Demak – ekpos.com – Bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Demak dan sekitarnya, akibat jebolnya tanggul Kali Wulan dan Kali Jratun yang berada di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.
Sebenarnya bisa diantisipasi dengan baik jika pemerintah sigap, tanggap dan tidak teledor. Apalagi banjir yang melanda di wilayah Karanganyar dan sekitarnya itu adalah yang kedua kalinya, dalam waktu yang belum lama. Jangan sampai penguasa Demak “lari” dari tanggung jawab dengan menganggap bahwa adanya banjir itu merupakan peristiwa alam.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Majelis Pemuda Indonesia Komite Nasional Pemuda Indonesia (MPI KNPI) Kabupaten Demak, Drs Mulyani M Noor, MPd, melalui keterangannya, Jum’at (23/3).
Aktifis Senior Mulyani M Noor yang juga tokoh Pendidik ini menyampaikan, jebolnya tanggul yang terjadi dalam kurun waktu dua bulan belakangan ini, menyebabkan melubernya air hingga mengakibatkan terjadinya banjir bandang, yang menenggelamkan hampir seluruh wilayah Demak, hingga menyebabkan kepedihan yang mendalam bagi masyarakat yang menjadi korbannya.
“Banjir yang disebabkan karena bedahnya tanggul Kali Wulan dan Kali Jratun yang berada di kecamatan Karanganyar meluber sampai wilayah kecamatan Mijen, Gajah, Dempet dan Wonosalam,” ujarnya.
Sedangkan membeludaknya Kali Jajar, hingga kini masih membanjiri pusat kota dan sekitarnya. Alun-alun yang struktur tanahnya paling tinggi, sekarang tenggelam. Demikian juga lantai masjid agung Demak dan makan Sunan Kalijaga di Kadilangu.
“Mestinya Bupati bisa melakukan langkah-langkah antisipatif, untuk mengatasi banjir memilukan ini. Persoalannya selama ini, tidak dilakukan secara periodik pekerjaan normalisasi sungai, yang bisa mengurangi sedimentasi dasar sungai. Juga pembiaran terhadap banyaknya tanaman di bantaran sungai oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Celakanya lagi tidak segera ditanggulangi titik rawan jebol yang sudah diketahui sebelumnya. Betapa sekarang rakyat menjadi menderita, akibat keteledoran para penanggung jawab Demak ini. Ribuan orang meratapi barang-barang berharganya yang rusak dan hilang. Banyak petani yang menangis, karena gagal panen atau rusak tanamannya yang baru saja dikerjakan dengan biaya mahal. Dengan kerugian ratusan milyar ini, pemerintah harus bertanggung jawab dan segera memulihkan kondisi yang dialami oleh korban banjir,” tegas Pembina Laskar Merah Putih Kabupaten Demak.
Ditambahkannya, terjadinya banjir yang sampai menenggelamkan alun-alun dan tempat-tempat sakral seperti Masjid Agung dan sejumlah Masjid besar di Demak, sebagai pertanda teguran dari Allah terhadap pemerintah dan masyarakat.
“Kepedulian terhadap nilai dan martabat kabupaten Demak sebagai Kota Wali telah hilang. Jatidiri Demak telah dikotori dengan maraknya perjudian, prostitusi, merebaknya peredaran miras dan narkoba. Bukannya hal tersebut ditangani secara sungguh-sungguh, tetapi malah ada yang menjadikan sebagai objek untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompoknya,” pungkasnya. (Red).