Oleh: DR Jerry Massie MA, PhD
JAKARTA || Ekpos.com – Keputusan Universitas Indonesia (UI) menganulir gelar dan disertasi Bahlil Lahaladia sudah tepat. Pasalnya, jika tidak akan berisiko bagi pendidikan tinggi Indonesia apalagi UI kampus yang punya reputasi yang di akui di Asia, bahkan di dunia.
Bukan itu saja, DPR pun ikut mengkritik gelar doktor Bahlil yang menurut DPR ini menciderai sistem pendidikan Indonesia.
Saya kira disetasinya itu bukan buatannya atau tak dikerjakan Bahlil.
Satu contoh yang ajaib IPK Bahlil 2,7, mana mungkin mau diterima UI yang punya klasifikasi pendidikan minimal cum laude atau IPK 3,5-4. Saya kira kemampuan otak mantan sopir angkot/mikrolet ini tak pantas menyandang gelar doktor di UI yang sudah melahirkan lulusan ternama dan terbaik seperti mantan Presisen ke-3 mendiang Prof DR BJ Habibie, Menteri Keuangan DR Sri Mulyani, Prof. DR Emil Salim, Prof. DR (alm) Widjojo Nitisastro, Prof. DR (Alm) Ali Whardana dan sebagainya.
Bahlil pikir dengan jabatan Menteri ESDM, maka otomatis dia bisa meraih gelar doktor dengan mudah atau ada kompensansi.
Dari tahun akademik saja sudah keliru. Belum lagi kemampuan bahasa asingnya (bahasa Inggris) kacau balau baru ijasah S1 dan S2 diduga tak terdaftar dipangkalan DIKTI.
Ada banyak pelanggaran akademik, maka dewan guru besar UI sangat profesional dalam menangani kasus Bahlil.
Barangkali kalau Jokowi masih Presiden, saya pastikan gelar Bahlil tak akan dibekukan atau disertasinya aman walau scopus-nya aneh dan dipublikasikan pun dijurnal yang aneh juga.
Saya sebagai dosen yang pernah ngajar di sejumlah kampus, maka saya yakin Bahlil tak akan mampu menulis disertasi selain copy paste tulisan orang. Tesis (S2) saja barangkali dia tak mampu menulisnya apalagi disertasi. Sudah Bahlil, Presiden Prabowo saja tak ada embel-embel doktor padahal dia orang cerdas dan kuliah disejumlah kampus ternama di luar negeri.
Kredibilitas kampus UI dipertaruhkan dengan kasus Bahlil ini. Tapi baguslah UI mengedepankan aspek Tut Wuri Handayani dan juga sisi profesinalitas dan kredibilitas perguruan tinggi dijaga.
– Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies , peneliti American Global University (AGU)