Mengambil I’tibar dari Peristiwa Penting pada Bulan Rabiul Akhir

Oleh: A.Rusdiana

Saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Akhir atau ada yang menyebutnya dengan Rabi’uts Tsani. Bulan ini adalah bulan ke-4 dalam kalender Hijriah yakni setelah bulan Rabiul Awwal dan sebelum bulan Jumadil Ula. Para ulama menyebut bahwa yang pertama kali memberi nama bulan ini dengan sebutan Rabiul Akhir adalah buyut kelima Rasulullah SAW bernama Kilab bin Murrah.  Dari penanggalan Hijriah memasuki bulan Rabiul Akhir. Ada berbagai pesan-pesan Edukasi keagamaan yang cocok disampaikan di bulan ini. diantaranya:

Pertama: Memahami Hakikat Keistimewaan Bulan Rabiul Akhir; Pemberian nama ini terkait dengan peristiwa alam yakni musim rabi’ atau musim semi yang terjadi di Jazirah Arab. Pada musim rabi’, tanaman dan rerumputan tumbuh subur dan pepohonan berbuah. Musim rabi’ ini sering berlangsung selama dua bulan sehingga muncullah dua nama bulan yakni Rabiul Awal dan Rabiul Akhir.

Jika Rabiul Awwal merupakan bulan yang identik dengan peristiwa lahirnya Nabi Muhammad SAW, Rabiul Akhir juga memiliki beberapa peristiwa penting yang bisa diambil hikmahnya. Di antaranya adalah penurunan Surat al-Hasyr (pengusiran) yang disebabkan upaya pembunuhan kepada Rasulullah yang dilakukan oleh kaum Yahudi bani Nadhir. Kaum ini adalah kaum yang pertama dikumpulkan dan diusir dari Madinah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 2:

Artinya: “Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang kufur di antara Ahlulkitab (Yahudi Bani Nadhir) dari kampung halaman mereka pada saat pengusiran yang pertama. (QS. Al-Hasyr [59]: 2).

Para ahli tafsir menyebut bahwa pengusiran terhadap kaum Yahudi itu terjadi karena dua hal yakni kepemimpinan Rasulullah yang tegas dan keridhaan Allah terhadap umat muslim.

Kedua: Memahami Peristiwa-peristiwa Bulan Rabiul Akhir; Peristiwa lainnya yang terjadi pada Rabiul Akhir selanjutnya adalah sejarah diutusnya Khalid ibn al-Walid oleh Rasulullah SAW kepada Bani al-Harits ibn Ka’b pada tahun 10 Hijriah. Berkat perjuangan Khalid, Bani al-Harits ibn Ka’b masuk Islam. Selain itu beberapa peperangan di zaman Nabi juga pernah terjadi pada bulan ini. Di antaranya adalah perang Dzat ar-Riqa pada tahun ke-4 Hijriah, perang al-Ghabah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW pada tahun ke-6 Hijriah, dan perang al-Ghamr yang dipimpin oleh ‘Ukasyah ibn Mihshan.

Dari peristiwa yang terjadi di bulan Rabiul Akhir ini, mungkin kita bertanya-tanya, kenapa Nabi Muhammad sering melakukan peperangan?. Perlu diketahui, bahwa peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah bukan memulai perang. Namun peperangan yang dilakukan oleh Nabi adalah dalam rangka membela diri. Saat di Makkah, Allah swt malah memerintahkan Nabi untuk tidak melawan. Namun setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad dan pengikutnya diizinkan untuk berperang melawan orang-orang yang selama ini memerangi kaum Muslimin. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al Hajj ayat 39:

Artinya: “Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa membela mereka.”

Selain untuk membela diri, terjadinya peperangan di zaman Nabi adalah untuk memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu umat Islam meskipun sudah ada perjanjian atau kerja sama. Peperangan ini adalah untuk melakukan penertiban atau penghukuman agar perjanjian yang telah dilakukan tidak dilanggar.

Peperangan di zaman nabi juga terjadi guna menggagalkan rencana musuh yang mengancam keselamatan kaum muslim.

Selain diizinkannya Nabi Muhammad berperang dalam rangka membela diri, Allah juga telah menurunkan firmanNya kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pelindung semua golongan termasuk mereka yang berbeda agama. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 6:

Ketiga: Pembelajaran Penting dari Bulan Rabiul Akhir; paling tidak ada 2 pembebelajaran Penanggalan Hijriah memasuki bulan Rabiul Akhir. diantaranya:

1. Penting bagi kita untuk mempelajari sejarah-sejarah yang terjadi di bulan Rabiul Akhir sekaligus mengerti apa yang terjadi dan alasan mengapa peristiwa tersebut terjadi.

Hal ini ditujukan agar kita tidak salah dalam memahami sejarah sekaligus kita bisa mengambil ibrah atau hikmah dari peristiwa-peristiwa tersebut. Sejarah dan peradaban Islam merupakan bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan kaum Muslimin dari masa ke masa. Betapa tidak, dengan memahami sejarah dengan baik dan benar, kaum Muslimin bisa bercermin untuk mengambil banyak pelajaran dan membenahi kekurangan atau kesalahan mereka guna meraih kejayaan dan kemuliaan dunia dan akhirat.

Semoga Allâh Azza wa Jalla meridhai sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu yang mengungkapkan hal ini dalam ucapannya, “Orang yang berbahagia (beruntung) adalah orang yang mengambil nasehat (pelajaran) dari (peristiwa yang dialami) orang lain.”( HSR Muslim , no. 2645).

Dalam al-Qur’ân Allâh Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan al-‘ashr (masa/jaman) karena padanya banyak terdapat peristiwa-peristiwa yang bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi manusia. Itulah jaman meraih keberuntungan dan amal shaleh bagi orang-orang yang beriman, serta saat mendapatkan kerugiaan dan kecelakaan bagi orang-orang yang berpaling dari petunjuk-Nya (Lihat kitab Hâsyiyatu Tsalâtsatil Ushûl, hlm. 12).  Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Demi masa ! Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, saling menasehati supaya mentaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran (QS. al-‘Ashr [103]:1-3).

Oleh karena itulah, Imam asy-Syâfi’i rahimahullah menggambarkan agungnya kedudukan surah al-‘Ashr ini dengan ucapannya, “Seandainya Allâh Azza wa Jalla tidak menurunkan (dalam al-Qur’ân) sebuah argumentasi bagi semua makhluk-Nya kecuali surah ini (saja) maka itu cukup bagi mereka.” (Dinukil oleh syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Hâsyiyatu Tsalâtsatil Ushûl, hlm. 14).

2. Penting bagi kita untuk untuk melihat masa lalu sebagai bekal untuk menghadapi masa depan.

Kesuksesan yang terjadi dalam sejarah perlu dicontoh dan diwujudkan dalam kehidupan saat ini, sementara kegagalan dalam sejarah harus menjadi pelajaran dan diusahakan dengan sekuat tenaga untuk tidak terulang kembali. Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr ayat 18:

Demi masa ! Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, saling menasehati supaya mentaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran (QS. al-‘Ashr [103]:1-3).

Oleh karena itulah, Imam asy-Syâfi’i rahimahullah menggambarkan agungnya kedudukan surah al-‘Ashr ini dengan ucapannya, “Seandainya Allâh Azza wa Jalla tidak menurunkan (dalam al-Qur’ân) sebuah argumentasi bagi semua makhluk-Nya kecuali surah ini (saja) maka itu cukup bagi mereka.” (Dinukil oleh syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Hâsyiyatu Tsalâtsatil Ushûl, hlm. 14).

Rasulullah pun bersabda:

Artinya: “Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR -Al-Hakim)

Semoga hadirnya bulan Rabiul Akhir ini menjadi momentum untuk terus belajar dari sejarah dan memahaminya dengan benar. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang sukses dalam mengarungi kehidupan ini dengan belajar dari sejarah. Amin.

*Artikel ini merupakam esensi khutbah Jumat,4 Oktober 2024.

*Penulis adalah Gubes,dosen dan tutor manajemen Pendidikan

Total
0
Shares
Previous Article

TNI AL BERHASIL AMANKAN KURIR PENYELUNDUPAN 600 GRAM GANJA DI JAYAPURA

Next Article

bjb Berikan Diskon bagi Pengunjung FLEX CON

Related Posts