Menyingkap Rahasia dan Keutamaan Bulan Rajab 1445 H

suara.com

Oleh : H.A.Rusdiana

“Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Ramadhan adalah bulan menuai”.

(Imam Dzun Nun Al-Mishry)

Sungguh tak terasa saat ini sudah menginjak bulan Rajab. Menurut kalender Hijriah Indonesia terbitan Kementerian Agama RI, bulan Rajab 1445 H/2024 M, jatuh pada Sabtu, 13 Januari 2024. Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Tulisan ini mengajak untuk mengenal  lebih dalam tentang sejarah nama, keistimewaan, peristiwa dan Keutamaan bulan Rajab:

Pertama: Mengenal Sejarah Bulan Rajab. Bulan Rajab dalam hitungan kelender Hijriyah adalah bulan ke-7. Sebelum adanya pembentukan kalender Hijriyah, bulan Rajab tidak dikenal sebagai bulan ke-7, karena memang belum ada penomoran dan urutan bulan. Nama-nama bulan pada kalender Hijriyah itu bukanlah wahyu yang turun kepada umat Islam. Justru nama-nama itu telah ada sebelumnya dan digunakan berabad-abad lamanya oleh bangsa Arab. Mereka terbiasa menggunakan bulan sebagai media untuk menentukan waktu; karena itu penaggalan mereka disebut dengan al-Taqwim al Qamari (kalender Bulan), karena memang basis perhitungannya bergantung pada bulan.

Kedua: Mengenal Nama Bulan Rajab. Para Ulama, memberikan nama bulan sesuai dengan keadaan alam atau keadaan sosiologi dan budaya yang mereka lakukan pada bulan-bulan tersebut. Orang-orang sebelum masa Sayyidina Umar di mana kelender Hijriyah itu dibentuk, mengenal bulan Rajab sebagai Bulan mulia yang berada sebelum bulan Syaban dan sesudah bulan Jumadal-al-Tsaniyah. Abu Nashr al-Farabi (393 H) menjelaskan dalam kitabnya al-Shihah Taaj al-Lughah (1/133): Rajab artinya mulia; “aku merajabkan sesuatu yakni memuliakannya dan mengagungkannya, dan sesuatu itu mulia”. Dan karena itulah rajab dinamakan rajab; karena memang orang-orang terdahulu di zaman jahiliyah memuliakan bulan tersebut dan tidak menghalalkan peperangan. Karena kemuliaan Rajab juga, orang-orang jahiliyah bukan hanya mengharamkan peperangan, mereka pun memiliki ritual sembelihan ketika masuk bulan Rajab, untuk memberi makan keluarga dan orang-orang sekitarnya; sebagai bentuk pemuliaan dan mengharapkan kemuliaan dari bulan Rajab.

Makna Rajab Sembelihan tersebut biasa disebut dengan istilah “al-rajabiyah”, atau juga “al-‘Atirah”. Itu yang disebutkan oleh al-Farahidiy (170 H) dalam kitabnya; Kitab al-‘Ain (6/113). Ketika Islam datang, kemuliaan itu dipertegas denga banyaknya wahyu serta sabda Nabi Muhammad SAW yang menguatkan bahwa “Rajab adalah bulan mulia, yang masuk dalam 4 bulan haram yakni bulan-bulan mulia yang memang dimuliakan oleh Allah SWT dalam wahyu-Nya. Dari Abu Bakrah ra, Nabi SAW bersabda: “setahun itu ada 12 bulan, dan di antaranya ada empat bulan mulia, tiga berurutan; Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab Mudhar yang ia itu berada antara jumada dan sya’ban”. (Muttafaq ‘alaiyh).

Ketiga: Keistimewaan Bulan Rajam. Dalam kitab I‘anatut Thalibin dijelaskan bahwa “Rajab” merupakan derivasi dari kata “tarjib” (الترجيب) yang berarti mengagungkan atau memuliakan. Masyarakat Arab zaman dahulu memuliakan Rajab melebihi bulan lainnya. Rajab biasa juga disebut “Al-Ashabb” (الأصب) yang berarti “yang mengucur” atau “menetes”. Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. Bulan Rajab bisa juga dikenal dengan sebutan “Al-Ashamm” (الأصم) atau “yang tuli”, karena tidak terdengar gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini.

Julukan lain untuk bulan Rajab adalah “Rajam” (الرجم) yang berarti “melempar”. Dinamakan demikian karena musuh dan setan-setan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang saleh.Allah memasukkan bulan Rajab sebagai salah satu bulan haram alias bulan yang dimuliakan. Pemuliaan yang diberikan syariat ini tentunya membuat empat bulan haram menjadi berbeda dengan bulan-bulan; termasuk dalam hal adab dan hukumnya. Jadi bulan-bulan haram adalah; Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab. Disebutkan Rajab Mudhar, bukan berarti Rajab ada banyak jenisnya. Rajab hanya satu.

Keempat: Aneka Peristiwa Penting Bulan Rajab; Pada bulan Rajab, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah umat Islam. Hal ini tentu bukanlah kebetulan semata, akan tetapi menunjukkan bahwa Rajab adalah salah satu bulan yang mulia. Di antaranya adalah:  (1) Sayyidah Aminah binti Wahb mulai mengandung janin yang kelak diberi nama Muhammad pada bulan Rajab. Setelah mengandung selama sembilan bulan, pada bulan Rabi’ul Awwal Sayyidah Aminah melahirkan makhluk yang paling mulia, baginda nabi agung Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kelahirannya adalah rahmat yang Allah hadiahkan kepada alam semesta.  (2) Pada 27 Rajab, terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj, salah satu mukjizat terbesar yang Allah anugerahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Mengenai mukjizat agung ini, penting untuk digarisbawahi bahwa maksud dan tujuan Isra’ dan Mi’raj bukan berarti Allah di atas lalu Rasulullah diperintah untuk naik ke atas untuk sowan bertemu dan menghadap Allah. (3) Pada hari kesepuluh bulan Rajab tahun 9 H, terjadi perang Tabuk.  Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab. Pertempuran ini menjadi yang terakhir diikuti oleh Nabi Muhammad SAW. Tabuk sendiri adalah sebutan untuk tempat yang terletak antara Wadil Qura dan Syam. Perang Tabuk juga disebut Ghazwah Al-Usrah yang bermakna Perang Kesulitan.(4) Pada bulan Rajab tahun 9 H, An-Najasyi, Raja al-Habasyah tutup usia dalam keadaan muslim.(5) Imam Syafi’i wafat pada bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun. Beliau dimakamkan di Mesir.  (5) Pada bulan Rajab tahun 101 H, Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz meninggal dalam usia 39 tahun. (6) Pada tanggal 27 Rajab 583 H, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis, Palestina. Ketika ingin membebaskan Palestina, Sultan Shalahuddin al Ayyubi tidak langsung menyiapkan tentara dan peralatan perang. Akan tetapi yang mula-mula beliau lakukan adalah mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan aqidah yang benar, yaitu aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Kesatuan aqidah akan melahirkan kesatuan hati. Kesatuan hati antarumat Islam adalah kekuatan dahsyat yang tidak terkalahkan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, beliau memerintahkan setiap muadzdzin di semua wilayah yang beliau kuasai untuk mengumandangkan aqidah Asy’ariyyah setiap hari sesaat sebelum adzan shubuh.

Kelima: Keutamaan Bulan Rajab dan amalannya disebutkan dalam Alquran dan hadits, diantaranya: (1) Bulan Haram yang Dimuliakan Allah; Bulan Rajab merupakan satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran (QS. at-Taubah/9:36). (2) Bulan Cucuran Rahmat Keutamaan Bulan Rajab beruktnya adalah bulan cucuran rahmat Allah Ta’ala kepada umat-Nya. Bulan Rajab adalah bulan “istigfar,” maka perbanyaklah istigfar di bulan ini. Pendek kata, bulan Rajab adalah bulan mulia yang banyak keistimewaan di dalamnya. (3) Larangan Berperang Keutamaan Bulan Rajab selanjutnya yakni bulan dilarang untuk berperang. Aturan larangan berperang ini sebelumnya sudah dimaklumatkan bangsa Arab sebelum kedatangan Islam. Hal itu kemudian dikuatkan setelah Islam datang dengan turunnya larangan berperang di bulan-bulan haram termasuk Bulan Rajab.  Dalam Al Quran, (QS. Al Baqarah: 217).  (4) Disunnahkan Puasa di Bulan Rajab Keutamaan Bulan Rajab selanjutnya yakni disunnahkannya melaksanakan puasa sunnah. Jumhur ulama telah mengelompokkan puasa di Bulan Rajab dalam golongan puasa sunnah. Rosulullah SAW bersabda: Jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rojab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan jika engkau menghendaki maka tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu tiga kali sambil menggenggam 3 jarinya kemudian membukanya.” (HR. Abu Daud). (5) Bulan kebaikan Rajab biasa juga disebut Al-Ashabb ((الأصب yang berarti “yang mengucur atau menetes. Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. (6) Bulan Damai Bulan Rajab bisa juga dikenal dengan sebutan Al-Ashamm ((الأصم atau yang tuli karena tidak terdengar gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini.  (7) Bulan Keberkahan Bulan Rajab merupakan bulan dimulainya persiapan jasmani, rohani dan ekonomi menuju ibadah di bulan Ramadlan, sehingga Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah berilah kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan.”  (8) Malam Mustajab Di antara keutamaan bulan Rajab bahwa malam satu Rajab adalah salah satu malam yang mustajab bagi doa sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm “Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam Jumat, malam hari raya Idul Adlha, malam hari raya Idul Fithri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban.”  (9) Bulan Ibadah Pada bulan Rajab ini, dianjurkan untuk memperbanyak amal-amal kebaikan dan ketaatan. Salah satunya adalah memperbanyak puasa. Disunnahkan untuk memperbanyak puasa di bulan Rajab seperti halnya juga disunnahkan untuk memperbanyak puasa di tiga bulan haram yang lain, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram.  (10) Diwajibkannya Shalat 5 Waktu dalam Isra Miraj   Bulan Rajab adalah bulan yang di dalamnya ada peristiwa penting, yaitu Isra dan Miraj Rasulullah SAW serta perintah ibadah shalat fardlu lima waktu yg diterima langsung oleh Rasulullah SAW langsung dari Allah SWT, tanpa melalui Malaikat Jibril AS.

Sebagai Penutup: Imam Dzun Nun Al-Mishry menyatakan bahwa: “Rajab adalah bulan mennam, Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Ramadhan adalah bulan menuai”. Pada bulan Rajab sebagai bulan menanam ini, jangan sampai kita menanam sebuah keburukan. Minimal, jika kita tidak bisa menanam hal yang besar kita bisa memulai dari hal yang kecil seperti membantu atau memberi senyuman kepada orang lain, setidaknya jangan sampai kita merugikan orang lain, dan sebisa mungkin kita tidak menyakiti siapapun, mari semua itu kita lakukan pada bulan Rajab yang mulia. Setiap orang akan mengunduh atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang menyiakan tanamannya, ia akan menyesal saat hari panen itu datang. Wallahu A’alam Bishwab.

Artkel merupakan esensi Khutbah Jumat,12 Desember 2024.

Penulis adalah Guru besar Manajemen Pendidikan, Pendiri Yayasan Tresna Bhakti Ciamis dan Pembina Yayasan Al-Misbah kota Bandung.

Total
0
Shares
Previous Article

Menpora Dito Dukung Penuh Program SIWO PWI Pusat

Next Article

Panglima TNI Mengecek Perlengkapan Operasi Dalam Negeri 2024

Related Posts