Tampak Wilayah kerajaan Islam Demak jaman dulu. Karena kerajaan Majapahit telah jatuh ke Raden Patah sultan Demak yang pertama. (Foto Ist/Berbagai sumber).
DEMAK || Ekpos.com – Sayung adalah ikut Kab. Demak, merupakan batas antara Kota Semarang dan Demak. Sebelah utara adalah laut Jawa, sebelah tenggara berbatasan dengan Semarang Kudu dan Karangroto Semarang, sebelah barat dengan Semarang Banjardowo. Yang daerah semua itu adalah dulu ikut daerah Kabupaten Demak.
Dulu di Tambaksari Morosari ada Kyai Syekh Mudzakir penyebar Islam di pesisir yang terkenal dengan ketabibannya dan kesaktiannya, apabila berobat disana banyak yang sembuh dengan karomahnya, dengan penganut yang sangat banyak. Namun sekarang daerahnya dimakan oleh air pasang sehingga jadi lautan, yang sekarang terkenal dengan malam terapungnya Syekh Mudzakir. Demikian juga dengan sebagian Morosari, Nyangkringan Sriwulan, Pondok Raden Patah, Purwosari, Bedono, Badong, Sodong, Timbulsloko, Surodadi, Patar, Sidorejo dan daerah sekitarnya juga hilang kena air pasang dan menjadi lautan.
Di kampung Purwosari tengah dulu juga ada Pondok Pesantren yang sangat terkenal dengan kitab kuning dan tahfidz hafalan alqur’an-nya yang didirikan oleh romo Kiyai H Ali Syafi’i yaitu nahdhotussyuban yang telah mencetak ulama, ada yang sebagaian jadi orang MUI Pusat, Dosen atau Cendikiawan, Guru, Ustadz Kiyai atau santri yang dari berbagai penjuru juga muridnya juga telah berhasil mendirikan Pesantren Pesantren.
*Berkat Pondok Pesantren*
Pondok ini juga mempunyai pendidikan dari MI hingga Aliyah, namun nasibnya sekarang juga sama dikejar oleh luaapan air pasang. Hingga berkurang santri dan muridnya.
Juga berdiri Ponpes yang sangat terkenal yaitu Nurul Qur’an yang berorientasi pada qiro’ah dan kitab kuningnya sebagai pencetak para generasi MTQ yang terkenal pada zamannya yang di lengkapi dengan kesenian hadrohnya juga, serta lembaga pendidikan formalnya yang ramai di pentaskan di acara-acara acara besar atau hajatan. Lagi lagi juga mengalami kesurutan atau kemuduran karena air pasang selalu menerjangnya.
Juga berdiri juga di Purwosari Sayung Pesantren Nuruddholam dan sekolah Muhammadiyah, Balai Kesehatan pengobatan PKU, tempat kursus, asrama dan Panti asuhan yang ramai pada jamannya yang bisa berkompetisi dengan Kudus, Jepara, Pati, Kendal dan Kota-kota di sekitarnya, yang telah berhasil menyetak Dokter, Guru Besar atau Dosen di sebuah kampus, para pengusaha dan bisnisman, namun sekarang kondisinya juga sama sangat memprihatinkan.
Belum lagi di Sayung banyak pabrik garmen ekpor garmindo, gaviansi, banyaknya pabrik meubel ekspor, pabrik sepatu ekpor dong il, pabrik permen dan minuman kino, pabrik semen gresik, tektil, elektronik politron, pengolahan kayu, ikan, pecetakan buku aneka Ilmu, pabrik pengolahan kulit hewan dan lainnya. Semuanya pada melawan derasnya air pasang sehingga banyak yang tumbang.
Dulu jalan raya Sayung sangat ramai sekali, karena banyaknya sekolah dan industri Pabrik jarak lima menit pun angkutan selalu penuh sesak dengan penumpang baik dari Demak, Kudus, Jepara bahkan Surabaya, yang selalu berlalu lalang yang penuh dengan penumpang di tahun 1980 sampai tahun 2010, yang pada waktu itu, termasuk angkutan kereta api juga masih ada.
Sekarang mengapa bisa begini, apa yabg telah terjadi. Maukah daerah kita hilang ditelan bumi. Maka perlu bentuk poros Semarang-Demak-Kudus-Jepara-Pati-Lasem-Tuban-Malang dan Surabaya, serta mencetak para SDM yang handal sehingga bisa bermental untuk siap jadi Gubernur, Mentri atau Presiden sehingga daerah kita akan bisa serame lagi seperti daerah *Jabodetabek*
Sayung, Selasa 22 April 2025
Shuffi Addarani