LAUNCHING-Launcing Perdana Buku Greget Kartasura/rsc. Foto Dok).
JAKARTA || Ekpos.com – Kabar gembira datang tokoh masyarakat kelahiran Kartasura, khususnya bagi para pencipta sejarah kebudayaan, buku yang berjudul “Greget Kartasura”
menggelorakan gerakan-gerakan sosial budaya bernama Greget Kartasura. Pada awal tahun 2018, karya Djuyamto, tokoh Kartasura, Launching perdana, bertempat di kawasan Pelataran Watu Kembar Keraton Kartasura, Sabtu (03/06/2023) malam.
Menurut Djuyamto, penerbitan buku ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga dan melindungi warisan sejarah Kertasura, selanjutnya ingin mengajak masyarakat Kartasura untuk meningkatkan literasi melalui buku tersebut. “Buku yang berisi 360 halaman ini menggandeng 4 (empat) penulis yakni Newandi, Hendaru, Elsye dan Sukarno, ungkapnya dikutif media, pada Sabtu (7/9/2024).
Menanggapi hal ini, Ki Danang Suseno, putra Alm. Ki Manteb Sudarsono mengatakan bahwa, bagian dari upaya untuk meneruskan pesan positif kepada generasi penerus melalui karya buku.
“Jika tidak ditulis, maka hanya akan menjadi sebuah omongan. Saya mengapresiasi atas kinerja pemrakarsa Kartasura Greget Om Djoe,” jelasnya.
Terkait Keroncong Greget, dia mendukung semua upaya dalam ranah pelestarian budaya.
“Dengan dikemas dalam nuansa modern tentu akan menjadikan keroncong menjadi lebih fresh bagi semua kalangan,” imbuhnya.
Senada dengan Endah Laras, seorang penyanyi, penari, dan aktris. Namanya dikenal sebagai pelantun lagu-lagu keroncong, lagu Jawa, juga menjadi salah satu pemeran dalam film Soegija (2012) ini, menceritakan masa kecilnya di Kartasura. Lika-liku kehidupan di Kartasura sangat membekas baginya, terlalu sulit dilupakan.
“Tanpa Kartasura saya mungkin tidak bisa seperti sekarang ini,” ujarnya.
Penggagas Kartasura Greget, Djuyamto, SH, MH, mengatakan bahwa, buku Greget Kartasura diawali dari perbincangan singkat tentang Kartasura, bukan sekedar wilayah administrasi kecamatan namun lebih dari itu.
“Bahkan di dalam tayangan video tadi dinyatakan langsung oleh Gusti Moeng dan kita meyakini dan tercatat dalam fakta sejarah kalau tidak ada Kartasura tidak ada Surakarta tidak ada Kartasura tidak ada Yogyakarta bahkan tidak ada Indonesia,” ucapnya.
Berbicara mengenai Kartasura, lanjut Mas Djuyamto, melalui pagelaran seni budaya, dia juga membawa misi yang sama yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Kebudayaan jangan hanya dipandang sebelah mata seolah-olah hanya tari lukisan, ketoprak, wayang, dalam undang-undang tersebut kebudayaan merupakan investasi masa depan sebuah bangsa,” tegasnya.
“Betapa strategisnya kebudayaan bagi kemajuan sebuah bangsa, disana disebut dengan jelas bahwa kebudayaan adalah investasi untuk kemajuan masa depan bangsa, bahkan di batang tubuh tujuan pemajuan kebudayaan untuk kebudayaan yang kita uri-uri untuk menyumbang pembangunan peradaban dunia,” lanjutnya.
Sebagai warga asli Kartasura, Djuyamto ingin memberi manfaat bagi tanah kelahirannya tersebut.
“Saya ingin mengajak kita semua karena kebudayaan itu adalah investasi, 5 sampai 20 tahun ke depan, apakah kita bisa memastikan Indonesia dalam keadaan aman damai, belum tentu,” tegasnya.
“Apa yang kita lakukan hari ini kita hari ini adalah menginvestasikan masa depan supaya anak cucu kita bisa merasakan kedamaian, kedamaian bukan serta merta hadir, saat ini kita sedang berinvestasi untuk masa depan,” sambungnya.
Mas Djuyamto menambahkan, melalui seni budaya, dia pertama kali mengajak Andi Zate, seniman musik yang terkenal dari Kartasura membuat lagu untuk menyemangati orang Kartasura dengan lagu Kartosuro Greget.
“Disana ada ajakan untuk tidak iren-irenan dan disik-disikan,” terangnya.
Di akhir, Mas Djuyamto menegaskan, supaya lebih tersimpan dalam alam bawah sadar, maka dia melanjutkan dengan membuat buku Greget Kartasura.
“Ini latar belakang sederhana pada intinya kami di dalam menginisiasi gerakan Kartosuro greget bukan ingin mendapatkan tujuan politik,” ungkapnya.
Nampak suasana Launchingnya Buku Greget Kartasura semakin meriah dengan penampilan Keroncong Greget besutan Andi Zate featuring Endah Laras bawakan lagu pertama Lir Ilir serta penampilan duet Temon Greget dan Kiki Atrika membawakan karya Hakim Agung Dr. H. Panji Widagdo, SH, MH, berjudul Apa Kata Cinta.
Hadir dalam acara tersebut Forkompincam Kartasura, Pemrakarsa Kartasura Greget, Djuyamto, SH, MH, Dan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kolonel Inf Catur Sutoyo, SE, Dalang Kondang Ki Danang Suseno, penyanyi Keroncong Endah Laras, Ketua MUI Kartasura, Kyai Muh Nadjib, Budayawan Milenial, Sri Narendra Kalaseba serta ratusan tamu undangan lainnya. (Sena).