Hindun Perempuan Berjuluk “Aakilatul Akbaad” Akhirnya Luluh Oleh Kalimah Allah

BUDAYAWAN sekaligus sutradara kawakan Rosyid E. Abby bersama Dadan Ramdani akan kembali menggelar pentas teater di Gedung Rumentang Siang, Kota Bandung, Sabtu dan Minggu 23-24 Maret 2024, mulai pukul 13.00 dan 15.30 wib.

Kali ini sang sutradara sekaligus penulis cerita ini akan mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Hindun yang dmerasa dendam karena ayahnya (‘Utbah bin Rabi’ah), pamannya (Syaibah bin Rabi’ah), dan kakaknya (Al-Walid bin ‘Utbah), terbunuh oleh paman Rasulullah SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib ketika terjadi perang Badar Kubra.

Hingga suatu saat Hindun membuat rencana yang sangat matang untuk melampiaskan dendamnya itu, dengan melibatkan seorang budak yang bernama Wahsyi untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. Jika Wahsyi berhasil melaksanakan tugasnya Hindun menjanjikanya kebebasan. Genderang perang pun akhirnya dikibarkan dan dinamakan perang Uhudyang dipimpin Abu Sufyan bin Harb, suaminya.

dendam Hindun terbalaskan ketika Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, Hindun langsung merobek perut Hamzah yang sudah tak bernyawa itu dan mengambil jantungnya, lalu mengunyahnya kemudian memuntahkannya lagi.

Karena prilaku sadisnya itu,  Hindun mendapat julukan “Aakilatul Akbaad” (pemakan jantung), suatu julukan yang menyakitkan hatinya. Tidak cukup dengan itu saja, ia juga mengambil hidung dan telinga Hamzah dan menjadikannya sebagai kalung.

Namun kemudian, kesombongan dan keangkuhanya itu luluh seketika setelah ia dimuliakan oleh kalimah Allah. Apalagi setelah malam terjadinya Futuh Makkah (Fathu Makkah) di bulan Ramadan, Abu Sufyan bin Harb kembali ke Mekah dan menghadap Rasulullah Saw di Madinah untuk menyatakan keislamannya.

Cahaya Islam pun mulai menyinari jiwa Hindun, ketika dua hari kemudian setelah peristiwa Futuh Makkah, dia berbaiat kepada Rasulullah Saw, dan mengucapkan kalimat syahadat. Setelah menjadi muslimah, Hindun selalu berusaha memperdalam keimanannya yang kemudian menuntunnya untuk turut berjihad bersama kaum muslim lainnya. Hindun berusaha menghapus masa lalunya dengan ikut serta berjihad dalam Perang Yarmuk.

Ia pernah berkata mengingat masa lalunya: “Aku pernah bermimpi berdiri di bawah matahari dan di dekatku ada tempat berteduh namun aku tidak bisa berlindung di bawahnya. Ketika aku telah masuk Islam, aku bermimpi seolah-olah aku telah masuk dalam lindungannya. Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita kepada Islam”.

Akhirnya pada tahun ke 14 Hijriyah, di masa kekhilafahan Umar bin Khathab, Hindun binti ‘Utbah wafat.

”Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di masa Jahiliyah dan di dalam Islam menjadi seorang wanita yang mulia dan baik,” ujar anakk Hindun, Mu’awiyah bin Abu Sufyan.

“Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” adalah gambaran dan bukti cinta Hindun binti ‘Utbah kepada Allah dan rasul-Nya.

”Sesungguhnya dalam riwayat-riwayat itu terdapat pengajaran (penuntun) bagi orang yang berakal.” (Q.S. Yusuf [12] : 111).

Begitulah cuplikan kisah Hindun yang akan dipentaskan oleh Teater Senapati SMA Pasundan 3 Bandung untuk memanjakan penonton dalam drama musikal reliji ini. Sebuah gelaran dalam mengisi bulan suci Ramadan.

Pentas drama musikal ini didukung tak kurang dari 50 pemain. Konsep garapnya memadukan seni drama, nyanyian (seni musik), dan seni tari (gerak/koreo), dengan media dialognya menggunakan bahasa Sunda.

“Kasidah Cinta Hindun binti ‘Utbah” ini sebelumnya pernah dipentaskan oleh Rosyid E. Abby dengan judul yang sama di tahun 2016, dengan kelompok teater yang sama pula.

Pentas ini merupakan rangkaian dari pentas episodial Drama Sunda Religi “Kasidah Cinta”, yang dipergelarkan setiap tahun di bulan Ramadan (sejak 2006) oleh kelompok Teater Senapati SMA Pasundan 3 Bandung.

Pementasan Kasidah Cinta Jilid I berjudul “Kasidah Cinta Jalma-jalma nu Iman” (2006), lalu disusul dengan Kasidah Cinta jilid-jilid selanjutnya, yakni “Kasidah Cinta Sang Muadzin” (2007 & 2019), “Kasidah Cinta Sang Singa Allah” (2008 & 2017), “Kasidah Cinta Sang Sahabat” (2009), “Kasidah Cinta Sang Abid” (2010), “Kasidah Cinta di Palagan Karbala” (2011).

Disusul kemudian “Kasidah Cinta Al-Kubra” (2012, 2018, 2023), “Kasidah Cinta Al-Faruq” (2014), “Kasidah Cinta Shahabiyah” (Hindun binti ‘Utbah) (2016, 2024), dan “Kasidah Cinta Hamzah Asadullah” (2017).

Jadi, dalam rentang 18 tahun sejak 2006, Teater Senapati hanya abstain 5 kali untuk mengisi pentas Ramadan, yakni di tahun 2013 dan 2015 karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan, dan selebihnya karena pandemi (2020, 2021, 2022).

Pentas Ramadan Teater Senapati kali ini akan diperkuat para aktor senior seperti Euis Balebat, Eka Candra W, Deden Bel, Apip Catrix, Dado Tisna, Superjonesia, dll, di samping para aktor dari komunitas teater kampus dan SMA Pasundan 3 Bandung.

Dado Tisna akan mendampingi aktor Euis Balebat, memainkan peran kakak-beradik Abu Hudzaifah bin ‘Utbah dan Fathimah binti ‘Utbah.

Anda Penasaran, datanglah ke Rumentang Siang dan ingat waktu pementasanya.*

Total
0
Shares
Previous Article

SERTIJAB LIMA JABATAN STRATEGIS DI JAJARAN PUSHIDROSAL

Next Article

DUA JABATAN KOMANDAN DI JAJARAN PUSHIDROSAL DI SERAHTERIMAKAN

Related Posts