif tidak memungkiri bahwa dakwah di bidang pendidikan tidaklah mudah, namun juga tidak sulit jika landasannya adalah ikhlas. UMC yang sudah berusia 22 tahun telah menemui dinamika yang justru membuat UMC lebih tangguh dan gigih mengejawantahkan visi besar UMC yang unggul, islami, mandiri dan profesional.
” Sejatinya ujian itu menjadikan kita matang dan dewasa dalam berproses. Menikmati proses itu butuh keikhlasan paripurna,” terang Arif.
Arif kembali merujuk mimpi-mimpi Pendiri Muhammadiyah kala itu yang menghayati betul mutiara hikmah Imam Al-Ghazali: al-nasu kullu hum mauta illa al-‘ulama wa al-‘ulmaa-u mutahayiruna illa al-amilun wa al-miluna ‘ala wajali illa al-mukhlisun. Bahwa “setiap manusia itu mati (kesadaran) kecuali mereka yang berilmu, yang berilmu mengalami kebingungan kecuali yang beramal, dan yang beramal pun cemas kecuali mereka yang ikhlas”.
Kiyai Dahlan juga sering mengajak murid dan sahabatnya untuk berjuang sungguh-sungguh di Muhammadiyah. Dikatakan, “bersungguh-sungguh saja belum tentu berhasil, apalagi jika tidak bersungguh-sungguh”.
Terakhir, Arif berharap Baitul Arqom ini mempertebal keikhlasan dalam Muhammadiyah sesuai dengan tupoksi masing-masing.
“Saya optimis, keikhlasan adalah booster terbaik yang menggerakkan kita lebih semangat dalam berjuang, semangat dalam kekompakan, tidak lelah bekerja keras untuk membawa membawa kebaikan. Insha Allah, UMC semakin maju dan membawa keberkahan bagi semua,” tutup Arif.