Cimahi, ekpos.com
Indonesia beserta negara-negara lain masih berperang melawan penyakit Tuberkulosis (TBC). Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini menular secara cepat sehingga menimbulkan masalah Kesehatan di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus terbanyak di dunia setelah India.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mendeteksi ada 717.941 kasus TBC di Indonesia pada 2022. Jumlah tersebut melonjak 61,98% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 443.235 kasus. Sedangkan di Kota Cimahi, pada tahun 2022 kasus TBC ditemukan sebanyak 4.294 kasus, angka ini meningkat 106%.
Semakin banyaknya kasus TBC menjadi persoalan serius yang butuh ditangani secara cepat. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus berkejaran dengan waktu untuk menurunkan angka kasus TBC. Tingginya mobilitas penduduk, pengobatan yang tidak mudah dan membutuhkan waktu lama, serta banyaknya kasus TBC yang tidak ditangani hingga tuntas menyebabkan kasus TBC semakin bertambah setiap tahunnya.
Meski demikian, Indonesia menargetkan bebas TBC di tahun 2030. Oleh karenanya, Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang diperingati setiap tanggal 24 Maret menjadi momentum untuk menguatkan koordinasi berbagai pihak untuk mengatasi penyakit TBC. HTBS dijadikan kesempatan untuk mendorong penetapan TBC sebagai isu prioritas pembangunan kesehatan nasional serta harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030.
Pj. Wali Kota Cimahi, Dikdik S. Nurgahawan meminta seluruh pihak dapat bersama-sama berupaya untuk mengatasi TBC di Kota Cimahi. Hal itu ia kemukakan dalam Peringatan Hari TBC Sedunia Tingkat Kota Cimahi tahun 2023 yang diselenggarakan di Gedung Kornel Singawinata Rumah Sakit Dustira, Cimahi, Rabu (15/03).
Menurutnya penyakit TBC tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat, hal ini juga terkait erat dengan tingkat stunting. Berdasarkan WHO Global TB Report 2020, faktor kurang gizi merupakan faktor risiko tertinggi penyumbang penyakit TBC.
Berdasarkan hal tersebut, TBC dan stunting merupakan hal yang tidak terpisahkan dan sangat penting untuk dilakukan harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030 dan penurunan prevalansi stunting menjadi 14% pada tahun 2024.
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh sebanyak 200 orang peserta yang merupakan mahasiswa kesehatan se-Kota Cimahi dan siswa setingkat SMA ini, Dikdik mengungkapkan bahwa pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan melibatkan berbagai unsur, baik dari masyarakat umum, organisasi masyarakat dan pemerintah sebagai pemegang kebijakan.
“Sebagai salah satu upaya mewujudkan cakupan kesehatan semesta, keberhasilan eliminasi TBC ditentukan pada kontribusi dan kolaborasi lintas sektor oleh multi pihak dan seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan,” tegas Dikdik.
Ia menyatakan Pemerintah Daerah Kota Cimahi, khususnya Dinas Kesehatan berkomitmen untuk menurunkan tingkat kasus TBC di Kota Cimahi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan lembaga guna mempertajam kualitas penanganan penyakit TBC ini.
Beberapa hal yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan hal tersebut di antaranya adalah dengan meningkatkan penemuan kasus TBC melalui penguatan skrining dan investigasi kontak, meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat atas pentingnya Terapi Pencegahan TBC (TPT) dalam mencegah penularan TBC, serta menempatkan TBC sebagai isu utama semua sektor di setiap tingkatan.
Dikdik juga mengingatkan bahwa keberhasilan seluruh program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Cimahi tidak akan dapat dicapai apabila potensi yang ada di sekitar diabaikan, baik itu lembaga ataupun perorangan, sesuai dengan tema Hari TBC tahun 2023 yang diusung oleh Indonesia, “Ayo bersama akhiri TBC, Indonesia bisa!” pungkasnya.*** HG/IKPS