Oleh: A.Rusdiana
Lima hari sudah kita telah memasuki tahun baru syamsiah tahun 2024. Sebagaimana tahun baru yang pada umumnya semua manusia dipenjuru dunia akan gegap gempita, riang gembira dalam menyambut tahun baru tersebut. Setiap moment tahun baru akan selalu diiringi dengan perayaan, pesta gembira dan kegiatan-kegiatan ritual lainya demi nenyambut datangnya tahun baru. Tidak hanya dari golongan non muslim, bahkan kaum muslimpun turut melaksanakan perayaan tahun baru masehi ini.
Kita sebagai umat islam tentu sangat tidak dianjurkan untuk turut merayakan, memeriahkan datangnya tahun baru tersebut, apalagi sampai berpesta ria, menghambur hamburkan minuman, makanan, waktu dan pikiran kita yang seharusnya bisa kita gunakan yang lebih baik dan bermanfaat. Oleh karena itu dengan bergantinya tahun ini, yang seharusnya kita meningkatkan kadar keimanan kita, kadar ketakwaan kita kepada Allah SWT sebagaimana yang khatib sebutkan diatas yaitu dengan cara menambah nilai rasa syukur kita kepada Allah dengan cara;
Pertama; Bersyukur nikmat iman
Tentu saja nikmat iman yang wajib kita syukuri atas kasih sayang Allah kepada kita sehingga pada detik ini kita masih dicatat dan dimasukan pada golongan hamba yang beriman. Sebagaimana Firman Allah SWT, dalam Al-Quran Surah at-Taubah, ayat-20:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ
: “…..dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum Muslim yangzalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan hartabenda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orangyang mendapat kemenangan.” (QS at-Taubah, [9]: 20).
Karena dengan kekuatan imanlah kita mampu mengontrol pola hidup kita, pola pikir kita agar kita tidak tersesat jauh kedalam jurang kedhaliman.
Kedua; Bersyukur atas nikmat sehat
Kita patut banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan berupa nikmat sehat, Sebagaimana firman Allah pada Qur’an surat Ibrahim ayat 7 sebagai berikut.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azabku sangat pedih”. (QS. Ibrahim[14]:7).
Atas nikmat sehatlah, sehingga kita bisa menjalani tahun baru ini dengan semangat beribadah, semangat bergiat dan intropeksi diri lebih baik daripada tahun lalu.
Ketiga; Bersyukur atas nikmat Kesempatan usia
Kita masih diberi kesempatan umur kita di tahun baru 2024 selayaknya kita banyak bersyukur sehingga kita bisa memperbanyak amal, memperbanyak sedekah dan amal kebaikan lainya. Jangan sia-siakan sisa umur kita pada tahun ini tanpa amalan kebaikan.
Dalam kitab Bahr ad-Dumu’ karya Ibnu al-Jauzi disebutkan, Malik bin Dinar bercerita: “Suatu ketika aku mengunjungi tetanggaku yang tengah bergelut dengan pedihnya sakaratul maut. Kadang dia tak sadarkan diri, dan tak lama kemudian dia sadar. Dari dadanya aku mendengar gemuruh detak jantungnya yang penuh ketakutan. Dahulu, dia terkenal sebagai orang yang begitu terlena dengan dunia dan jauh dari Allah.” Aku kemudian berkata kepadanya, “Saudaraku, bertobatlah kepada Allah dan berlepas dirilah dari segala kelalaianmu. Semoga Allah memberikan kesembuhan dan kesehatan kepadamu dari penyakit ini serta mengampuni dosa-dosamu.” Dengan suara lemah, dia menjawab, “Tidak mungkin bisa. Kematian yang telah dijanjikan waktunya itu telah tiba, tidak mungkin aku bisa bertobat. Sungguh celaka aku, betapa panjang umur yang aku sia-siakan. Aku ingin sekali bertobat, tetapi aku selalu mendengar teriakan dari dalam rumah, ‘Kami telah menjanjikan kesempatan untukmu berulang kali, tetapi Kami selalu melihatmu berpaling’.”
Kisah ini menyampaikan pesan penting sebagai pelajaran bagi kita, yakni kita jangan sampai menyia-nyiakan umur di dunia dengan berbuat keburukan atau dosa, tanpa pernah mau bertobat kepada Allah. Akibatnya, di akhir hayat atau sakaratul maut kita nanti kondisinya begitu buruk dan memprihatinkan, tak sempat bertobat karena keburu maut menjemput.
Umur yang panjang memang acap kali membuat kita terlena, apalagi kondisi kita sehat dan punya waktu luang yang membuat kita lebih memilih untuk bersenang-senang dengan urusan duniawi dibanding urusan akhirat. Tepat sekali seperti disampaikan Rasulullah dalam hadisnya, “Ada dua nikmat yang membuat manusia sering kali tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR al-Bukhari).
Kita acap kali menyia-nyiakan umur yang sejatinya adalah kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan beramal saleh. Ketika sehat, kita tidak ingat Allah, apalagi pada saat kita diliputi oleh kenikmatan duniawi berupa materi.
Kita lebih banyak bersenang-senang daripada bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Kita acap kali menyepelekan dan bersikap permisif dengan dosa-dosa yang kita anggap kecil, yang sesungguhnya bila terus kita lakukan akan membesar dan menciptakan karat di hati kita yang sulit dihapus.
Kita baru tersadar ketika kita sakit atau dalam kondisi sakaratul maut, seperti digambarkan dalam kisah Malik bin Dinar di atas. Orang itu ingin bertobat, tetapi merasa sudah tak mampu, akibat dosa-dosanya telah mengerak dan menutupi hatinya. Dia hanya bisa mengingat bahwa sepanjang umurnya dia telah menyia-nyiakan dan melalaikan Allah. Dia lebih mendekat kepada keburukan dibanding kepada kebaikan dan Allah. Pada akhirnya, mulutnya kesulitan untuk mengucapkan istighfar. Di samping memang ini sudah menjadi ketentuan Allah sebagai pelajaran bagi kita.
Oleh karena itu, selagi Allah masih memberi kita umur, kita jangan sampai menyia-nyiakannya sebelum kita nanti menyesal karena belum bertobat tetapi maut keburu mendahului kita.
Rasulullah pernah ditanya seseorang, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling baik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Beliau juga ditanya, “Lalu, siapakah orang yang paling buruk?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya.” (HR Ahmad).
Dengan nikmat sempat ini tentunya kita masih diberikan waktu untuk memperbaiki pola hidup kita yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesamanya. Tidak ada yang bisa menerangi kita, menyelamatkan jiwa kita kecuali Allah yang maha penyelamat. Nasib kita berada ditanganya, kita tidak bisa berbuat apa-apa hanya berikhtiar berdoa dan memperbanyak kalimat syukur kehadiratnya agar kita dijadikan hamba yang selamat dunia dan akhirat. Wallahu A’lam
*Artikel, adalah esensi khutbah Jumat,5 Januari 2024
Penulis adalah Guru besar Manajemen Pendidikan, Pembina Yayasan Al-Misbah Kota Bandung dan Pendiri Tresna Bhakti Kabupaten Ciamis