BANDUNG, Ekpos.Com — Ungkapan kata “Paeh” Calon Wakil Wali Kota Bandung, Erwin pada saat Debat Publik terakhir Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung. Beberapa hari lalu di salahsatu tv nasional terus mengundang Kontroversi dan menjadi Buah Simalakama.
Terutama dari kalangan Sastrawan dan Budayawan, Erwin dinilai tidak bisa menempatkan diri. Walaupun kata “Paeh” itu dalam Bahasa Sunda dinilai hal yang biasa. Namun jika dalam forum yang besar, apalagi saat itu seluruh Paslon sedang berlomba menarik Simpati masyarakat untuk bisa memilihnya.
Hal itu diungkapkan Etti Rochaeti Soetisna atau lebih dikenal sebagi Etti RS, seorang Satrawan Sunda Senior yang sudah malangmelintang di bidangnya.
Walau bagaimanapun menurut Ceu Etti, Calon Pemimpin harus hati-hati. Baik ucapan maupun tingkahlaku. Termasuk ungkapan kata “Paeh” yang dilontarkan Erwin itu tidak pada tempatnya.
“Eta kecap ‘Paeh” teh teu saluyu jeung tatakrama, pangpangna nyarios di payuneun Publik. Komo ieu Calon Pamingpin. (Ucapan kata “Paeh” tidak sesuai dengan tatakrama, utamanya saat berbicara di depan Publik),” paparnya ketika dimintai tanggapannya lewat pesan watsApp, Jumat, (22/11/2024).
“Bukanya tidak boleh berbahasa kasar, tapi harus melihat situasi dan kondisi. Saat itu kan, bukan dalam suasana bercanda atau kumpulan dengan orang-orang yang sudah akrab,” jelasnya.
Hal serupa diungkapkan Matdon seorang Sastrawan dan Budayawan yang sudah malang melintang di Dunia Puisi dan Sastra.
Ia melihat Erwin tidak bisa memposisikan diri dalam bertutur kata. Debat Publik itu acara yang Resmi dan Ditonton oleh masyarakat. Sehingga tutur kata dan Bahasa pun harus betul-betul dikontrol.
“Memang kata “Paeh” itu sebagai hal biasa dan bukan hal yang tabuh untuk diungkapkan. Namun harus dilihat dalam suasana seperti apa. Terkecuali ketika berbicara dengan kerabat dekat itu sah-sah saja,” ungkapnya.
“Bagaimana mau jadi Pemimpin menempatkan posisi untuk bertutur kata saja tidak bisa,” pungkasnya.*