Menyingkap 6 Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan

bondowosonetwork

Oleh A.Rusdiana

Saat ini kita sudah memasuki bulan Sya’ban yang merupakan bulan ke-8 dalam kalender hijriah. Bulan ini diapit oleh dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadhan dan seolah menjadi paket yang ditunggu-tunggu umat Islam dengan banyaknya doa dipanjatkan yang merupakan hadits nabi riwayat Anas bin Malik ra:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغنَا رَمَضَانَ

Artinya: “Ya Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadhan.”

Untuk menghidmati Sya’ban: Pintu Gerbang Bulan Ramadhan, terlebih dahulu memahami beberapa hal, diantaranya:

Pertama: Memaknai Hakikat Bulan Sya’ban, Makna yang terkabung di balik nana bulan Sya’ban, dijelaskan dalam Kitab Duratun Nashihin diwakili oleh huruf-huruf yang ada dalam kata “Sya’ban” (شعبان). Pertama adalah ش (syin) berarti asy-syafa’ah wasy syarafah (pertolongan dan kemuliaan), kedua ع (‘ain) berarti al-‘izzah wal karamah (kemuliaan dan kehormatan), ketiga ب (ba’) berarti al-birr (kebajikan), keempat ا (alif) berarti al-ulfah (kecondongan atau kasih sayang), dan kelima ن (nun) yang berarti an-nur (cahaya atau menerangi).

Atas dasar itu Rasulullah SAW mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya. (Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/239).

Dalam bulan ini, Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunah. Bahkan beliau hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan saja agar tidak mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari puasa sunah. Berikut ini dalil-dalil syar’i yang menjelaskan hal itu:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

Dari Aisyah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156).

Dalam riwayat lain Aisyah berkata:

كَانَ أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانَ، ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ

“Bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa sunah adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Daud no. 2431 dan Ibnu Majah no. 1649).

Hadirnya bulan Sya’ban sebelum bulan Ramadhan, seolah menjadikan bulan ini sebuah pintu gerbang yang mengingatkan kita untuk menyiapkan diri dan membawa bekal persiapan yang cukup untuk menghadapi dan memasuki suasana serta kondisi baru. Agar tidak kaget memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah saw telah memberi contoh untuk melakukan latihan-latihan di bulan Sya’ban berupa peningkatan kuantitas berpuasa.

Hal ini didasarkan hadits Rasulullah saw diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah:

فَمَا رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ اِلَّا رَمَضَانَ وَمَارَاَيْتُهُ اَكْثَرَ صِيَامُا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ  رواه البخاري

Artinya: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan tidak pernah melihat Rasulullah memperbanyak puasa dalam satu bulan selain bulan Sya’ban” (HR. Bukhari).

Latihan ini penting karena pada bulan Ramadhan nanti, kita umat Islam akan menjalankan kewajiban yang menjadi salah satu rukun Islam yakni berpuasa selama satu bulan penuh. Dengan memulai latihan puasa di bulan ini, maka saatnya nanti menjalankan puasa di bulan Ramadhan, tubuh kita akan sudah terbiasa dengan perubahan pola makan seperti di bulan-bulan lainnya.

Bulan Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan; Bulan Sya’ban adalah bulan latihan, pembinaan dan persiapan diri agar menjadi orang yang sukses beramal shalih di bulan Ramadhan. Untuk mengisi bulan Sya’ban dan sekaligus sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, ada beberapa hal yang selayaknya dikerjakan oleh setiap muslim:

Pertama: Persiapan Iman, meliputi: Segera bertaubat dari semua dosa dengan menyesali dosa-dosa yang telah lalu, meninggalkan perbuatan dosa tersebut saat ini juga, dan bertekad bulat untuk tidak akan mengulanginya kembali pada masa yang akan datang. Memperbanyak doa agar diberi umur panjang sehingga bisa menjumpai bulan Ramadhan. Memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban agar terbiasa secara jasmani dan rohani. Ada beberapa cara puasa sunah yang dianjurkan di bulan Sya’ban, yaitu: Puasa Senin-Kamis setiap pekan ditambah puasa ayyamul bidh (tanggal 13,14 dan 15 Sya’ban), atau puasa Daud, atau puasa lebih bayak dari itu dari tanggal 1-28 Sya’ban. Mengakrabkan diri dengan Al-Qur’an dengan cara membaca lebih dari satu juz per hari, ditambah membaca buku-buku tafsir dan melakukan tadabbur Al-Qur’an. kelezatan shalat malam dengan melakukan minimal dua rakaat tahajud dan satu rekaat witir di akhir malam. Meresapi kelezatan dzikir dengan menjaga dzikir setelah shalat, dzikir pagi dan petang, dan dzikir-dzikir rutin lainnya.

Kedua: Persiapan Ilmu, meliputi: Mempelajari hukum-hukum fiqih puasa Ramadhan secara lengkap, minimal dengan membaca bab puasa dalam (terjemahan) kitab Minhajul Muslim (syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi) atau Fiqih Sunnah (syaikh Sayid Sabiq) atau Shahih Fiqih Sunnah (Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim) atau pedoman puasa (Tengku Moh. Hasbi Ash-Shidiqi) atau buku lainnya. Mempelajari rahasia-rahasia, hikmah-hikmah, dan amalan-amalan yang dianjurkan atau harus dilaksanakan di bulan Ramadhan, dengan membaca buku-buku yang membahas hal itu. Misal (terjemahan) Mukhtashar Minhjaul Qashidin (Ibnu Qudamah Al-Maqdisi) atau Mau’izhatul Mu’minin (Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi) atau buku-buku dan artikel-artikel para ulama lainnya. tafsir ayat-ayat hukum yang berkenaan dengan puasa, misalnya dengan membaca (terjemahan) Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (Ibnu Katsir), atau Tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an (Al-Qurthubi), atau Tafsir Adhwa-ul Bayan (Asy-Syinqithi). Mempelajari buku-buku akhlak yang membantu menyiapkan jiwa untuk menyambut bulan Ramadhan. Mendengar ceramah-ceramah para ustadz/ulama yang membahas persiapan menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan. Mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an sebagai persiapan bacaan dalam shalat Tarawih, baik bagi calon imam maupun orang yang shalat tarawih sendirian di akhir malam (tidak berjama’ah ba’da Isya’ di masjid). dan Mendengarkan bacaan murattal shalat tarawih para imam masjid yang terkenal keahliannya di bidang tajwid, hafalan, dan kelancaran bacaan.

Ketiga: Persiapan Dakwah, meliputi: Menyiapkan materi-materi untuk kultum, taushiyah, ceramah, khutbah Jum’at dan dakwah bil lisan lainnya. Membuat serlebaran, brosur, pamflet, majalah dinding, buletin dakwah dan lembar-lembar dakwah yang mengingatkan kaum muslimin tentang tata cara menyambut Ramadhan. Mengikuti kultum, ceramah-ceramah, dan pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kita (lingkungan masjid, tempat kerja, tempat belajar-mengajar) baik sebagai pemateri atau peserta sebagai bentuk persiapan dan pembiasaan diri untuk mengikuti kegiatan serupa di bulan Ramadhan. Mengadakan pesantren kilat, kursus keislaman, islamic study dan acara-cara sejenis.

Keempat: Persiapan Keluarga, meliputi: Menyiapkan anak-anak dan istri untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan mengenalkan kepada mereka persiapan-persiapan yang telah disebutkan di atas. Membiasakan mereka untuk menjaga shalat lima waktu, shalat sunnah Rawatib, shalat dhuha, shalat malam (tahajud dan witir), dan membaca Al-Qur’an. Memberikan taushiyah /kultum harian jika memungkinkan. Meminimalkan hal-hal yang melalaikan mereka dari amal shalih di bulan Sya’ban dan Ramadhan, seperti musik-musik dan lagu-lagu jahiliyah, menonton TV, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak membawa manfaat di akhirat. Menyisihkan sebagian pendapatan untuk sedekah di bulan ini dan bulan Ramadhan.

Kelima: Persiapan Mental, Menyiapkan tekad yang kuat dan sungguh-sungguh untuk: Membuka lembaran hidup baru dengan Allah SWT, sebuah lembaran putih yang penuh dengan amal ketaatan dan berisi sedikit amal-amal keburukan; Membuat hari-hari kita di bulan Ramadhan tidak seperti hari-hari kebiasaan kita di bulan lain yang penuh dengan kelalaian dan kemaksiatan; Meramaikan masjid dengan melakukan shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid terdekat dan menghidupkan sunah-sunah ibadah yang telah lama kita tinggalkan, seperti: bertahan di masjid ba’da Subuh sampai terbitnya matahari untuk dzikir, tilawah Al-Qur’an, atau belajar-mengajar; hadir di masjid sebelum adzan dikumandangkan; bersegera ke masjid untuk mendapatkan shaf awal; menunggu kedatangan imam dengan shalat sunnah dan niat I’tikaf; dst. Membersihkan puasa dari hal-hal yang merusak pahalanya, seperti bertengkar, sendau gurau dan perbuatan-perbuatan iseng yang sekedar untuk mengisi waktu tanpa membawa manfaat akhirat sedikit pun (main catur, main kartu, nongkrong bareng sambil menyanyi dan main gitar; dst); Menjaga dan membiasakan sikap lapang dada dan pemaaf

Keenam:Persiapan Jihad Melawan Hawa NafsuMengekang hawa nafsu dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan keinginan hidup mewah, boros, kikir, dan menikmati makanan-minuman yang lezat atau pakaian yang baru di bulan Ramadhan; Membiasakan lisan untuk mengatakan perkataan-perkataan yang baik dan bermanfaat; mencegahnya dari mengucapkan perkataan-perkataan keji, jorok, menggunjing, mengadu domba, dan perkataan-perkataan yang tidak membawa manfaat di akhirat; Mencegah hawa nafsu dari keinginan untuk melampiaskan kemarahan, kesombongan, penyimpangan, kemaksiatan dan kezaliman; Membiasakan diri untuk hidup sederhana, ulet, sabar, dan sanggup memikul beban-beban dakwah dan jihad di jalan Allah; Melakukan muhasabah (introspeksi) harian dengan membandingkan antara program-program persiapan di atas dan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.

Mari kita bersihkan diri kita dari dosa-dosa di masa lalu melalui istighfar “Astaghfirullah” serta mengungkapkan rasa syukur karena masih diberi umur panjang bisa bertemu bulan Sya’ban dengan ungkapan “Alhamdulillah”, sekaligus mempersiapkan diri memasuki gerbang masa depan dengan ucapan “Bismillah”.  Mari kita sirami tanaman amal kita di bulan Sya’ban yang telah kita semai sebelumnya di bulan Rajab sehingga pada bulan Ramadhan nanti kita akan dapat memanennya dengan baik.Wallahu ‘alam.

*Artikel ini merupakan esensi Khubah Jumat, 23 Februari 2024

Penulis adalah guru besar UIN Bandung, Tutor Pendidikan Nasional dan pendiri Yayasan Al-Misbah Kota  Bandung.

 

 

 

 

 

 

Total
0
Shares
Previous Article

518 Polisi Disiapkan Pengamanan Pemungutan Suara Susulan di Demak, Ini Pesan Kapolres

Next Article

CATAT PRESTASI GEMILANG, AAL LAUNCHING SERTIFIKAT AKREDITASI UNGGUL UNTUK INSTITUSI DAN PROGRAM STUDI

Related Posts