Mengkhidmati 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Oleh : A.Rusdiana

Atas izin Allah, sungguh tak terasa kita sekarang telah memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadan, beberapa hari lagi akan melaksanakan Idul Fitri. Artinya, saat ini kita sedang berada di waktu utama bulan penuh berkah tersebut. Di waktu inilah waktunya kita untuk semakin menunjukkan ketaatan kita melalui berbagai ibadah. sebagaimana diajarkan dari beberapa Keterangan Hadis dan riwayat para Ulama diantaranya:

Pertama: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan penjelasan dan teladan tentang cara memperlakukan akhir Ramadan. Beliau sangat bersungguh-sungguh di 10 hari terakhir Ramadan sebagaimana diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي الله عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apabila memasuki sepuluh hari (yang terakhir di bulan Ramadan), beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan kainnya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Menurut Imam An Nawawi dalam kitab Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, kata ‘mengencangkan kain’ pada hadis tersebut terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian ulama memaknainya dengan sikap bersungguh-sungguh dalam beribadah termasuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Lalu, sebagian ulama lain mengartikannya dengan bersegera dalam beribadah. Ada pula yang memaknainya dengan menjauhi istri-istri beliau demi menyibukkan diri dalam beribadah.

Artinya, Nabi Muhammad menaruh perhatian lebih pada 10 hari terakhir Ramadan. Bahkan, kesungguhan Rasulullah dalam beribadah di waktu tersebut melebihi hari-hari lain. Hal tersebut dikabarkan dalam sebuah hadis berikut:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175).

Kedua: Salah satu keutamaan 10 hari terakhir Ramadan adalah datangnya satu malam yang dikenal dengan lailatul qadar. Datangnya lailatul qadar tidak dapat ditentukan waktunya oleh manusia dan hanya Allah yang mengetahui. Malam tersebut dapat dicari di akhir Ramadan terutama pada malam tanggal ganjil dalam kalender kamariah.

Rasulullah hanya memberikan isyarat mengenai datangnya malam penuh kemuliaan itu di malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan. Peluang hadirnya lailatul qadar ada di malam 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan. Hal ini sebagaimana sabda beliau: “Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. carilah pada malam-malam ganjil.” (HR. Bukhari no. 2027 dan Muslim no. 1167).

Oleh sebab itu, kaum muslim sebaiknya memperbanyak amal ibadah, terutama sepanjang malam 10 hari terakhir Ramadan. Tidak ada yang mengetahui kepastian hadirnya. Namun, bersiaga dengan memaksimalkan ibadah setiap hari akan membantu mendapatkan kemuliaan malam tersebut.

Ketiga: Lailatulqadar saat datang, akan berlangsung dari tenggelamnya matahari sampai terbitnya fajar subuh. Allah telah berfirman mengenai berlangsungnya malam tersebut melalui surah Al Qadr. Dalam ayat 1 sampai 5 disebutkan:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr [97]: 1-5).

Keempat: Ada berbagai cara untuk menghidupkan Lailatulqadar. Imam Syafi’i dalam kitab Al Umm menukil informasi dari sekelompok ulama Madinah dan dinukil hingga sampai Ibnu Abbas, dikatakan:

“Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan shalat Isya’ berjemaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara berjemaah.”

Kelima: Imam Malik dalam Al Muwatha’ menyebutkan Ibnul Musyyib berkata, “Siapa yang menghadiri shalat berjemaah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut.”

Riwayat yang disampaikan Imam Syafi’i, Imam Malik, dan para ulama lain tersebut sejalan dengan hadis dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Dirinya mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ ، فَكَأنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ في جَمَاعَةٍ ، فَكَأنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjemaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjemaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).

Di samping memuliakan lailatul qadar dengan salat berjemaah, kaum muslimin juga dapat melakukan amalan lain. Misalnya, memperbanyak membaca Al Quran, zikir, bersedekah, serta berdoa. Ada doa khusus yang diajarkan Rasulullah saat lailatul qadar datang yaitu: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni. Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf menghapus kesalahan, karenanya maafkanlah aku hapuslah dosa-dosaku.”

Untuk itulah, Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Jangan sia-siakan 10 hari terakhir Ramadan ini. Isi setiap hari dan malamnya dengan berbagai amal ibadah. Siapa tahu di antara hari tersebut, kita dipertemukan dengan Lailatulqadar. Malam tersebut lebih mulia dibanding hari-hari lain bahkan nilai keutamaannya lebih baik daripada 1.000 bulan. Orang-orang yang menghidupkan malam qadar dengan ibadah karena iman dan mencari ridha Allah, dijanjikan untuk mendapatkan ampunan dari dosa yang pernah diperbuat. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan lailatul qadar (dengan shalat dan berbagai ibadah) dengan dilandasi keimanan dan niat semata mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang yang telah lalu” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Wallahu alam

*Artikel adalah intisari Khutbah Jumat 5 April 2024

Penulis, Adalah Tutor dan Guru Besar Manajeman Pendidikan, Pendiri dan Pembina Yayasan Al-Misbah Kota Bandung.

 

Total
0
Shares
Previous Article

TNI AL AMANKAN ARUS MUDIK LEBARAN DI PELABUHAN BAKAUHENI LAMPUNG SELATAN

Next Article

Panglima TNI Jadi Saksi Pelantikan Kasau

Related Posts