Keadaan Darurat, Membuat HRS Sementara “Berpolitik Praktis-Pragmatis”

 

Damai Hari Lubis (Pengamat Hukum & Politik MUjahid 212)

JAKARTA || Ekpos.com – Ingat kedatangan Habiburrahman dan Dasco orang dekat Prabowo ke Petamburan? tentu “kedua orang besar partai pemenang”, karena fakta de yure Ketumnya menjadi Presiden RI ke-8, maka pastinya ada misi dan seizin (saat itu bakal) Presiden RI. Utamanya ada fenomena manufer Jokowi-sme, melalui PASBATA dan gerakan bela Jokowi dan keluarga sampai mati, pra 20 Oktober 2024 atau, pra pelantikan presiden-wapres, disertai adanya kondisi gejala-gejala kehidupan (geo politik) tanah air yang banyak para tokoh maupun umumnya publik lantang speak up “adili Jokowi dan keluarga” juga disertai tekanan dan teriakan diberbagai medsos yang soundingnya “singkirkan Gibran”, akibat penghinaan yang dilakukan akun Fufu Fafa terhadap pribadi Prabowo dan keluarga dengan kata-kata kotor, dan sialnya pemilik akun Fufu Fafa menurut Para netizen dan hasil analisis seorang pakar IT. 99 % lebih atau 99,9 % pemiliknya adalah sosok Gibran Bin Jokowi si bakal wapres.

Maka, kesemua peristiwa gejala-gejala perkembangan politik inilah salah satunya, alasan primer Prabowo mengutus dua orang kepercayaannya menemui HRS dan strategy cooling system (Proses pendinginan suhu politik) dan termasuk politik antisipasi, diantaranya dengan umrohnya HRS selama hampir 60 hari menjelang pelantikan dan pasca pelantikan.

Terlebih seorang politisi senior kelas tinggi dan bekal ilmu intelijen yang Jendral Prabowo miliki, yakin sadari kekuatan aksi muslim terbesar di tanah air yang bakal bisa merepotkan sepanjang kepemimpinannya khusunya di Ibu Kota Jakarta dan menimbang, mengingat dan menyadari HRS dan umat serta simpatisan HRS yang pernah mendukungnya, lalu Ia sakiti.

Jangankan tipikal Prabowo pengincar asli kursi jabatan nomor satu RI dan beda basic, serta “terpaksa” berbuat khianat terlebih dikelilingi politisi hitam dan abu-abu dengan kostum politik pragmatis, karena kenyataannya di sekeliling beliau pun ada juga makhluk kaplingan sempit nalar, hobi nyunat atau makar komando beliau, *_ini riil._*

Pokoknya banyak manusia nano-nano sesuai fenomena dan dinamika kehidupan di dunia fana, yang takdirnya memang rupa-rupa.

Maka tiada lain, ini strategi politik HRS diawali pemberikan dukungan kepada RK-Sus walau Beliau tahu sebagai orang cerdas bahwa metode politik yang Beliau gunakan tidak populer serta bakal high risk mengundang cemoohan, baik dari internal yang gercos atau simpatisan HRS dengan pola gerakan tidak hadir di TPS maupun resiko mendapatkan cemoohan liar yang datang justru bukan dari orang yang capek berjuang di pemilu pilpres 2019 (dibaca orang yang bukan mendukung kepada Prabowo kala pilpres 2019), namun sekedar provokator karena tidak kebagian remah-remah pembangunan-isme atau politik kue-isme.

Yang jadi masalah publik simpatisan beliau diluar Organisasi FPI, Persada 212 dan diluar GNP Ulama cikal bakal GNPFU kelompok keras pelawan Ahok penista agama, yang akhirnya menjadi alumni 212 dari sabang hingga merauke walau bukan berarti mutatis mutandis alumnus 212 bisa di klaim menjadi anggota Persada 212 maka yang paling aman dan halal sebut saja kelompok simpatisan Dr. Habib Riziek Shihab (HRS).

Kenapa aman? alumni dan simpatisan tidak perlu ada kartu anggota, tidak ada simpatisan kadaluwarsa, torak ada simpatisan dan alumni dapat dipecat dan digugurkan sekalipun melalui pengadilan negeri maupun mahkamah akhirat.

Kembali dihubungkan dengan judul artikel, menjadi jelas HRS pragmatis dalam substantif kecerdasan DEMI KEADILAN, SIAP DIFITNAH, DIRUJAK OLEH PARA GERCOS atau OLEH PARA SIMPATISAN YANG BELUM ATAU GAK KENAL ATAU KENAL LAMA NAMUN “NALAR OLENG”.

Penulis, sebagai seorang alumni 212 dan sepanjang pra aksi Ahok dan yang turut serta melaporkan Ahok yang keturunan bangsa China antrian ke 2, karena pola kepemimpinannya kadang menyakitkan, dan dalam membuat analogi tidak bijaksana sehingga pernah diberi gelar oleh para netizen “si mulut jamban”, laporan untuk kali kedua terjadi setelah Ahok sempat diperiksa namun kembali berulah mengulang narasi, “akan membuat pasword wifi dikantor gubernur dengan nama Al Maidah 51, saat duduk bersama Djarot wakil Gubernur DKI.

Laporan kedua sekaligus sebagai kwalitas daya dorong agar “Ahok eks putra idealis Jokowi” dapat dijadikan TSK serta diadili, bahkan Ahok di ruang sidang sempat merampang kepada penulis lalu dilerai hakim ketua majelis.

Dan perspektif atau misi pendekatan politik sesungguhnya HRS memberi dukungan kepada Prabowo selain memang keharusan menghormati Prabowo (islamilogi) sebagai umaro atau amir dari ulilamr dan HRS hanya prioritas kepentingan ummat, hanya demi keadilan semata-mata. Diantaranya salah satunya adalah keadilan yang bakal dituntut oleh HRS adalah membuka ulang tabir pembunuhan sadis (unlawful killing) KM. 50 yang walau para pelakunya pernah diadili namun tranparansi dari sisi kacamata hukum sekedar “peradilan dagelan” yang tidak menyentuh kebenaran materil (materiele waarheid). Siapa otak pelaku, siapa penyerta lainnya diluar terdakwa yang diputus noodweer vide pasal 49 KUHP. (bebas oleh sebab anggota Polri terpaksa karena berat lawan, lawan para pejuang yang ditembak mati) entah berat lawan, oleh sebab karena persenjataan para korban terbunuh lebih banyak dan bersenjata canggih, atau tepaksa surveilance dengan surat penjejakan resmi di tengah malam? Yang mestinya penyidik tunggal tunggu terperiksa (HRS) esok pagi diruangan ber AC? Ini penyidik pakai asas asas atau teori hukum pidana apa atau asas legalitas pasal kitab hukum apa?

Dan pengungkapan dugaan publik atas pembunuhan terhadap 894 para korban pejuang Pemilu 2019 yang meninggal karena kecapekan secara rame-rame!

Namun penulis yang eks pengacara Beliau, *_namun pastinya bukan mantan simpatisan,_* yang begitu dekat era 2015-2020 dan sering sampai menjelang adzan subuh bercakap via chat WhatsAp (2017-2020) dan kala HRS diperiksa oleh penyidik dalam tuduhan yang menyangkut “kebebasan menyampaikan pendapat, atau dalam konstruksi hukum “peran serta masyarakat”, alhamdulillah semua kasus stagnan dan sebagian SP.3. Bahkan sejarahnya penulis dan rekan kelompok pecinta beliau akan balas lapor ke yang berwenang atau hinakan orang-orang yang hinakan beliau, walau sekalipun mereka “penduduk istana maupun artis top berakhlak jorok derajat sales dendeng basah”, gak ada urusan, bahkan penulis untuk beberapa kali menjadi Korlap aksi damai.

Penulis yang ikut mendampingi Beliau, andai penyidik hanya mengizinkan 5 orang bahkan hanya boleh dua orang, maka diantara 5 dan 2 seorangnya adalah penulis.

Lalu pertanyaan simpatisan HRS apakah ada hitam diatas putih terhadap *_PRABOWO IS FINISH_* apakah gak bakal masuk ke lubang yang sama dua kali?

HRS Penulis tahu (amat tahu) bukan jarang, namun sering dikhianati oleh kawan politisi yang didukungnya, bahkan pengikut internalnya (kepercayaannya). Beliau biasa hanya cukup pegang janji ucapan, umumnya kebiasaan para ulama shalih, bukan ulama su’u. DAN PRABOWO TIDAK ADA DATA EMPIRIK PERNAH KHIANATI HRS SAAT MENJADI PRESIDEN, KARENA PRABOWO BARU INI KALI MENJADI PRESIDEN RI.

Lalu apa jadinya jika HRS dan pengikutnya dikhianati seperti saat pasca 2019? Mesti dipahami, itu akibat strategi politik Jokowi yang ingin menghancurkan pendukung Prabowo, diantaranya HRS dan para pengikutnya? Dan nyata Prabowo pun memperalat Jokowi untuk menjadi RI.1.

Terlepas dari Itu semua, pertanyaannya adalah, bagaimana andai Prabowo khianat lagi HRS dan para pengikut dan simpatisan HRS. Mak andai benar terjadi, ini lah wujud daripada sejarah kepemimpinan bangsa, ini urusan sejarah dan ilmu sosiologi-politik dan hukum, serta ranah kompetensi absolut mahkamah akhirat. Karena tanpa ada khianat tidak ada kata juang? Maka terimalah konsekuensi jadilah pengikut sang imam yang konsisten, apapun yang tejadi, karena mengkhianati beliau adalah mengkhianati para sahabat dan umat simpatisan, dan hakekatnya khianati semua manusia saat dan efek setelahnya didalam kehidupan. Lalu semua yang dikhianati bakal bersisa bekal ibadah dan pahala, upah juang dan penghapus sebagian dosa, akibat patuh melaksanakan petuah orang shalih, namaun dikhianati si politisi,.terserah pilih mana?

Lalu konklusi penting, umat pecinta Beliau jangan khawatir, Beliau akan tancapkan bendera perlawanan kepada Prabowo Subianto, andai dalam waktu yang “diperjanjikan” ternyata tidak ditepati oleh sang kawan baru namun nan kenal lama.

Penulis simpatisan HRS dan HRS satu-satunya yang sanggup memerintahkan penulis yang bodoh (al fakir ilmu) menjadi pengamat hukum dan politik mujahid 212. ***

Total
0
Shares
Previous Article

Jarnas Anti TPPO, Tekankan Pentingnya Revisi UU dan Penguatan Direktorat TPPO

Next Article

Berani Pecat Efendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko, Namun PDIP Gak Berani Pecat Jokowi?

Related Posts