MADIUN || Ekpos.com – Tak seperti rekan-rekannya yang memilih merantau ke kota besar atau menjadi tenaga migran Indonesia, Anton Sunaryo (45), warga Desa Banyukambang, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, lebih memilih menjadi petani milenial.
Berbekal sawah warisan orang tuanya yang tidak seberapa, ia fokus menjalani profesi sebagai petani yang telah menjalani pilihan hidupnya. Bahkan kecintaannya terhadap dunia pertanian, membuatnya ditunjuk sebagai ketua kelompok tani Sugih Waras di Desa Banyukambang.
Meski telah belasan tahun menjadi petani, kehidupan Anton masih jauh dari kata sejahtera. Begitu pula dengan petani-petani lain di desanya. Masalah air menjadi kendala utama bagi para petani di Desa Banyukambang. Hal itu pula yang membuat mereka hanya mampu panen sebanyak dua kali dalam setahun.
“Petani di Desa Banyukambang ini bisa dikatakan sangat-sangat kesulitan air. Kalau musim kemarau, sungainya kering. Kita pakai sumur manual juga sudah nggak bisa keluar airnya,” kata Anton waktu itu.
“Karena tidak ada air, maka kalau musim kemarau, tak sedikit petani di sini yang membiarkan sawahnya terbengkalai atau tidak digarap,” sambungnya.
Namun sejak sepuluh hari lalu, kondisi itu berubah drastis berkat hadirnya bantuan sumur sibel hasil kerja sama antara Kementerian Pertanian dan TNI AD. Petani yang dulunya kesulitan air, kini bisa mendapatkan kepastian air untuk mengairi lahan pertanian mereka.
Kades Banyukambang, Tukiran, mengaku bersyukur dengan adanya bantuan sumur sibel itu. Diharapkannya hal itu akan dapat memberikan dampak luas bagi kesejahteraan para petani di Desanya.
“Semoga program ini dapat berlanjut dan membantu meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan petani itu sendiri,” ujarnya ditemui di kantor Desa Banyukambang, Senin (26/8/2024).
Harapan serupa juga disampaikan oleh Babinsa Banyukambang Koramil 0803/16 Wonoasri, Koptu Muhammad Iksan. Ia berharap, keberadaan sumur bor itu dapat mengurangi populasi hama tikus yang merugikan para petani.
“Tikus di Banyukambang selama ini banyak sekali. Semoga saja hama tikus juga dapat berkurang, karena meminimalisir tikus untuk ngerong (bersarang) di sawah,” sebutnya.
Sementara itu, Silvia Andress, selaku Koordinator PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) Kecamatan Wonoasri optimis, sumur sibel itu akan dapat meningkatkan indeks pertanian (IP) di Desa Banyukambang.
“Kalau selama ini IP hanya 2, mudah-mudahan ke depan bisa naik menjadi 3. Dengan adanya akses air yang semakin baik, tentu hal itu akan dapat tercapai,” katanya. (Red).