Catatan : M. Hatta Taliwang
JAKARTA ||Ekpos.com –
Mengamati Artikel berupa analisis dalam bentuk catatan geliat politik, karya dan gaya kepemimpinan seorang Anies, oleh aktivis politisi M. Hatta Taliwang
1. Bagi warga yang otaknya sehat pasti mengakui prestasi Anies saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Dia menepati semua janjinya saat kampanye menjadi cagub.
2. Pasti ada kelemahannya tapi dibanding pemimpin lain dia mungkin relatif sedikit kelemahannya. Dan itu manusiawi bagi seorang pemimpin.
3. Kegaagalan Anies menjadi Cagub lagi, menunjukkan bahwa:
3. 1. Sistem rekruitmen kepemimpinan dlm sistem sekarang tidak bersahabat dengan orang yg pro rakyat dan berprestasi baik. Sekiranya dipakai sistem musyawarah dlm memilih pemimpin maka nasib Anies tidak akan sedramatis ini.
3. 2. Diduga ada kekuatan pemodal yg bermain untuk mengganjal Anies. Mungkin karena Anies punya track record yg dianggap kurang mendukung proyek reklamasi dimasa jabatannya dan kasus lainnya yg berkaitan dengan ambisi para Taipan. Sementara kedepan ini akan ada PIK 2.
3. 3. Disayangkan Anies dan pendukungnya tidak mengantisipasi kemungkinan terburuk yaitu akan dikunci oleh musuh politiknya, dimana Anies akan diperlakukan sebagai bakal calon yang tidak akan mendapat dukungan partai. Sehingga semestinya menyiapkan diri sebagai calon independen karena realitasnya Anies tidak (mau) berpartai.
Kesannya Anies merasa sebagai tokoh yang pasti dibutuhkan oleh partai dan tak menyiapkan diri untuk menjadi calon independen
3. 4. Mengapa Anies akhirnya tak dipilih oleh PDIP tentunya karena pertimbangan kepentingan internal PDIP seperti pengalaman pahit mendukung petugas partai yang bukan kader utama seperti Jokowi. Yang akhirnya malah menjadi musuh PDIP.
Juga kemungkinan Anies kedepan akan menjadi pesaing tokoh internal utk merebut kursi capres cawapres ke depan seperti akan menyaingi Puan, Ganjar, Ahok, Andika dll.
Selain itu mungkin juga ada faksi faksi di internal PDIP yg merasa tidak nyaman dengan kehadiran Anies yg dianggap kuat keislamannya dengan segala citra Islam yang mereka anggap kurang kondusif.
3. 5. Oleh sementara tokoh Anies dianggap memiliki kelemahan leadership seperti gagal merawat pertemanannya dengan Sudirman Said, yang terbuka dan dibaca publik. Dianggap kurang gigih memperjuangkan nasib politiknya di MK dimana dia tidak menurunkan massanya saat pengumuman hasil sidang MK tentang kecurangan pilpres.
Selain itu, dianggap kurang smooth dalam masalah pembentukan Timses Pilpres sehingga terasa ada situasi yang kurang kondusif yang diketahui publik.
3. 6. Seorang pemimpin akan besar bila telah lolos ujian sangat besar. Seperti pepatah mengatakan: NAKODA TANGGUH LAHIR DARI LAUT YANG BERGOLAK.
Tidak banyak “orang ajaib” seperti Jokowi yg dengan “gampang” meraih jabatan Gubernur dan Presiden, karena memiliki “mesin peluncur” yang luar biasa dahsyat. Namun ujungnya seperti pernah diramalkan oleh Pak JK: akan hancur negeri ini kalau negara ini dipimpin oleh Jokowi. Itulah harga kalau seorang pemimpin lahir dari proses instan
Belajar dari kisah Jokowi inilah, maka calon pemimpin ke depan harus benar-benar teruji. Anies dengan “nasibnya” sekarang haruslah menjadi pemimpin yang teruji seperti Soekarno, Soeharto bahkan termasuk Prabowo yang juga sudah teruji tangguh untuk meraih jabatan Presiden.
3. 7. Anies sudah membuktikan kemampuannya baik didalam pemerintahan maupun diluar pemerintahan sebagai pemimpin yang bervisi, cerdas dan memiliki managerial skill yang tinggi. Masih muda dan masih banyak kesempatan untuk meraih cita-cita tertinggi sebagai Presiden Republik Indonesia, asalkan mau mengambil hikmah dari pengalaman pahit yang dialaminya sekarang.
MHT 29 Agustus 2024
*_Artikel ini, sangat cermat, berkelas dan utamanya kritis mengalir objektif serta realistis_* sebuah analisa yang dirasakan banyak kebenaran yang sama-sama disesali oleh banyak orang, dan beberapa petunjuk bold points akan etos seorang Anies, termasuk diantaranya terkait gejala perkembangan eksistensi sosiologi politik dan ketatanegaraan (konflik sosiologi politik di tanah air), diantaranya yang sama-sama pengamat rasakan adanya:
*_•Bagi warga yang otaknya sehat pasti mengakui prestasi Anies saat menjadi Gubernur DKI Jakarta._*
*_•Sistem rekruitmen kepemimpinan dlm sistem sekarang tidak bersahabat dengan orang yang pro rakyat dan berprestasi baik. Sekiranya dipakai sistem musyawarah dalam memilih pemimpin maka nasib Anies tidak akan sedramatis ini._*
*_•Kesannya Anies merasa sebagai tokoh yang pasti dibutuhkan oleh partai dan tak menyiapkan diri untuk menjadi calon independen._*
*_•Dianggap kurang gigih memperjuangkan nasib politiknya di MK dimana dia tidak menurunkan massanya saat pengumuman hasil sidang MK tentang kecurangan pilpres. Selain itu dianggap kurang smooth dalam masalah pembentukan Timses Pilpres sehingga terasa ada situasi yang kurang kondusif yang diketahui publik._*
Salut atas artikel hasil analisa dari senior aktivis 1978 dan politikus M.Hatta Taliwang perihal kegagalan seorang tokoh Anies Baswedan, serta tetap memotivasi Anies yang cerdas, visioner namun terbatas bungkus (khusus) agenda kerja yang ada serta berpikiran jujur, “akademikus teoritis” konsistensi normatif.
Demikian catatan penulis Damai Hari Lubis, terhadap catatan seorang M. Hatta Taliwang seorang senior yang bijak dan digugu tiru para yuniornya sesama aktivis (Lintas Sara).
Damai Hari Lubis, Ketua Aliansi Anak Bangsa (Pengamat Hukum Mujahid & Politik Mujahid 212)