BANDUNG, Ekpos.Com — Ketua DPRD Kota Bandung H. Tedy Rusmawan, A.T., M.M., ancaman lautan sampah hingga saat ini masih mengintai Kota Bandung. Belum lama ini kembali terjadi penumpukan sampah di TPS-TPS di kota.
,”Kang Pisman merupakan solusi terdekat dan termudah yang bisa dijangkau masyarakat dalam upaya mencegah bencana “Bandung Lautan Sampah” terulang,” terang Tedy pada acara sosialisasi Gerakan Kurangi Pisahkan Manfaatkan (Kang Pisman), di Pendopo Kota Bandung, Minggu (11/6/2023).
Turut hadir Plh. Wali Kota Bandung Ema Sumarna, dan warga pegiat Kang Pisman.
Ketua Dewan menjelaskan, penyebabnya sama seperti kejadian di masa lalu, yakni kendala di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di luar kewenangan Kota Bandung,”
Oleh karena itu, Tedy mengingatkan pentingnya penanganan sampah sejak di dalam Kota Bandung. Tedy kembali mengingatkan, Kang Pisman menjadi salah satu upaya krusial untuk menekan ketergantungan Kota Bandung pada TPA di luar wilayah.
“Pemkot Bandung harus terus menerus membewarakan bahwa Kota Bandung darurat sampah hingga 2025. Pada tahun 2025, TPA Sarimukti sudah tidak bisa menerima kiriman sampah. Sementara operasional TPA Legoknangka masih belum jelas.
Meski begitu,”pintanya.
Tedy berharap Kota Bandung tidak bergantung pada kesiapan TPA. Penanganan sampah bisa lebih ideal jika bisa ditekan lebih jauh di Kota Bandung, terutama dalam mengurangi produksi sampah sejak dari diri pribadi.
“Maka, kegiatan Kang Pisman ini harus lebih konkret. Pemkot, DPRD, kewilayahan, RW, pegiat lingkungan, semua bergerak untuk menggencarkan Gerakan Kang Pisman dan menjadikan Kang Pisman sebagai rutinitas biasa warga Kota Bandung,” tuturnya.
Tedy memahami sulitnya masyarakat merespons dan menjalankan langkah-langkah dalam Kang Pisman. Tetapi ia optimistis dengan ajakan yang tak lekang, warga bisa tersadarkan dan menganggap penting gerakan pendukung lingkungan ini.
“Misalkan dimulai dari menetapkan Hari Memilah Sampah yang dipilih satu hari dalam seminggu. Diupayakan pula Bank Sampah di setiap RW dan disosialisasikan masif. RW dan lurah harus terus bergerak memotivasi sekaligus memberdayakan masyarakat,” kata Tedy.
Soal lahan juga ia yakini telah banyak metode yang bisa mendukungnya. Di kawasan padat penduduk bisa memanfaatkan komposter. Di permukiman dengan ruang yang lebih luas bisa menggunakan Loseda.
“Kalau ada lahan luas lagi bisa menggunakan batu terawang. Yang penting kita semua bergerak untuk menyadarkan warga akan pentingnya mengurangi sampah demi mencegah masalah,” ujar Tedy.* (Adv)