Jakarta – ekpos.com – Perkembangan dalam dunia pendidikan telah terjadi perubahan paradigma, salah satunya adalah sistem yang semula adalah Input-Based Education menjadi Outcome-Based Education (OBE).
Mahasiswa diharapkan saat lulus nanti bisa bertahan dan berkembang menjadi pekerja yang produktif dalam mengembangkan keilmuan serta dapat berkarya sebagai anak bangsa.
Bukan sekedar nilai yang baik, tapi juga kompetensi apa yang dimiliki oleh setiap lulusan. Tak pelak lagi, institusi pendidikan harus bersiap untuk mengembangkan kurikulum berbasis OBE untuk mempersiapkan lulusan yang tidak hanya memiliki nilai ijazah yang baik, tapi juga mempunyai kompetensi yang dibutuhkan oleh DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri).
Antara institusi pendidikan tinggi dan industri memang saling membutuhkan dan membangun kolaborasi di antara keduanya menjadi jalan yang harus ditempuh.
Demikian juga dengan pendidikan tinggi Ilmu Komunikasi dan asosiasinya yang harus segera bersiap menjadi lembaga yang strategis dalam bersinergi mengembangkan kurikulum Ilmu Komunikasi, sesuai dengan kebutuhan industri yang ada.
Untuk itulah, dalam rangka menjawab tantangan tersebut, Departemen Kurikulum pada Korwil ASPIKOM Jabodetabek melakukan kegiatan Sosialisasi Permendikti No. 53 tahun 2023 sekaligus Workshop Kurikulum berbasis OBE yang diadakan Kamis, 1 Februari 2024 lalu bertempat di Universitas Al-Azhar Indonesia.
Acara ini turut menghadirkan Ibu Dr. Kinkin Yuliaty S.P, M.Si, CPR, CICS (Asesor BAN PT, Dosen Ilmu Komunikasi UNJ) dan Bapak Dr. S. Bekti Istiyanto, MSi (Asesor BAN PT, Ketua Umum ASPIKOM dan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi & Politik UPN Veteran Jakarta).
“Ide untuk membahas kurikulum OBE dan permendikti no 53 thn 2023 memang dibutuhkan. (Hal ini sejalan dengan) ASPIKOM adalah rumah kita, Prodi Ilmu Komunikasi di Indonesia tetapi masing- masing dari anggota berasal dari latar belakang rumah masing-masing yang juga menunjukkan kekhasannya dari kurikulum,” ujar Rini Sudarmanti, selaku Ketua ASPIKOM Jabodetabek.
“Hasil kemarin memberikan banyak sekali pencerahan mengenai implementasi penerapan kurikulum OBE dalam RPS dan penilaian. Tidak perlu semua mata kuliah, tetapi cukup 30% dari seluruh mata kuliah yang tersedia berbasiskan OBE.
Dalam penilaian setiap mata kuliah juga mengaplikasikan 50% penilaian kegiatan-kegiatan belajar berbasiskan OBE. Selesai workshop kita pulang ke prodi masing-masing untuk mengevaluasi kembali, perbaiki kembali, sempurnakan kembali racikan kurikulum yang disuguhkan kepada mahasiswa,” lanjut Rini.
Acara ini menghadirkan sejumlah 80 peserta hadir langsung yang berasal dari 32 Perguruan Tinggi di dalam maupun di luar Jabodetabek.
Dari acara tersebut, diharapkan para pengelola prodi Ilmu Komunikasi mendapatkan berbagai insight agar pencapaian pendidikan tinggi tidak lagi berpusat pada materi tetapi kepada outcome melalui proses pembelajaran secara inovatif, efektif, serta interaktif, berbasis case based learning maupun project based learning.
“Ke depannya ASPIKOM Jabodetabek memiliki target sejalan dengan ASPIKOM Pusat yakni mengembangkan keilmuan Komunikasi dan memajukan program studi Ilmu Komunikasi pada setiap perguruan tinggi melalui peningkatan kualitas mutu kurikulum,” ucap Dinda Rakhma Fitriani, selaku Ketua Panitia dalam acara Workshop OBE ini. (Red).