Jakarta – ekpos.com – Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras serta budaya. Di negeri yang terletak di garis Khatulistiwa ini, Indonesia banyak menyimpan berbagai sumber daya alam dan juga sumber daya manusia yang melimpah.
Dengan penduduk yang begitu banyak dan juga memiliki latar belakang budaya, agama serta suku yang berbeda-beda, kerapkali bangsa ini di hadapkan pada satu kondisi dimana persatuan diuji salah satunya pada Pemilu yang kerap diwarnai Politik Identitas.
Pengamat politik, Ujang Komarudin mengatakan, apabila Politik Identitas terus didesagin, dipelihara, dimantain, hingga dipublikasikan, seperti sebuah industri, hal ini tentu saja akan menjadi permasalahan. Sasaran dari Politik Identitas bukan hanya kepada kelompok Gen Z, kelompok milenial, namun kepada seluruh komponen bangsa.
“Hal ini akan membuat saling curiga, akan saling berkonflik, menjelekkan satu sama lain, seolah-olah bukan menjadi warga Indonesia namun menjadi musuh,” ujarnya melalui keterangannya di Jakarta, Selasa (16/5).
Menurut Ujang, untuk meminimalisir adanya Politik Identitas, pertama sepakat untuk tidak menggunakan politik identitas dalam kontestasi politik. Kedua, membangun kesadaran kolektif di tengah-tengah masyarakat bahwa bahaya politik identitas bisa memecah belah bangsa.
“Kesepakatan elit dengan rakyat, kesadaran semua komponen bangsa termasuk masyarakat, menjadi penting untuk meminimalisir politik identitas,” ucap Ujang.
“Masyarakat diminta harus cerdas paham dan mendalami, sehingga tidak terjebak dan terbawa arah politik identitas saat menghadapi Pemilu 2024,” pungkasnya. (Red).