Supaya Sukses, Lakukan 3 Hal di 10 Muharram

Prof.Dr.Ahmad Rusdiana, MM

Oleh: A.Rusdiana

(Guru Besar Manajemen Pendidikan)

Hari ‘Asyuro ( 10 Muharram) adalah hari yang sangat bersejarah, banyak peristiwa penting dan monumental yang terjadi di hari ‘Asyuro , salah satunya adalah hari ketika Allah menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis sholatu wassalam beserta kaumnya dan meneggalamkan fir’aun beserta bala tentaranya.. Sangking bahagianya dan sebagai wujud rasa syukur karena telah diselamatkan Allah dari kejaran fir’aun beserta bala tentaranya, mereka mengenangnya dengan melakukan ibadah puasa pada hari tersebut

Terkait dengan amalam pada tanggal 10 muharram, minimal 3 hal yang harus kita lakukan:

Pertama: Penyebutan Muharram sebagai “bulan Allah” (syahrullâh) menunjukkan posisi bulan ini yang amat spesial. Melalui riwayat Ibnu Majah pula, puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) disebut sebagai bagian dari amalan untuk menghapus dosa-dosa setahun yang telah lewat. Selain 10 Muharram, puasa juga masih dianjurkan pada hari-hari lain di bulan ini. Di antara amalan yang sangat dianjurkan di bulan pertama kalender hijriah ini adalah puasa. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan, “Seseorang datang menemui Rasulullah SAW., dan bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram.”

Mengerjakan puasa Tasu’a atau puasa sunnah hari kesembilan di bulan Muharram. Mengenai puasa ini Ibnu Abbas meriwayatkan: “Pada waktu Rasulullah dan para sahabatnya mengerjakan puasa Asyura, para sahabat 9 kepada Nabi  shallallahu ‘alaihi wassalam  bahwa hari Asyura diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Nabi melewatkan: “Tahun depan Insya Allah kami akan berpuasa juga pada hari kesembilan”. kata Ibnu Abbas, akan tetapi sebelum mencapai tahun depan Rasulullah saw wafat”. (HR Muslim dan Abu Daud). Karena itu, kita melakukan puasa Asyura dengan menambah satu hari sebelumnya yaitu hari Tasu’a, atau tanggal 9 di bulan Muharram. Kita disunnahkan berpuasa selama 2 hari, yaitu tanggal 9 dan 10 Muharram.

Kedua; KH Shaleh Darat dalam Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah mengistilahkan 10 Muharram sebagai bagian dari hari raya umat Islam yang layak diperingati dengan sedekah kepada fakir dan miskin. Tentu saja menyantuni anak yatim atau membantu siapa pun yang butuh bantuan tak terikat dengan waktu. Tapi Muharram adalah saat yang sangat baik untuk menunjukkan kepedulian sosial kita. Bulan mulia harus diisi dengan perbuatan mulia. Al-a’mâl as-shâlihah wal akhlâq al-karîmah yang disebut Ibnu ‘Asyur harus hadir jika kita ingin meraih berkah keutamaan bulan Muharram.

Pengertian amal saleh dan akhlak mulia amat luas, meliputi ibadah dengan Allah, berhubungan dengan masyarakat, atau sikap kita terhadap lingkungan alam kita. ulan Muharram merupakan bulan yang bagus untuk mengawali tahun dengan perbuatan dan perangai positif. Muharram bisa dikatakan cerminan langkah awal kita untuk menapaki 11 bulan berikutnya di pembukaan tahun baru hijriah ini.

Ketiga: 10 Muharram disebut Lebaran Anak Yatim; Hal ini, terdapat banyak referensi yang mengisahkan mulianya 10 Muharam ini. Salah satunya tertuang dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As Samarqandi. Dalam kitab tersebut dijelaskan alasan Hari Asyura pada 10 Muharam disebut Lebaran Anak Yatim karena tanggal itu kerap digunakan sebagai ungkapan kegembiraan bagi anak yatim.

Pada tanggal ini, disebutkan bahwa banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada orang tuanya yang sudah tidak lengkap atau tidak ada. Tak hanya itu, di masa lalu, banyak kejadian yang berhubungan dengan kekuatan Allah SWT terjadi serupa dengan 10 Muharam ini. Hari yang juga dikenal dengan sebutan Asyura ini identik pada peristiwa-peristiwa Islam yang diceritakan dalam kitab-kitab karya ulama terdahulu maupun keterangan dari Nabi Muhammad SAW. “Peristiwa seperti diselamatkannya Nabi Ibrahim AS dari api yang panas ketika dibakar oleh Raja Namrud, juga peristiwa diterimanya taubat Nabi Adam AS, dan peristiwa-peristiwa lainnya,” (KH.Wahyu,2021)

Tidak hanya itu, amalan lain yang bisa digiatkan adalah meningkatkan solidaritas antar sesama. Kebanyakan umat Islam, utamanya di Indonesia, menjadikan momen Muharram sebagai “lebaran anak yatim” dengan memberikan santunan kepada anak-anak yang kehilangan orang tua dan secara ekonomi lemah. Mari kita memuliakan bulan ini dengan menjernihkan hati, membenahi perilaku, dan memperindah karakter kepribadian kita. Hidupkan Hati Dengan Berbagi di Bulan Muharram.( Wallhu a’lam)

*(Artikel ini merupakan esensi khutbah Jumat,28 Juli 2028)***

Total
0
Shares
Previous Article

Ketum DPP PEPABRI Kukuhkan Ketua dan Pengurus DPD PEPABRI Jawa Barat

Next Article

Ribuan Masyarakat Tumpah Ruah, Sambut Asian African Festival

Related Posts