PACITAN || ekpos.com – Kali ini gelaran pentas budaya tradisional kembali digelar di Pacitan. Sedikitnya 800 seniman lokal, nasional, dan mancanegara akan memeriahkan event bertajuk Festival Ronthek Pacitan (FRP) 2024. Pentas ini akan berlangsung setiap malam selama 3 hari sejak 15 Juli hingga 17 Juli 2024.
Tak hanya menyuguhkan tampilan musik bambu khas Kota 1001 Gua, kemeriahan panggung juga akan dihiasi penampilan pembuka dari seniman Etno Ensemble Dharma Siswa ISI Surakarta. Ada juga Komunitas Calung Kontemporer Banyumas dan Truntung Sanggar Dhong Suntil Merbabu, Magelang.
Disela sela pertunjukan Festival Ronthek Pacitan (FRP) Dandim 0801/Pacitan, Letkol Arh Imam Musahirul, S.H, M.I.P menyampaikan bahwa, Selain mendorong kunjungan wisatawan, festival tersebut juga membuka peluang UMKM lokal untuk mempromosikan produk-produk mereka lebih luas, khususnya akan memajukan UMKM Kabupaten Pacitan.
Lebih lanjut, Dandim 0801/Pacitan menjelaskan, dengan melibatkan seniman dari luar negeri, Festival Seni Rontek 2024 di Pacitan diharapkan akan menjadi momentum penting dalam memperkuat citra budaya dan pariwisata daerah ini di tingkat internasional.
“Ada ratusan seniman dalam dan luar negeri akan tampil di depan penonton,” kata Dandim, Senin (15/07/2024) malam.
Informasi dari pihak penyelenggara semua grup rontek akan tampil di panggung utama di Jl JA Suprapto, depan Kantor Bupati Pacitan. Iring-iringan bergeser menghibur penonton di venue kedua yakni di Jl Ahmad Yani. Venue terakhir ada di Jl Jenderal Sudirman. Di panggung ini penonton kembali bisa menyaksikan aksi grup rontek.
Diharapan penonton tidak hanya terkonsentrasi di satu titik saja. Supaya lebih longgar dan santai, masyarakat dapat memilih venue mana yang nyaman untuk nonton Festival Seni Rontek 2024.
Sementara untuk memberi ruang bagi pegiat ekonomi kreatif, panitia juga menyediakan area pasar tradisional. Bagian utara alun-alun yang berhadapan panggung utama disulap menjadi sentra kuliner tradisional. Sebutan ‘Pasar Krempyeng’ pun disematkan pada lokasi jualan jajanan khas Kota 1001 Gua.
“Budaya kita jaga, sekaligus event yang ada kita harapkan bisa menjadi ajang nostalgia bagi mereka yang ingin menikmati jajanan asli Pacitan yang sebagian mulai langka,” pungkas Dandim. (Red).