Tangerang Selatan – ekpos.com – Geliat politik semakin mendekati, meskipun masih banyak yang diperdebatkan, terkait Pemilu yang ditunda, dan Pemilu Terbuka atau Tertutup, tidak mengganggu generasi milenial untuk membaca setiap perubahan politik yang terjadi di tanah air.
Bahkan sebaliknya, generasi milenial menjadi topik perbincangan yang cukup hangat di berbagai kalangan dalam peran dan kancah politiknya di tahun 2024 nanti. Hal ini terlihat sebagai generasi milenial sudah dilirik berbagai parpol dan masuk dalam struktur kepengurusan di beberapa organisasi politik tersebut.
Media berhasil bertemu dengan salah satu generasi milenial yang berprofesi sebagai Lawyer seperti Kharisma Jomenta Surbakti, SH, CLA, disalah satu wilayah di bilangan Pamulang, Tangerang Selatan, Minggu (02/04/2023).
Apa yang menjadi daya tarik anda terhadap Parpol jelang 2024?
Kharisma Jomenta Surbakti, SH, CLA menjelaskan bahwa, dirinya tertarik dengan dunia politik dalam rangka peningkatan kapasitas dan peran generasi muda belajar bagaimana menjalankan politik yang sebenarnya dan bermanfaat untuk masyarakat luas.
“Saya kan masuk dalam generasi milenial dan sebagai generasi muda tentunya akan terjadi estafet kepemimpinan di bangsa dan negara ini. Kalau tidak sekarang kita belajar politik, bagaimana kedepannya negara ini, kan tidak selamanya generasi tua yang memegang kepemimpinan, harus ada regenerasi demi kemajuan bangsa Indonesia ini,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, jika kita mengutip hasil sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, untuk jumlah generasi milenial secara nasional mencapai 69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87 persen dari populasi penduduk Indonesia.
Melihat angka tersebut, kata Jomenta Surbakti, artinya posisi milenial saat ini menjadi bagian utama yang akan menentukan kondisi kehidupan berpolitik di masa kini dan masa yang akan datang.
Mengapa saya katakan seperti itu, katanya melanjutkan, terlebih di tahun ini, generasi milenial merupakan bagian penentu kemajuan dan keberhasilan demokrasi dari tingkat daerah hingga Nasional, dimana sudah menjadi kewajiban generasi milenial untuk berperan dan ikut andil dalam dunia politik sebagai perwujudan demokrasi di Indonesia.
“Tentunya banyak cara dan jalan untuk memberikan kontribusi bagi bangsa ndan negara ini, salah satunya masuk ke dalam partai politik, agar kita dapat semakin aktif dan berperan untuk bersikap aktif membantu pemerintah dalam memberikan masukan dan mengkritisi kebijakan pemerintah,” ungkapnya.
Generasi Milenial agar tidak terjebak dalam menentukan pilihan politiknya, bagaimana?
Tentunya untuk menentukan pilihan kandidat yang akan banyak bermunculan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus pelajari elektabilitas dan kuantitas setiap kandidat sebelum menentukan pilihan, tentunya agar tidak salah dalam memilih kandidat.
Kan pemilu merupakan pergelaran yang ditunggu-tunggu banyak orang di Indonesia dan kita akan pilih seorang kandidat untuk menjadi perwakilan kita nantinya.
“Nah disaat masa kampanye itu, kita benar – benar teliti dalam menentukan pilihan calon pemimpin, generasi milenial bukan hanya melihat dan tahu visi dan misi yang diusung kandidat, tetapi harus tahu program kerja yang akan di jalankan kandidat tersebut nantinya,” jelasnya.
Karenanya, lanjut Kharisma Jomenta Surbakti, generasi milenial saat ini sudah melek politik dan penuh pertimbangan dalam memilih calon kandidat agar tidak salah dalam memilih kandidat. Jika kita memilih wakil rakyat dengan tepat, maka kita dipimpin dengan baik. Sebaliknya, jika kita salah memilih, maka kita yang akan dirugikan.
Lanjutnya lagi bahwa, pendidikan politik harus bisa menyadarkan bahwa muara dari kegiatan politik adalah menuju kesejahteraan masyarakat. Karenanya, politik harus yang beradab dan beretika, dan bukan sebaliknya jangan sebatas label saja.
“Untuk itu, generasi milenial tidak ingin salah dalam menentukan pilihan nantinya,” tutupnya. (@2023/Lingga).